Semua Bab Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Bab 101 - Bab 110

204 Bab

BAB 101. Pelarian Leni dan Nia.

“Nia, ada yang tidak beres! Apa kau mau masuk penjara? Kita harus mengantisipasi dan menyelamatkan diri kita sendiri, jika memang ada sesuatu yang tidak beres!” bentak Leni kenapa Nia, anaknya. Mendengarnya Nia langsung duduk dan menatap kesal kepada ibunya Leni. “Baiklah, ayo kita pergi! Tapi, setelahnya apa aku boleh menjenguk Rangga, Bu?” tanya Nia, ia sudah rindu dengan Rangga. Sejak terakhir mereka bertemu malam itu saat koper disembunyikan di dalam Lapas, Nia tidak lagi pernah bertemu dengan Rangga kekasihnya. Tetapi, mendengar pertanyaan anaknya, Leni langsung emosi, ia tidak menyangka dengan kedunguan anak kandungnya ini. “Otak kau taruh di mana, hah?! Apa kau lupa barusan tadi Ibu bilang apa? Kita harus melihat kondisi markas, jika ada sesuatu yang mencurigakan maka kita harus segera menyelamatkan diri! Goblok!” bentak Leni sudah geram dengan Nia. Wajah Nia langsung ditekuk tidak terima, baru kali ini dia dicaci maki sekasar ini oleh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

BAB 102. Konferensi Pers Akbar.

“Siapa yang telepon, Pak Yono?” tanya Rangga menatap serius. “Panitera.” Yono menjawab singkat sambil menunjukkan nama yang tertera pada layar ponsel di tangannya. Yono lalu berdiri dan keluar sebentar, ia berbincang dengan Panitera. Tampak dari wajahnya, Yono tidak sedang baik-baik saja, Rangga tidak suka jika keadaan berubah menjadi genting seperti ini. Ia tetap menunggu Yono dengan sabar. Sampai akhirnya Yono datang kembali menghampiri dirinya. “Tuan Rangga, ada sesuatu yang tidak beres. Semua hakim saat ini sedang diperiksa oleh bagian Tipikor, Tuan Tedi juga sampai sekarang tidak menjawab ponselnya, begitu juga dengan Soni. Saya harus segera mencari tau keberadaan kakak Anda terlebih dulu,” pamit Yono. Rangga langsung mencengkeram tangan Yono dengan kuat. Ia menatap nyalang wajah Yono, dengan rahang yang mengeras. “Demi Tuhan, sampai kau tinggalkan aku sendirian maka aku akan akan menghabisimu, ibumu, istrimu, anakmu dan semua keturunanmu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

BAB 103. Erik yang Kalang Kabut.

Konferensi Pers Akbar ini bukan hanya ditonton oleh keluarga Deva, tetapi dari penjara berita ini juga langsung menjadi viral. Kepala Penjara yang bernama Pak Eric langsung ketar ketir, sedangkan Rangga yang mendengar berita ini langsung shock dan histeris. “Tidak! Tidak!” teriak Rangga tidak terima di dalam ruangan khususnya. Melihat Rangga yang histeris seperti itu, Rajimin berusaha untuk menenangkan Rangga. beberapa kali ia menepuk-nepuk bahu Rangga. "Sabar, Tuan, sabar," ucap Rajimin dengan wajah yang dibuat bingung, seolah-olah dia tidak tahu apa yang membuat Rangga begitu marah. Mendapati berita yang sangat menghebohkan itu, Erik segera bergegas menuju ke rumah tahanan tempat dia berdinas. Iya tidak ingin mempertaruhkan jabatannya untuk menolong Rangga. Buru-buru ia perintahkan anak buahnya untuk menghapus beberapa rekaman CCTV yang menampilkan dirinya pada saat bertemu dengan Teddy maupun Leni. Sayangnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

BAB 104. Akan Mengundang Teman Makan Siang.

"Benarkah, aku terlalu percaya diri? Bagaimana kalau ini aku berikan kepadamu?" Deva lantas mengangkat sebuah cincin berwarna maroon dan bertahta emas putih, tampak sangat indah, tidak terlalu berkilau tetapi terlihat sangat elegan."Apa ini, Deva," tanya Ratih menatap takjub perhiasan di tangan Deva tersebut."Ini adalah cincin ruby dari Madagaskar. Aku sengaja memesannya, karena dia sangat cantik mengingatkanku kepadamu. Terimalah Ratih, ini adalah hadiah untukmu. Aku harap, kau akan memakainya nanti di acara resepsi kita," pesan Deva kepada Ratih sambil menyematkan cincin itu di tangan istrinya.Ratih lantas mengangkat punggung telapak tangannya dan memperhatikan cincin itu dengan seksama. Ia tersenyum lebar dan kembali memeluk Deva dengan erat."Segala apa yang kau berikan kepadaku, sudah lebih dari cukup. Kamu tidak perlu memberikan aku hadiah-hadiah yang mahal seperti ini kedepannya. Karena kebersamaan kita merupakan sebuah hadiah yang tidak terhingga nilainya dan sangat berharg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

BAB 105. Rahma Sadar?

Pagi itu kurang lebih pukul sepuluh pagi, Abizar dan Deva berangkat menuju ke rumah sakit kepolisian. Di sana mereka berencana untuk berkunjung melihat keadaan Rahma, Surya dan Ucok. Tentu saja, mencari tau bagaimana keadaan terkini Tedi Johan."Apakah tidak ada tanda-tanda sama sekali, kalau Rahma pasti akan sadar?" tanya Deva kepada Abizar."Papa juga tidak tahu, Deva. Justru itu, kenapa papa mengajakmu untuk berangkat ke rumah sakit. Agar kita bisa mencari tahu apa kendala yang membuat Rahma sampai sekarang tidak sadarkan diri," jawab Abizar dengan wajah penuh penyesalan.Mengangguk setuju dan mereka segera bergegas menuju ke rumah sakit polisi. Sesampainya di sana Hastuti sudah berada di depan lobby menyambut kedatangan Deva dan Abizar."Selamat siang, Mas Abizar. Apakah, ini Deva anak kalian?" tanya Hastuti menatap takjub kepada Deva.Pasalnya wajah Deva mengingatkannya ketika Abizar masih muda dulu. Hanya bedanya Deva jauh lebih tinggi dibandingkan pria yang kini sedang tersenyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

BAB 106. Ikatan Ibu dan Anak.

"Nyonya Rahma, apakah Anda bisa mendengar saya?" ucap Hastuti saat sudah berada di sampingnya Rahma yang masih menatap langit-langit rumah sakit dengan tatapan yang kosong. Rahma tidak menjawab pertanyaannya Hastuti, ia terus terdiam seperti orang yang sedang syok. Melihat hal tersebut Deva berinisiatif mendekati Rahma. "Rahma, apa kau mengenal aku? Bagaimana perasaanmu saat ini," tanya Deva berusaha untuk berbincang dengan Rahma. Walau mendengar suara Deva, tapi Rahma tetap saja terdiam dan ia hanya melihat satu titik cahaya yang ada di atap kamarnya. "Mungkin Nyonya Rahma masih dalam keadaan trauma. Bisakah kita berbicara di depan saja Mas Abizar dan Deva?" tanya Hastuti setelah memeriksa semua tanda-tanda vital yang berada di dalam tubuhnya Rahma. "Ada apa dengan Rahma, Tante? Kenapa dia seperti orang yang linglung begitu dan tidak bisa berbicara apa-apa? Apakah, ada sesuatu yang salah dengan dirinya." Deva menjadi penasaran.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

BAB 107. Makan Siang Bersama Hastuti.

"Tuan masih ada satu yang Anda belum tahu, di sebuah villa tempat Yoga Budiman biasanya berlibur dengan istri dan anak-anaknya. Tersimpan sebuah brankas yang berisikan emas murni, kurang lebih sekitar 100 kg di brankas. Emas itu adalah hasil dari penyelundupan karet yang selama ini dia kerjakan dengan pria yang bernama Teddy," cerita Rahma. Mendengar berita tersebut Deva cukup terkejut, tetapi ia tidak mau terlalu memikirkannya untuk saat ini. Ia berpikir bahwa lebih baik informasi yang disampaikan oleh Rahma ini diberitahukan saja kepada Pak Alfri atau Alan. "Baiklah Rahma, kamu harus sehat sekarang. Untuk semua informasi yang akan kamu sampaikan dan yang telah kamu sampaikan kepadaku, nanti bisa kamu katakan pada saat pemeriksaan yang dilakukan oleh Pak alfri atau Pak Alan ya," ucap Deva kepada Rahma. Rahma mengangguk mengerti, tak lama kemudian Deva, Ratih dan Abizar pun berpamitan. Hanya tertinggal Rahma dan Juno yang saat itu ditemani o
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

BAB 108. Kenalkan Aku Dengan Nyonya Rahardjo.

Yeni langsung bergegas berdiri dan menuju ke ruang tamu. Matanya berbinar melihat pria yang saat ini sedang duduk memainkan ujung jemarinya. "Apa kabar, Deva?" tanya Yeni berusaha mengatur nafasnya. Ia tahu jika dirinya saat ini sedang berdebar luar biasa, menatap wajah tampan Deva yang selama bertahun dilihatnya dari jauh, kini justru berada di ruang tamu rumah milik ibunya. "Kabarku baik, Yeni," jawab Deva dingin. Yeni lalu berjalan mendekat dan mengambil kursi plastik untuk duduk di sebelahnya Deva. Dalam diam ia memejamkan matanya sejenak dan menghirup aroma tubuh Deva. "Gila! luar biasa, dia tidak pernah berubah! Aroma tubuhnya selalu saja wangi sejak dulu, wajahnya semakin tegas. Tatapannya semakin tajam, tubuhnya juga semakin gagah. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan untuk menahan hasrat seperti ini," gumam Yeni dalam hati menatap Deva dengan tatapan muka pengennya. "Yeni, aku datang ke sini bukan untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

BAB 109. Yeni Berkunjung Ke Rumah Rahardjo

"Kapan kau mau bertemu dengan istriku?!" tanya Deva sambil menahan rasa emosinya.Yeni lantas tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah menduga jika Deva memang masih bisa diperdaya olehnya. Keinginannya untuk memiliki Deva semakin besar di saat ia tahu jika Deva bisa melunak seperti saat ini."Bagaimana kalau misalnya besok kamu menjemput aku pagi? Kita akan bersama-sama ke rumahmu, yah minimal hari ini kamu bisa memberitahu kepada Nyonya Raharjo kalau dia akan menyambut seorang tamu yang merupakan mantan kekasih suaminya," ucap Yeni percaya diri.Deva jengah mendengar ucapannya Yeni. Bagaimana mungkin wanita ini berubah menjadi lebih berani. Seingatnya dulu, Yeni adalah gadis yang baik. Terlepas dari motivasinya mendekati Deva tetapi ia tidak pernah menyangka jika Yeni bisa berubah menjadi ular betina seperti ini."Aku bekerja Yeni, aku tidak memiliki waktu untuk mengantar jemput dirimu. Buat apa aku memiliki banyak pegawai dan banyak supir jika aku harus datang menjemputmu sendiri?” Dev
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

BAB 110. Keluar Dari Rumahku!

"Alasannya? Apakah aku perlu memberitahunya kepadamu, Nyonya?"Dari cara bicaranya Yeni, Ratih sudah bisa menduga apa yang diinginkan oleh perempuan licik yang tidak tahu malu ini. Ratih berusaha untuk tidak menampakkan emosinya di depan Yeni."Jika kamu memang perempuan yang tahu malu, aku rasa tidak perlu ada alasan untuk kamu menahan barang milik orang lain.” Ratih berbicara dengan sarkas.“Apa, ibumu tidak mengajarkanmu tentang tata krama dan tidak pernah beliau mengajarkanmu jika menginginkan barang yang bukan miliknya adalah sebuah perbuatan yang salah dan memalukan?" Ucapan Ratih terdengar sangat tajam.Ratih sudah tidak perduli lagi dengan perasaannya Yeni, karena ia berpikir wanita ini harus dididik. Sayang niat baik Ratih sama sekali tidak digubris, Yeni justru tersenyum bangga mendengar Ratih mengomel."Yah kamu benar sekali, ibuku tidak pernah mengajarkan aku tentang tata krama. Dia terlalu sibuk mencuci bajunya para tetangga untuk mencari nafkah. Dan, kamu juga benar seka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status