Semua Bab Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Bab 31 - Bab 40

204 Bab

BAB 31. Ritual Banyu Peritosari

“Iya, sampai jumpa, calon istriku,” pamit Deva lalu mematikan ponselnya.Kaki Ratih lemas mendengar panggilan barunya ‘calon istriku’ yang baru saja dikatakan oleh Deva membuat wajah Ratih semakin memanas. Ia kembali melihat gambar dirinya sambil menatap tak percaya.“Tidak disangka kali ini aku menikah diusia dua puluh satu tahun dengan seorang Tuan Konglomerat yang berkecimpung di bisnis perkebunan. Apa kita akan saling mencinta bahkan lebih dari perasaanku kepada Rangga, Deva?” gumam Ratih lalu berusaha melepaskan gaunnya dengan hati-hati.“Kamu akan mencintainya, jika kamu mau, Ratih … Sini Bunda bantu.” Lusi ternyata mendengar gumaman anaknya.“Iya Bunda,” jawab Ratih sambil tersenyum lebar.“Lalu, apa yang akan kita lakukan selama dua hari ini, Bunda?” tanya Ratih lagi. Selama ini, Ratih selalu melakukan akifitas rutin bersama dengan Deva walau aktifitasnya lebih banyak berdebat tapi, tetap saja Ratih tidak merasa bosan.“Bunda ajak perawatan tubuh yah, kebetulan Bunda sudah me
Baca selengkapnya

BAB 32. Sah!

Ritual Banyu Peritosari telah berlangsung dengan khidmat dan lancar. Acara demi acara hingga sampai pada acara puncaknya yaitu makan prasmanan pun berlangsung. Seorang wanita yang sejak tadi menatap tidak suka kepada keluarga Ratih segera bergegas meninggalkan kediaman mewah keluarga Hudaya.Acara yang sama juga berlangsung di kediaman keluarga Rahardjo. Setelah acara tersebut kedua insan calon pengantin ini sama-sama menahan diri untuk tidak saling menghubungi satu sama lain.“Kamu kenapa?” tanya Abizar yang menangkap basah Deva sedang gelisah menatap layar ponsel yang tidak disentuhnya sama sekali.“Eh, Pa!” Deva langsung menoleh menatap malu Abizar.Rasanya tertangkap basah itu sangat memalukan. Sejauh ini hanya kepada Abizar, Deva tidak bisa berbohong. “Kangen sama, Ratih?” Pertanyaan Abizar terdengar seperti sebuah ledekan bagi Deva.Dengan wajah yang sudah seperti kepiting rabus Deva langsung menyangkalnya. “Ih, amit-amit! Buat apa kangen? Lagian besok juga ketemu di pelaminan,”
Baca selengkapnya

BAB 33. Tamu Tidak Diundang

“Aduh! Sakit!” pekik seorang wanita sambil memegang bahunya ketika tidak sengaja Ratmin menyenggolnya. “Ma-maaf yah Non,” ucap Ratmin sambil membungkuk beberapa kali. Ratih yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Ratmin dan istrinya langsung emosi melihat siapa yang baru saja datang ke acara pernikahannya. Tatapan membunuh penuh permusuhan dilemparkan kepada Deva yang masih tidak mengerti apa-apa. Setelah Ratmin berpamitan, Deva segera menghubungi Ikbal yang ada di Singapura untuk mengatur pemesanan hotel terbaik untuk dirinya dan Ratih. “Ada apa? Kenapa kamu menetap aku begitu?” tanya Deva dengan polosnya. “Bisanya kamu undang dia ke sini?! Kamu kan tau, kalau acara pernikahan kita ini hanya mengundang orang-orang terdekat dan keluarga saja! memangnya dia itu orang terdekat kamu yah?!” desis Ratih menahan emosi di wajahnya. “Siapa maksud kamu?” tanya Deva tanpa memalingkan wajahnya, ia hanya ingin mendengar apa kesalahannya. “Itu! Lihatlah siapa yang sedang datang me
Baca selengkapnya

BAB 34. Jet Pribadi Ke Medan.

“Kalau begitu aku ganti baju dulu, itu Pak Ratmin baru saja datang membawa mobil.” Ratih menunjuk supir pribadi suaminya yang baru saja keluar dari mobil pribadi Deva.“Tidak perlu ganti baju, semua pakaianmu sudah disiapkan sama Bunda kemarin. Ada satu koper milikmu dan satu koper milikku. Kita akan menyelidiki mereka sekaligus berbulan madu. Jadi, makanlah yang banyak, nanti malam tenagamu pasti akan terkuras habis,” bisik Deva sambil tersenyum nakal.Ratih tidak bisa menutupi keterkejutannya, ia membelalakkan matanya dan hampir tersedak air yang diminumnya. Mendadak Ratih diam seribu Bahasa tidak berani menjawab Deva, padahal Ratih memiliki kebiasaan melawan apapun yang tidak disukainya.“Ayo, kita pamit sekarang. Parlin baru aja menghubungiku dan mengatakan kalau pesawat sudah selesai cek mesin dan ijin terbang juga sudah keluar.” Sebuah anggukan tanpa suara menjadi jawaban Ratih hingga membuat Deva semakin berencana untuk menggoda Ratih hari itu.Keduanya lantas jalan bergandenga
Baca selengkapnya

BAB 35. Rangga Adalah Tahanan Titipan.

“Aku, juga tidak tau … yang jelas, kalau aku tidak bisa mendapatkannya maka tidak ada satu pun pria yang boleh memilikinya. Sekali pun itu adalah Atmadeva!” desis Rangga dengan mata berkaca-kaca.“Tenanglah Rangga, aku dan ibumu tidak akan tinggal diam, kami akan mencari segala cara untuk segera mengeluarkanmu dari penjara. Ini ada masmu juga yang akan bertemu dengan jaksa penuntutmu,” ucap wanita itu kepada Rangga.“Asal kau bisa menjaga sikapmu selama di rumah tahanan, maka semua rencanaku akan berjalan dengan lancar. Apa kau tau itu?!” tegas seorang pria berambut cepak dengan mata setajam elang itu.“Iya Mas, aku akan menjaga sikap dan berkelakuan baik di dalam sana, aku berjanji,” janji Rangga sambil menundukkan kepalanya.“Hem, jika semuanya lancar aku bisa mengkondisikan kamu di dalam rumah tahanan juga. Kamu jangan khawatir, akan aku pastikan kita bisa merebut kembali Ratih. Aku juga tidak menyangka bagaimana mungkin dia bisa berubah seratus delapan puluh derajat!” desis pria t
Baca selengkapnya

BAB 36. Kamar di Pesawat.

Teka teki konspirasi yang ada di sekeliling kehidupan keluarga Ratih dan Deva mulai terkuak perlahan tapi pasti. Selama ini mereka tidak sadar jika mereka tengah memelihara kawanan serigala di tengah kendang domba.Deva yang sementara menikmati wajah Ratih terganggu dengan getaran ponselnya. Sebuah panggilan dari Ikbal masuk, Deva lalu kembali memegang pergelangan tangan Ratih saat Ratih hendak turun dari limosin tersebut.“Tunggu, aku terima telepon dulu,” cegah Deva dan Ratih mengangguk patuh kepada pria yang kini sudah menjadi suaminya.“Halo, Ikbal. Bagaimana?” tanya Deva dengan nada suara datar.“Tuan, saya sudah dapat konfirmasi, kabarnya sore ini istri siri atau simpanan Yoga Budiman akan tiba di bandara Changi, Tuan. Saya juga sudah mendapatkan foto bukti transaksi pembayaran tanda jadi unit Apartemen tersebut,” lapor Ikbal.“Lalu, apa transaksi itu dari rekeningnya Yoga Budiman?” Deva bertanya dengan antusias.“Transaksi tersebut bukan dari nama Pak Yoga, tetapi nama Jokowi S
Baca selengkapnya

BAB 37. Pergelangan Kaki Ratih.

“Apa maksud mereka dengan kamar pribadi yang sudah dimodif, Deva?” Wajah Ratih sangat menggemaskan.“Nanti lihatlah sendiri, kalau aku jelaskan maka tidak akan menjadi kejutan untuk malam pertama kita.” Senyum jahil Deva membuat Ratih panik dalam diam.Pesawat pun akhirnya lepas landas setelah perkenalan dari pilot terdengar. Ratih merapalkan doa agar perjalanan mereka dapat berjalan dengan lancar dan sampai di tujuan dengan selamat. Selain itu Ratih juga berdoa agar diberikan kekuatan dan keberanian jika Deva meminta haknya sebagai suami.Melihat wajah Ratih yang panik, Deva semakin senang dan berpikir untuk kembali menggoda Ratih yang terus saja mematung tanpa berani menoleh. Antara malu, kesal, takut dan gerogi, perasaannya campur aduk menjadi satu.“Kamu kenapa?” Suara Deva bagaikan momok bagi Ratih saat itu.“A-aku tidak apa-apa,” jawab Ratih gugup bersamaan dengan lampu tanda gunakan sabuk pengaman telah padam.Keringat dingin sebesar biji jagung mulai membasahi pelipisnya, wala
Baca selengkapnya

BAB 38. Puzzle Ingatan Masa Depan Jokowi.

“Jatahku sebagai suami, tadinya aku ingin meminta hak ku di sini, sekarang juga. Tapi, kakimu terkilir itu artinya aku harus menunggu sampai kamu pulih. Lagi pula satu jam lima belas menit lagi kita akan sampai, aku rasa menghabiskan waktu denganmu hanya selama satu jam pasti tanggung sekali,” ucap Deva ambil melirik Ratih.“Oh Tuhan! Ku mohon berhentilah berbicara seperti itu, Deva. Aku bisa mati berdiri karena malu mendengar omongan mesummu itu.” Ratih tak kuasa lagi menutup wajahnya dengan bantal di sampingnya.Deva menahan suara tawanya dan tetap bergaya sok cool. “Aku, kompres sekarang yah.” Deva lalu menekan bekas memar tersebut dengan kain yang berisi es batu.Walau rasanya agak sakit, tapi Ratih tetap berusaha menahan suara rintihannya. Ia tidak ingin terlihat lemah dan manja di depan Deva. Mata Ratih sejenak terpejam, sebuah ingatan bagaikan puzzle kembali hadir dalam rekam memorinya.“Jokowi Saputra? Deva, kwitansi pembayaran tanda jadi di apartemen Fraser Suite Singapore ta
Baca selengkapnya

BAB 39. Wanita Simpanan Yoga Budiman.

Seorang wanita baru saja turun dari pesawat dengan kepala mendongak keatas. Dia berjalan dengan langkah percaya diri dan tatapan angkuh yang tertutup kacamata hitam. Senyuman tipis begitu sinis dan menghina juga tidak tampak karena sebuah masker melindunginya dari kepalsuan.“Halo, Sayang … aku sudah sampai di Changi. Apakah yang menjemputku Jokowi?” tanya wanita yang sudah diketahui identitasnya, Yeni Budiman.Wanita ini cukup lihai untuk menutupi identitas aslinya, buktinya sampai sekarang, Ikbal orang kepercayaan Atmadeva belum juga mengetahui siapa dia sebenarnya. Yeni berjalan tanpa sadar jika ada seorang pria dan beberapa anak buahnya sedang memperhatikan gerak gerik serta memotret dirinya.“Iya Sayang, nanti Jokowi yang menjemputmu. Aku merindukanmu, Sayang … tunggulah setelah istri pertamaku pulang ke kampungnya aku akan langsung menyusul dirimu, okay?” janji Yoga kepada Yeni yang mencebikkan bibirnya.“Ck! Menjengkelkan sekali, padahal aku sangat ingin masuk ke dalam penthous
Baca selengkapnya

BAB 40. Jangan Lagi Membantahku

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungannya Ikbal, setelah mendapat tugas dari Deva untuk mencari kantor milik Jowoki. Ikbal justru mendapatkan petunjuk yang jelas dari pembicaraan Jokowi dan Yeni sendiri.“Cari kantor konsultasi keuangan dengan nama akuntan Jokowi Saputra di kompleks ruko Medan Baru. Setelah itu, ambil bukti kepemilikian asli gedung tersebut. Setelah semuanya beres langsung laporkan kepadaku,” titah Ikbal pada salah satu orang kepercayaannya yang saat ini stand by di Medan dan selalu melaporkan perkembangan terbaru setiap aktivitas mencurigakannya Yoga.Ikbal juga segera mengirimkan rekaman suara pembicaraannya Yeni dan Jokowi kepada Atmadeva. Kini dirinya hanya menunggu petunjuk selanjutnya, sambil terus mengumpulkan bukti-bukti yang bisa dia dapatkan di sana.Getaran ponsel Deva mengalihkan perhatian Deva sejenak yang sedang berbincag ringan dengan Ratih. “Ada apa?” tanya Ratih melihat Deva menatap serius layar ponselnya.“Aku mendepatkan rekaman suara dari Ik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status