Beranda / Romansa / Istri Sewaan CEO Duda / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Istri Sewaan CEO Duda: Bab 111 - Bab 120

157 Bab

111. Hal Kecil Namun Berkesan

Mata Naura tak lepas dari Devan yang juga menatapnya. Seketika atmosfer di sekitar menjadi dingin"Nggak."Devan tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Naura. "Aku hanya bercanda kenapa kamu jadi seserius itu," ucapnya. Wajah pucat Mega pun sesaat berubah menjadi tersenyum melihat Devan tertawa. Padahal awalnya dia pikir Devan benar-benar menyukai temannya itu ternyata hanya candaan. "Astaga Sayang, aku pikir kalian berdua memang memiliki hubungan ternyata hanya bercanda," ungkap Mega. Berbeda dengan Naura, dia yakin jika ucapan Devan begitu serius. Hanya saja Naura memberinya jawaban yang mungkin membuatnya malu."Apa kamu serius menyukai Devan?" tanya Naura saat Mega berhenti tertawa.Mega pun mengangguk lalu menjawab, "Iya, aku mencintainya. Bukannya kita sangat cocok?""Hm, kalian sangat cocok yang satu humoris yang satu garing," jawab Naura.Tak lama terdengar bel berbunyi. Devan beranjak dari kursi menghampiri tamu yang datang. "Kenapa kalian berdua lama sekali?""Beli piz
Baca selengkapnya

112. Lingerie Hitam

Dengan malu-malu Naura membuka pintu kamar mandi setelah dia mengganti lingerie hitam yang sebelumnya dia gunakan. Ditatapnya Arkan yang masih tidur padahal matahari sudah mulai meninggi. "Bangunin jangan ya, tapi kalau enggak di bangunin dia kan harus kerja," batinnya. Namun, sedetik kemudian Naura menggoyangkan tubuh Arkan. "Mas, bangun.""Hm, sebentar lagi." Arkan hanya bergumam tanpa membuka matanya. Dia menarik selimut hingga menutupi kepalanya seolah tak ingin di ganggu. Perlahan Naura naik ke atas ranjang— memeluk Arkan dari belakang. Dengan santainya tangan Naura menyusuri tubuh suaminya hingga berakhir di intinya yang sudah menegang karena memang waktunya ereksi."Sayang ... Eugh!"Naura terus membuat milik Arkan menegang meski sang empunya sudah menggeliat menikmati sentuhannya."Mas, enggak kangen sama aku?""Hm.""Mas enggak mau olah raga pagi?"Arkan tak bergeming, hal itu cukup membuat Naura kesal karena tak mendapatkan respon yang baik. "Argh, menyebalkan."Saat Naur
Baca selengkapnya

113. Perselingkuhan Naura dan Devan

Dengan cepat Arkan mendekati Liona lalu melihat ke arah lift mencari Devan. "Di mana dia?" desis Arkan."Dia sudah pergi, tadi cuma titip ini saat aku papasan sama dia," ucap Liona menunjukkan paper bag yang ada di tangannya. Arkan merebut paper bag yang ada di tangan Liona dengan kasar lalu membuka isinya. Tak bisa di pungkiri jika Naura begitu takut saat Arkan melihat isi paper bag pemberian Devan. "Mati aku. Aku mohon semoga bukan barang yang aneh-aneh," batinnya sembari memejamkan mata."Baju," ujar Arkan sembari mengerutkan dahinya. Hal itu rupanya tak lepas dari mata Liona. Sudut bibirnya terangkat melihat kemarahan yang tercetak di wajah Arkan. Seketika Naura membuka matanya. "I-itu, baju ...." Naura mendekat lalu mengambil baju yang ada di tangan suaminya itu. "Ah, ini baju kelompok."Naura bernafas lega karena baju pemberian Devan hanya baju kelompok yang sudah mereka desain sebelumnya.Arkan mendelik lalu masuk ke dalam tanpa mempedulikan Naura dan Liona yang masih berad
Baca selengkapnya

114. Aku Ingin Cerai!

Arkan memijat pelipisnya sembari mengamati satu persatu foto yang ada di depannya. Jelas foto tersebut bukan rekayasa apa lagi Arkan sudah memanggil ahlinya untuk memeriksa foto tersebut."Mengapa dia melakukan ini, pantas saat aku di Bali dia enggak pernah menghubungiku. Apa ini alasan yang sebenarnya?"Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Arkan ragu untuk pulang ke rumah karena memang otaknya masih di penuhi dengan perselingkuhan Naura dan Devan.Lagi dan lagi wanitanya di rebut oleh pria lain. "Kali ini aku enggak akan pernah membuat hatiku terluka lagi."Arkan beranjak dari kursi— keluar dari kantornya yang sudah gelap. Keesokan paginya, Naura meregangkan otot tubuhnya saat dia membuka mata. Tak sengaja, tangannya menyentuh kasur yang kosong."Kemana Mas Arkan, apa dia enggak pulang semalam?"Naura pun memeriksa ponselnya takut suaminya menghubungi saat dia sedang tertidur. Namun, bukannya pesan atau telepon dari Arkan, melainkan pesan dari Devan.[Devan : Hari ini aku jemput kam
Baca selengkapnya

115. Surat Gugatan Perceraian

"Apa kamu serius dengan ucapanmu Arkan. Bukannya kamu begitu mencintai Naura?" desak Sinta.Arkan mengusap wajahnya dengan kasar. "Mamah tau alasan aku menceraikan Liona? Kali ini Naura juga melakukan hal yang sama."Sinta menggelengkan kepalanya. "Enggak, Naura enggak mungkin melakukan hal serendah itu. Mamah tau Naura, dia wanita baik-baik, dia juga mencintaimu Arkan.""Dia selingkuh Mah, Naura selingkuh dengan teman kampusnya.""Apa kamu melihat sendiri, apa kamu menyaksikan sendiri pengkhianatan yang Naura lakukan? Kalau itu hanya asumsimu saja sebaiknya cari tahu dulu."Brak!Arkan melempar semua foto ke atas meja. "Aku sudah mencari tahu tentang foto itu dan itu asli. Apa Mamah masih percaya dia wanita baik.""Dari mana kamu mendapatkan foto ini?" Sinta begitu penasaran dengan bukti yang Arkan keluarkan."Mamah enggak perlu tau dari mana foto itu berasal yang pasti selama ini aku selalu mengawasi Naura dan hari ini dia menunjukkan sendiri se-pelacur apa dia dengan pergi bersama
Baca selengkapnya

116. Perselingkuhan?

Tubuh Naura terasa lemas, dia tak sanggup berdiri bahkan mengambil ponsel yang sedari tadi berdering pun enggan.Nama Lala, Devan saling bersautan di ponselnya sedangkan empunya perlahan berbaring di atas lantai sembari menangis. Dada Naura terasa sesak, merasakan sakitnya di ceraikan tanpa tau penyebabnya.Perlahan Naura bangun, dia segera mengambil kunci mobil lalu pergi ke rumah mertuanya. Tak terasa lima belas menit perjalanan akhirnya Naura sampai di halaman kediaman mertuanya. Di tekannya bel, menunggu seseorang membukakan pintu. Sepuluh menit menunggu, terdengar seseorang membuka kunci.Ceklek."Bi Sarmi, Mamah ada di rumah?""Ibu enggak ada di rumah Bu, lagi ke Surabaya jenguk Pak Teddi.""Oh, kalau Mas Arkan ada?"Wanita itu menggeleng lalu menjawab, "Enggak ada Bu, udah lama Pak Arkan enggak ke sini."Raut wajah kecewa pun di tunjukan Naura. "Kalau begitu aku pulang ya. Makasih Bi."Setelah berpamitan Naura masuk ke dalam mobilnya menjauh dari kediaman orang tua Arkan."Apa
Baca selengkapnya

117. Kehamilan Naura

Suara sirine ambulan menggema sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Tubuh Naura terasa lemah, sampai ia tak sanggup membuka mata. Sayup terdengar suara Lala yang terus memanggil namanya, terus menggoyangkan tubuh Naura agar dia bangun. Namun, Naura tak bereaksi atau mungkin dia sedang sekarat?"Pak cepat Pak, teman saya keburu mati!" Lala terus berteriak ke supir agar segera mengantar mereka ke rumah sakit. Tak berapa lama, mobil ambulan itu pun berhenti di depan ruang UGD. Beberapa perawat sudah menanti kedatangan mereka dan bersiap membawa Naura ke dalam. "Dok, saya mohon selamatkan teman saya.""Saya akan melakukan sebisa saya dan sebaik mungkin."Lala tertunduk lesu sekaligus panik melihat keadaan Naura yang begitu lemah. Dokter pun terlihat mulai memeriksa sedangkan perawat memasangkan infus di tangannya.Panik, Lala berniat menghubungi Arkan. Namun, dia kembali ingat akan pesan Naura terakhir saat dia masih dalam keadaan sadar. 'Jangan beritahu siapapun.'"Apa yang terjadi den
Baca selengkapnya

118. Jangan Pernah Menyesal

Suara troli menggema di koridor, tanda perawat dan dokter datang untuk memeriksa keadaan pasien. Dia pun menoleh ke arah pintu dan mendapati tiga perawat serta satu dokter umum."Selamat pagi," sapa Dokter ketika masuk ke ruangan Naura. Dokter itu pun memeriksa keadaan Naura. "Kesehatan Bu Naura sudah cukup membaik, hari ini sudah di perbolehkan untuk pulang. Tapi sebelum itu lebih baik konsultasi ke dokter kandungan untuk memeriksa kesehatan janin lebih lanjut," jelas dokter. "Terima kasih, dok.""Sama-sama, Bu. Nanti tolong wali-nya ke ruang administrasi untuk menyelesaikan prosedur sebelum keluar dari sini," ucap dokter serta perawat yang menemani.Miris memang, disaat orang lain sakit di temani orang-orang terdekat. Naura hanya sendiri, bahkan dia tidak memberi tahu keadaannya saat ini kepada orang tuanya.Ceklek"Maaf aku telat, dokter udah ke sini?" tanya Lala dengan napas terengah-engah."Udah, hari ini aku sudah di bolehin pulang. Oh ya, tolong selesaikan administrasi-nya ya
Baca selengkapnya

119. Membenci Arkan

Derap langkah terdengar begitu nyaring ketika Naura dan Lala berlari bersama di koridor menuju ke kelas mereka."Naura, pelan-pelan. Inget kamu kan lagi ha—" Belum sempat Lala melanjutkan ucapannya Naura sudah lebih dulu membekap mulutnya. Dengan napas terengah-engah Naura berucap, "Tutup mulutmu, jangan sampai orang di sini tahu kalau aku hamil." Lala mengangguk cepat, keduanya kembali berlari ke kelas. Untungnya dosen yang mengajar tidak datang, jadi Naura dan Lala bisa leluasa masuk ke dalam kelas dan beristirahat beberapa saat sebelum kelas di mulai."Aku dengar kalau saat skripsi kita hamil akan di permudah proses sidangnya.""Benarkah?" Lala mengangguk. "Makanya, untuk apa kamu merahasiakan kehamilanmu kalau itu bisa menguntungkan masa depanmu. Lagi pula kamu kan sudah nikah, jadi orang juga enggak berpikir yang bukan-bukan."Jika di pikir lagi apa yang di katakan Lala benar, namun tetap saja menuju skripsi masih membutuhkan beberapa bulan lagi. Notif pesan masuk di ponsel N
Baca selengkapnya

120. Rekan Kerja Atau Selingkuhan?

Semalaman Naura memikirkan penawaran Teddi. Meski dia memberikan penawaran yang begitu menggiurkan, namun dia harus menyelesaikan kuliahnya dan tak ingin terus menerus membebani mantan mertuanya itu."Aku enggak boleh menerima bantuan Papah lagi, apa lagi sekarang aku sudah bukan menantunya lagi," gumam Naura. Dia pun mengambil ponselnya berniat mengirimkan pesan ke Teddi. Namun, saat ingat kebaikannya, Naura pun berniat menemui Teddi secara langsung."Naura, ini ada surat," ucap Lala."Surat apa?""Di sini sih tulisannya dari pengadilan," tutur Lala memberikan surat yang dia ambil di kotak surat.Naura membuka surat tersebut, di bacanya setiap kalimat yang tertera di atas kertas. "Surat panggilan ternyata," tutur Naura."Surat panggilan apa?" Lala merebut kertas yang ada di tangan Naura. "Panggilan sidang. Kamu mau datang?"Entah pikiran Naura masih kacau, apa lagi sebelumnya pengacara Arkan meminta Naura untuk tidak datang ke pengadilan. "Bukannya ini hanya mediasi, kenapa kamu en
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status