All Chapters of Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Chapter 91 - Chapter 100

204 Chapters

BAB 91. Doa Yang Dijawab.

"Surya rindu Ibu, dan paling rindu sama Bintang, Om Lukman," lirik Surya sambil sesekali menyeka air matanya. Lukman pun merasa apa yang dialami Surya adalah sesuatu hal yang sangat tidak pantas dan tidak adil bagi anak yang tidak ada sangkut paut dengan perbuatan Susantio. "Tenangkan dirimu, jangan pernah berhenti untuk berharap, berdoa terus kepada Tuhan. Om yakin, sebentar lagi kamu pasti akan bertemu dengan ibu dan adikmu," hibur Lukman dengan tulus. Surya lantas menganggukan kepalanya dan kembali membersihkan wajahnya dari bekas air mata. Lukman sudah membulatkan tekad, jika saja ada kesempatan yang sangat baik, dia akan membawa pergi Surya dari neraka ini. Ia berpikir akan segera menghampiri rumahnya Abidzar atau langsung saja datang ke kantor tempat Abizar bekerja. Lalu Lukman menggelengkan kepalanya. “Jika aku ke kantor maka resiko pasti besar, bisa saja mereka menangkap aku dan Surya. Iya kalau cuman aku yang dihabisi, kalau Surya juga ditembak mati di tempat? Itu tidak bo
Read more

BAB 92. Petunjuk Dari Lukman

Kali ini giliran Ratih yang memberikan kesaksian. Ia bersaksi sesuai dengan apa yang memang dialaminya. Tanpa menambah atau mengurangi, semua dia ceritakan secara detail, setelah hakim langsung memberikan kesempatan untuk pengacara Rangga untuk bertanya kepada Ratih. “Apa ada pertanyaan dari tim kuasa hukum terdakwa?” ucap hakim ketua. “Iya, Hakim ketua,” sahut Yono lalu berdiri dan menghadap kepada Ratih. “Nyonya Ratih, boleh saya tau dulu hubungan Anda dengan Terdakwa?” tanya Yono memulai pertanyaannya. “Rangga adalah kekasih saya, dulu,” jawab Ratih tenang dan teratur. “Berapa lama Anda dan Terdakwa berpacaran?” tanya Yono lagi. “Kurang lebih selama tiga tahun,” sahut Ratih juga masih tenang. “Hem, lalu apakah benar saat Anda memutuskan Terdakwa itu tidak hanya empat mata. Melainkan Anda mempermalukan terdakwa di hadapan banyak tamu?” tanya Yono sekali lagi. “Benar, lalu apa hubungannya masalah pribadi ini dengan kasus percobaan pembunuhan yang saya hadapi?” tanya Ratih mul
Read more

BAB 93. Vila Bukit Tinggi

“Kalau begitu bawa pasukanmu yang agak banyak. Jangan membuang waktu lagi, kita pergi sekarang juga,” titah Sundari.Sementara semua urusan di Jakarta telah diselesaikan dengan tuntas oleh Abizar. Ia, Fitri, Jakse, Leo dan Dr. Tuti, kini sedang berjalan dengan kepala yang terangkat menaiki anak tangga pesawat. Tujuan pertama mereka adalah menuju ke sebuah vila yang berada di bukit tinggi.“Apa kamu yakin, kalau kali ini kita tidak akan gagal?” tanya Abizar kepada Jakse.“Tuan, modal peluru kita sudah lebih dari cukup. Saya yakin, setelah ini semua akan segera selesai. Tidak lama lagi, Tuan.” Jakse kembali meyakinkan Abizar yang masih terlihat resah.“Tenanglah, Abizar. Ada aku juga yang menemanimu.” Tuti juga ikut menenangkan Abizar sambil memegang pergelangan tangan Abizar.Wajah Abizar tersenyum lega, ia merasa tenang sekarang. Bukan masalah seberapa kerugian materi yang Abizar pikirkan. Tetapi nyawa seorang anak kecil yang menjadi taruhannya, dia sadar jika dirinya kini berkejaran
Read more

BAB 94. Tertangkapnya Soni.

Sore itu, Soni yang sedang menyeruput teh dan memakan gabin asin saat itu sedang bertukar pesan dengan Tedi. “Jadi bagaimana, Bang Ted? Semua rencana tidak berubah lagi kan? Setelah vonis Rangga dibacakan, hari itu juga target ‘R’ langsung kita ciduk kan, Bang?” tanya Soni untuk mengkonfirmasi kembali rencana mereka.“Hem, tentu saja. Tidak ada yang berubah, ingat yah, Dek. Kalau tidak bisa ditangkap hidup, tembak mati ditempat.” Soni mengangguk saat membaca balasan dari Tedy tersebut.Baru saja ia akan menyimpan ponsel black berrynya masuk ke kantung. Tiba-tiba saja nama komandannya muncul di layar ponsel berbarengan dengan suara notifikasi panggilan masuk. Soni agak heran, tidak biasanya dia dihubungi pada saat hari bebas piket.Apalagi Soni tau kalau saat ini, komandannya sedang bersantai di bukit tinggi dengan keluarganya. Itulah yang diketahui oleh Soni. Ia segera mengangkat dan mendapatkan perintah untuk menyusul ke Bukit tinggi.Tanpa ada rasa curiga sedikit pun, Soni segera b
Read more

BAB 95. Penangkapan Tedi Johan.

“Habis kau, sebentar lagi Tedi Johan!” gumam Leo menatap geram dalang pembunuhan banyak orang tersebut.Tidak lama kemudian, panggilan kepada seluruh penumpang dengan tujuan ke Pekanbaru dipanggil untuk mulai memasuki pesawat tersebut. Tedi, lantas mencocokkan nomor penerbangan pesawat yang dibacakan dengan yang tertera di boarding pass.Ia langsung memakai kaca mata hitam dan segera melangkah menuju ke keluar ruang tunggu dengan koper yang ditentengnya. Wajahnya tegas, seulas senyum tipis membuat aura maskulin sekaligus misterius menjadi ciri khas seorang Tedi Johan.“Target sudah naik ke pesawat, Komandan,” lapor salah seorang intel yang bertugas di lapangan.“Hem, awasi terus. Jangan sampai lolos,” titah Sigit dengan tegas.Setelah Tedi duduk di nomor kursi yang sesuai dengan tiketnya, ia segera memakai sabuk pengaman dan memanggu koper berisikan uang tersebut. Lalu ia memakai headphone di telinganya untuk menikmati alunan music bagi para penumpang VIP pesawat komersil tersebut sam
Read more

BAB 96. Perlawanan Tedi

Saat di dalam mobil tahanan berpengawalan ketat, Tedi duduk dibagian tengah dan diapit oleh dua orang polisi Pak Ucok seorang polisi berambut cepak dan Pak Alfri polisi berambut gondrong. Perjalanan awalnya lancar.Baik Alfri dan Ucok sudah menganggap kalau Tedi Johan, dapat ditenangkan dan ditangkap tanpa perlawanan berarti. Tapi, dugaan mereka ternyata meleset. Saat mobil sudah dekat dengan perempatan tracfic light, tiba-tiba saja Tedi langsung berdiri dan menindis Pak Alfri dengan tubuhnya serta merampas pistol dan berbalik menembak kepala Ucok yang posisi saat itu lengah karena terkena hentakan tarikan tubuh Tedi Johan.DOR!“Sialan!” teriak Alfri langsung segera menyundul wajah Tedi dengan kepala hingga hidung Tedi mengeluarkan darah.Ia berikan satu uppercut di dagu, serta memukul ulu hati Tedi dengan siku tangannya dan membuat Tedi tersungkur. Perkelahian di dalam mobil tersebut membuat kondisi mobil oleh dan langsung saja menabrak tiang lampu merah di perempatan.“Kurang ajar
Read more

BAB 97. Lukman

“Aku berharap dia tidak selamat, mungkin dengan cara ini dia akan berhenti menyakiti banyak orang, Deva. Aku tidak bisa membayangkan jika dia hidup dan menggunakan semua fasilitas kekuatannya untuk kembali lolos dan justru membalas dendam kepada kita. Apa kamu tidak pernah pikirkan hal tersebut?” ucap Ratih dengan wajah yang menatap ngeri suaminya. Deva lalu terdiam dan berpikir. Ia mengingat kembali beberapa malam lalu, saat Sundari dan Parlin serta anak buahnya turun menuju ke rumah kayu tempat Susantio selama ini menyembunyikan uang dan dirinya. Itulah pertama kalinya mereka bertemu dengan seorang pria jangkung yang bernama Lukman. Pria tersebut mengangkat kedua tangannya dan berteriak meminta untuk diberikan kesempatan untuk berbicara. “Tuan! Ku mohon, dengarkanlah saya. Saya tidak bersenjata, ini bukan jebakan dan silahkan periksa saya sekarang juga kalau Tuan tidak percaya,” teriaknya sambil mengangkat kedua tangan. Saat itu Sundarilah yang datang mendekati Lukman dan segera
Read more

BAB 98. Persiapan Penyelamatan Surya.

Belum sempat Lukman memberitahu, suara beberapa mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya Deva. Buru-buru Deva, Parlin, Sundari dan Lukman langsung keluar menyambut kedatangan Abizar dan rombongannya. Deva langsung memeluk Abizar dengan erat. “Papa, baik-baik saja?” tanya Deva khawatir kepada papanya. “Aku tidak ikut berlari ke sana ke mari mengejar Tedi. Aku hanya mengikuti mereka di dalam mobil yang nyaman. Papa kasihan sama Pak Ucok, semoga beliau selamat,” ucap Abizar dengan mata berkaca-kaca dan menyugar rambutnya kebelakang. “Masuk dulu, Pa.” Deva langsung memegang tangan Abizar dan mengajaknya ke ruang tamu. “Mana menantuku? Kenapa dia tidak datang menyambutku?” tanya Abizar mencari Ratih. Deva menghela nafas. “Ratih ngambek sama Deva, Pa. dia ada di kamar, pasti tidak dengar kalau ada Papa datang. Nanti Deva panggil,” lapor Deva kepada papanya. “Ada apa? Kenapa sampai kamu membuat istrimu itu ngambek, hem?” tanya Abizar mengusap wajahnya. “Dia mendoakan agar Tedi meningg
Read more

BAB 99. Penyelamatan Surya.

Kabar penangkapan Tedi yang cukup menghebohkan kalangan intern kepolisian sementara dirahasiakan dan hanya segelintir orang saja yang tau. Sigit sudah memerintahkan agar tidak terjadi kebocoran informasi, walau ada beberapa wartawan yang sudah penasaran di rumah sakit bayangkari, tapi penjagaan yang sangat ketat membuat wartawan tidak bisa berkutik.“Demi keamanan negara, tidak ada yang boleh masuk. Nanti, jika pada waktunya akan ada konferensi pers. Sementara, kalian pulanglah dulu,” usir Asep dengan halus kepada para teman-teman wartawannya.Banyak sekali wartawan yang kecewa dan banyak pula yang pulang tapi sebagian kecil mereka memilih untuk bertahan. Yang memilih bertahan itulah ancaman bagi Asep dan sudah menjadi tugas Asep untuk menjaga ketat, agar mereka tidak dapat masuk ke area rumah sakit.Operasi pengangkatakan peluru yang bersarang di kepala Ucok dan Tedi masih berlangsung. Pembedahan pada bagian kepala memang tidak akan mudah untuk dilakukan, sedangkan Hastuti kini sedan
Read more

BAB 100. Ada Yang Tidak Beres.

Buru-buru Lukman membuka kunci pintu kamar mandi dan segera membuka lebar pintu tersebut. Terlihat Surya meringkuk ketakutan di dalam bak kamar mandi dengan tubuh yang sudah basah kuyup dan gemetar. Ada jejak darah di pelipis dan bibirnya, Lukman yakin kalau Surya pasti dianiayi oleh Jagad.“Surya!” teriak Lukman langsung masuk dan mengangkat anak ini.Tubuhnya yang menggigil ternyata sangat panas, Surya demam, bibirnya gemetar dan suara gigi beradu menunjukkan betapa menderitanya anak ini.“Om, Surya sudah tidak kuat, Om. Tadi, Bapak datang minta maaf sama Surya, Om,” lirih anak ini dengan polosnya.Melihat hal tersebut Alfri segera bertindak cepat. “Bawa anak ini ke ambulance!” titahnya.Untunglah, Ambulance standby di luar karena sudah menjadi standart opersional penyelamatan sandera. Mereka harus mempersiapkan tenaga dan peralatan medis yang mumpuni. Lukman segera berlari dan bergegas menghampiri dua petugas Kesehatan yang langsung menyambut Surya.“Bertahanlah, Mama dan Bintang s
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status