“Iya, sampai jumpa, calon istriku,” pamit Deva lalu mematikan ponselnya.Kaki Ratih lemas mendengar panggilan barunya ‘calon istriku’ yang baru saja dikatakan oleh Deva membuat wajah Ratih semakin memanas. Ia kembali melihat gambar dirinya sambil menatap tak percaya.“Tidak disangka kali ini aku menikah diusia dua puluh satu tahun dengan seorang Tuan Konglomerat yang berkecimpung di bisnis perkebunan. Apa kita akan saling mencinta bahkan lebih dari perasaanku kepada Rangga, Deva?” gumam Ratih lalu berusaha melepaskan gaunnya dengan hati-hati.“Kamu akan mencintainya, jika kamu mau, Ratih … Sini Bunda bantu.” Lusi ternyata mendengar gumaman anaknya.“Iya Bunda,” jawab Ratih sambil tersenyum lebar.“Lalu, apa yang akan kita lakukan selama dua hari ini, Bunda?” tanya Ratih lagi. Selama ini, Ratih selalu melakukan akifitas rutin bersama dengan Deva walau aktifitasnya lebih banyak berdebat tapi, tetap saja Ratih tidak merasa bosan.“Bunda ajak perawatan tubuh yah, kebetulan Bunda sudah me
Baca selengkapnya