"Diamlah, bodoh! Jangan buat aku tambah pusing. Mayat Susantio memang sudah ditemukan, makanya aku sampai menghampirimu sekarang! Agar, apapun yang terjadi, uang ini tetap aman! Kalau saja kacung bodoh ini mengikat pemberat di kakinya dengan benar, maka hal ini tidak akan terjadi!" Tejo lantas meluapkan emosinya sambil memukul kepala salah satu anak buahnya. "Maafkan kecerobohan saya, Tuan," sesal anak buah yang biasa dipanggil Lukman. "Yah, memang kau sangat ceroboh! Untung saja kau masih hidup sampai sekarang, kalau saja aku tidak memikirkan rencana kita kedepannya, ku pastikan isi kepalamu pasti sudah terburai saat ini!" Ancaman Tejo, tidak dianggap sebagai ancaman biasa oleh Lukman. Setelah melayani Tejo sekian lama, baru kali ini dia mengatupkan bibir dan bergidik ngeri. Bagaimana tidak, Lukman adalah salah saksi mata, yang melihat bagaimana Tejo menyiksa dan membunuh Susantio dengan keji. Bukan hanya itu, Tejo bahkan tega menculik anak kecil dan mengurungnya tanpa belas kasi
Read more