“Aku … menginginkanmu,” ucapan Deva saat pertama kali meminta haknya sebagai suami terus terngiang diingatan Ratih.Tak kuasa menahan senyum, Ratih yang memutuskan untuk menyiapkan sarapan sesekali tersenyum dan merasakan pipinya memanas. Apalagi, saat ia mengingat dirinya melenguh di bawa kukungan Deva yang tampak gagah.Sisa ciuman panas semalam, masih terasa nyata dan tersisa pagi itu. “Oh Tuhan, Ratih … kau gila,” kekehnya pada diri sendiri.Walau masih terasa perih, tapi karena Deva melakukannya berkali-kali, membuat Ratih akhirnya bisa merasakan nikmatnya saat bercinta. Wajahnya penuh binar, sambil menyusun roti bakar dan juga jus jeruk di meja makan.“Ratih!” panggil Deva dari dalam kamar, membuat Ratih seketika kalang kabut.Ia sangat malu harus bertemu dengan Deva pagi ini, tapi mau tidak mau Ratih berjalan dan menghampiri suaminya. “Kamu, memanggilku?” sahut Ratih.“Kenapa kamu pergi, hem? Sini, berbaringlah di sini.” Deva kembali membuka selimut dan menepuk sisi ranjangnya
Read more