All Chapters of Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Chapter 81 - Chapter 90

204 Chapters

BAB 81. Pengakuan Rahma.

“Di antara semuanya, yang mana yang pernah kamu kenal? Apa mereka pernah menemui Yoga Budiman? Aku perlu keterangan yang sangat jelas dan jujur darimu, setelahnya nanti malam, aku akan meminta Parlin dan beberapa bodyguardnya suamiku untuk menjemputmu dan ibu kamu,” janji Ratih kepada Rahma. “Terima kasih, Nyonya.” Rasa syukur Rahma tergambarkan dengan raut wajah yah terlihat bisa bernafas lega. Rahma langsung menajamkan pandangannya melihat satu per satu foto yang tidak dikenalnya. Hingga ia menunjuk seorang pria yang juga sudah tidak assing bagi Ratih dan Deva. “Ini, Nyonya. Saya pernah melihat orang ini saat bertransaksi. Selama ini saya tidak pernah tau ada urusan bisnis apa mereka, yang saya kerjakan hanyalah bagian perhitungan uang keluar masuk, dan ….” Rahma menggantung ucapannya. “Dan apa, Rahma?” Deva angkat suara. “Dan, diwajibkan untuk memark up semua harga bahan baku keperluan pabrik, serta bekerja sama dengan bagian purchasing untuk menukar kualitas barang yang menja
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

BAB 82. Berjanjilah! Kamu Harus Hidup!

Perlahan Rahma tempelkan matanya, di kaca berbentuk bulatan seperti uang koin seratus rupiah. Dan, saat ia melihat siapa yang berdiri di luar sana, tubuh Rahma langsung bergidik ngeri. Secepak kilat ia langsung berlari masuk ke dalam kamar dengan wajah paniknya Nomor satu yang dicari adalah anaknya. “Juno! Juno! Dengarkan Mama baik-baik, masuk ke dalam sini dan jangan lakukan apapun. Jangan bersuara sama sekali, apapun yang terjadi kamu harus diam, apa kamu paham, Nak?! Paham? Ingat, Juno hanya boleh keluar kalau melihat Om ini, ngerti? Janji?! Cepat, katakan kamu berjanji!” pekik Rahma setengah berbisik. Anak laki-laki berusia Sembilan tahun itu, langsung ketakutan melihat kepanikan mamanya. “Ada apa, Ma?” tanya Juno menahan tangis. “Pokoknya berjanjilah! Mama, tidak bisa menjelaskannya sekarang. Ini ponsel Mama.” Rahma buru-buru mengganti setelannya menjadi mode silent dan memberikannya kepada Juno. “Tepat jam delapan akan ada yang menjemput kita, namanya Om Parlin. Pergi dan ik
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

BAB 83. Para Bos Pengepul Karet.

"Kita pasti akan tau nantinya dan Deva, lihatlah. Jimin juga mengatakan, kalau Rangga menyembunyikan sebuah koper berwarna hitam kotak-kotak bercampur list coklat. Apa, itu koper yang sama dengan koper yang diambil oleh perempuan di tempatnya Susantio?" tanya Ratih penasaran, pasalnya Ratih tidak terlalu memperhatikan detail video tersebut. Tapi berbeda dengan Deva, ia menggangguk tanpa ragu. "Iya, memang mirip. Walau tidak tau warnanya tapi koper tersebut seingatku memang bermotif kotak-kotak." Deva sangat yakin "Berarti benar yg kamu bilang kemarin. Kalau isi koper itu adalah uang, uang yang sangat banyak senilai Dua Milyar Setengah. Lalu siapa bos besar, yang selama ini menerima hasil karet hasil dari penukar tersebut?" Ratih memutar otak dan menggali ingatan masa depannya. Deva pun kini ikut berpikir, Parlin juga berusaha menemukan jawaban. Juga Sundari yang menulis beberapa bos pengepul karet dari yang kecil hingga yang besar. Lalu menaruh diatas meja, agar dia dapat menjelask
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

BAB 84. Pengkhianat Adalah Orang Terdekat.

Di masa depan, Yoga Budiman akan memiliki sebuah gudang, bahkan pabrik yang sangat besar. Ia akan menjadi rival pertama untuk perusahaan milik, Papa," cerita Ratih. “A-apa, maksudnya Nyonya? Apa, Nyonya bisa melihat masa depan?” Ikbal mendelik tidak percaya. Deva dan Ratih saling menatap satu sama lain. Rasanya mereka sudah lupa kalau masih ada Ikbal bersama mereka di sini. Ratih langsung tertawa untuk menetralkan kegugupannya. Untung saja, Ratih tipe wanita yang mampu memutar otaknya dengan cepat. “Bukan melihat masa depan, Ikbal. Tapi lebih tepatnya mendeskripsikan atau meramalkan kemungkinan yang bisa terjadi. Coba kamu pikirkan saja, sudah berapa milyar mereka menggelapkan uangnya mertuaku?” Ratih sengaja menjelaskannya dengan berlogika. “Banyak Nyonya, sampai saat ini yang diketahui puluhan milyar kan, Nyonya?” jawab Ikbal masih menatap Ratih serius sambil menahan keterkejutannya barusan. “Kalau saat itu, mertuaku jadi melanjutkan pembelian pulau kecil yang berisikan kebun k
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

BAB 85. Kedatangan Juno.

“Aku, tidak akan pernah mengkhianatimu …” bisik Deva lalu memeluk erat istrinya. Sangat erat, seolah tiada hari esok lagi bagi mereka. “Aku tau, aku juga akan melakukan hal yang sama. Apa kamu tau? Pengkhianatan yang akan dilakukan oleh Rangga adalah pengkhianatan yang ku bawa sampai detak jantungku benar-benar berhenti di dasar danau tersebut,” lirih Ratih. “Apa yang terjadi saat itu?” tanya Deva. “Banyak, yang jelas, aku tidak mau hidup dalam bayang ketakutan dan aku ingin mereka semua membayarnya,” tegas Ratih. “Hem, kata pengkhianat ini kini menjadi kata yang sangat mengusik batinku,” desah Deva sambil mengusap wajahnya. "Kata pengkhianat hanya bisa disandingkan untuk orang yang terdekat dan menyakiti kita tanpa ragu, Deva. Ingatlah, jangankan orang lain yang kita tolong, bahkan saudara yang terikat sedarah saja mampu mengkhianati. Orang tua dan anak, suami istri, tetap saja mungkin untuk mengkhianati satu sama lain. Jadi, kalau baru seorang Yoga yang mengkhianatimu, jangan t
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

BAB 86. Juno Sakit Jantung

“Bukti ini, akan kita bawa dan kawal kasus ini sampai pria ini dijatuhi hukuman mati!” desis Deva memandang geram perbuatan orang-orang keji ini.“Deva, aku mohon, sebelum melakukan ini semua. Sebelum kita berurusan lebih panjang lagi dengan urusan hukum, aku mohon selamatkan dulu anaknya Kak Fitri. Aku takut, mereka membunuh anak itu,” isak Ratih dengan mata yang masih tertuju ke ponsel blackberry tersebut.“Kamu benar, itu adalah misi utama kita saat ini,” ucap Deva.“Benar, Deva. Setelah melihat mereka bisa membunuh seorang lansia yang sudah kena stroke, maka tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa menghabisi nyawa anaknya Kak Fitri.” Ratih kepikiran sekali sejak tadi.“Rasanya ini waktu yang tepat Tuan. Saya juga dapat kabar dari Leo, kalau Tuan Abizar dan Ibu Fitri sudah perjalanan ke Jakarta. Katanya sejak tadi Tuan Abizar menghubungi ponsel Tuan, tapi tidak diangkat,” lapor Sundari sambil menunjukkan pesan singkatnnya Leo.“Baguslah kalau begitu. Yoga dan Jokowi sudah aman d
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

BAB 87. Abizar Ke Jakarta.

“Juno, sakit jantung, Tante. Mama, bilang … sebentar lagi, Juno akan sembuh. Mama sedang mengumpulkan uang yang banyak untuk operasi Juno, Tante. Tapi, sekarang mamanya Juno sedang sekarat. Iya sekarat, itu yang dikatakan sama om berbaju putih tadi,” ucap Juno bercerita dengan polos dan wajahnya juga tampak masih ketakutan.Ratih kuasa untuk menahan tangis. Ia ingin bertanya lebih, tetapi Ratih tidak tau bagaimana caranya. Jangan sampai pertanyaannya justru membuat Juno semakin tertekan dan semakin trauma. Tetapi, anak ini ternyata lebih kuat dari yang dipikirkan oleh Ratih.“Mama bilang, Juno harus kuat dan harus hidup. Om Parlin, Juno juga mengingat nama orang yang datang ke rumah Mama,” terang Juno membuat semua langsung berhenti mengunyah. Buru-buru Parlin meneguk air minumnya dan segera mendekatkan wajahnya ke Juno.“Siapa, Jun? Apa kamu mendengarnya dengan jelas?” tanya Parlin dijawab dengan anggukan kepala.“Iya, Om. Namanya Pak Tedi Johan, tadi sebelum mereka pergi ada seorang
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

BAB 88. LPSK menyambut Abizar dan Fitri.

Mereka langsung beristirahat pada malam itu, terkecuali Leo. Malam itu di saat semua terlelap Ia membuat urutan bukti-bukti beserta nama, tempat, tanggal korban ditemukan dan juga tersangka yang dicurigai.Bukan hanya itu, foto-foto para jaksa dan para hakim, juga sudah dipegang untuk menjadi bukti terjadinya penyalah gunaan jabatan. Anak buah Ikbal ini, sudah bekerja dengan baik bersama tim mereka yang lainnya.“Baiklah, dengan begini, pembicaraan besok akan lebih terarah,” ucap Leo bermonolog dengan dirinya sendiri.Sesuai dengan instruksi Tuan Besar Rahadjo, semua sudah berkumpul di ruang tengah apartemen pukul lima lewat lima belas menit. Mereka lantas turun ke basemen dan segera bergegas menuju tempat tujuan.Rombongan Abizar, langsung menuju ke Jakarta Timur. Jakse sudah membuat janji temu dengan Kepala Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, sesuai instruksi Abizar saat masih di Sumatera.Saat turun dari mobil, AbiZar Raharjo langsung disambut hangat oleh Pak Hasto Suraya, seora
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

BAB 89. Hastuti Sang Dokter Forensik

“Apa, kamu bisa menghubunginya untuk kali ini saja sesuai dengan permintaanku, Harto?” tanya Abizar dengan perasaan tidak enak, mengingat masa lalu yang pernah terjadi antara Abizar dan Hastuti."Tenanglah, Abidzar. Hastuti sudah ada di ruangan sebelah.” Hasto tersenyum melihat wajah Abizar yang langsung berbinar.“Benarkah?” tanya Abizar antusias.“Hastuti, menunggumu dan pengacaramu untuk menjabarkan kasus yang sedang kalian hadapi. Siapa korban dan siapa tersangka yang kalian curigai. Lalu, apa yang ingin kalian lakukan. Semua sampaikanlah dengan lengkap, jangan sampai ada yang tertinggal.” Hasto mengingatkan sahabatnya itu.“Iya aku akan memceritakan semua dengan lengkap,” sahut Abizar.“Iya, jika informasi sudah terkirim, dia akan pergi ke kotamu dengan membawa nota khusus dari kepala tim forensik Indonesia. Nanti juga paling Tuti akan meminta izin pengawalan khusus untuknya kepada Bapak Kapolri, kalau ada nota khusus aku yakin, mereka pasti akan menetapkan satu petinggi untuk me
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

BAB 90. Surya dan Lukman

“Ini benar-benar, gila!” gumam Hasto sampai mengusap wajahnya.Ia tidak menyangka seorang perwira berpangkat letnan satu, bisa melakukan segala kekejian ini. Hasto dan Tuti kembali memperhatikan semua penjabaran Leo. Leo tidak hanya menceritakan dengan detail, tetapi ia juga menunjukkan bukti-bukti yang jelas."Ini adalah beberapa foto yang saya miliki pada saat Tedi Johan bertemu dengan jaksa, lalu ini adalah anak buah Tedi Johan yang memberikan gratifikasi kepada beberapa hakim dan juga panitera.” Beberapa foto yang sempat diambil oleh anak buahnya membuat Abizar terbelalak, soalnya Abizar juga belum tau kalau ada bukti tambahan seperti ini."Kami sebenarnya bisa saja melenyapkan mereka dengan mudah Bu dokter. Tetapi, jika hal tersebut terjadi apa bedanya kami dengan mereka," ucap Leo menutup sesi persentase lengkapnya.Abizar lantas menganggukkan kepalanya dan ia setuju dengan apa yang Leo katakan. Siapa saja tau, sebanyak apa bodyguard terlatih milik Atmadeva. Bahkan mereka juga m
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status