All Chapters of Baby Triplets Milik Om Tampan: Chapter 81 - Chapter 90
349 Chapters
Lelakiku yang Setia
"Tino, Tiano... Bangun Sayang, lihat itu yang datang siapa." Suara bisikan lembut itu membuat dua anak kembar laki-laki itu terbangun dengan wajah sembab dan mata kiyip mengantuk. Mereka berdua masih malas-malasan dan tidak langsung bangun sampai pintu kamarnya terbuka dan nampaklah dua orang yang langsung membuat mereka membuka mata lebar-lebar. "Oma...!" "Opa...!" Tino dan Tiano sontak bangkit dari duduknya melihat Ferdi dan Stavani datang ke rumahnya. Dua orang itu tersenyum manis dan merentangkan kedua tangannya pada si kembar. Kedua anak itu berdiri di atas ranjang dan memasang wajah sedih begitu Oma dan Opanya memeluk mereka. "Kangen Opa," bisik Tino dalam pelukan Ferdi. Laki-laki itu mengangguk. "Sama, Opa juga kangen dengan Tino dan Tiano. "Mami tidak pernah pulang-pulang, kita tidak tahu Mami di mana! Mami jangan-jangan bawa adik Tiana kabur! Papi juga tidak pulang! Kita tidak pernah diurus lagi!" teriak Tiano sambil menangis menggigit ujung jarinya. "Ssshhhtttt...
Read more
Kesetiaan yang Tak Berujung
Sesampainya di rumah, Shela langsung membersihkan tubuhnya dengan air hangat dan mengganti pakaiannya dengan baju hangat.Gadis itu duduk di tepi ranjang memeluk boneka ikan paus milik Tiana. Sehari-harinya selalu didominan menjaga Tiana, Shela merasakan patah hati terberatnya adalah sekarang."Sayang, istirahatlah," ujar Sebastian begitu laki-laki itu masuk ke dalam kamar. "Aku kepikiran Tiana," jawab Shela memeluk erat boneka milik putrinya. Sebastian pun mendekat, laki-laki itu memeluk Shela dan membimbingnya untuk berbaring di atas ranjang besar di kamar mereka. "Tiana akan baik-baik saja, aku sangat percaya pada Adam dan Janice." Wajah Shela sudah terlihat lelah, Sebastian juga tidak istirahat sama sekali sejak dia datang ke Birmingham dua hari yang lalu. Hanya dalam hitungan detik Shela sudah terlelap dalam pelukannya. Dipeluknya erat-erat oleh Sebastian, laki-laki itu mengecupi wajah Shela dengan perasaan yang amat sedih. 'Maafkan aku Shela, aku tidak tahu kalau kepergian
Read more
Kebahagiaan Mulai Terasa
Sejak beberapa jam lamanya Shela dan Sebastian berdua di depan ruang operasi. Mereka berdua hanya terdiam dan terus berdoa penuh harap dan meminta yang terbaik untuk putri mereka. Shela tidak henti-hentinya meremas tangan Sebastian dengan kedua mata terpejam dan bibir yang tak berhenti memohon pada Tuhan. "Kenapa lama sekali," lirih Shela mengusap wajahnya."Sabar Sayang, pasti dokter akan melakukan semuanya dengan baik," bisik Sebastian merangkul pundak Shela. "Iy, tapi ini sudah lama sekali. Tiana... Bagaimana dengan Tiana," lirih Shela memeluk Sebastian. Tidak ada jawaban apapun dari laki-laki itu, dia tahu betapa paniknya Shela saat ini. Mereka berdua sudah berjam-jam lamanya hingga hari kini menjelang pagi, namun dokter belum keluar juga. Bohong kalau Sebastian tidak cemas dan bingung. Namun keberadaannya saat ini adalah menenangkan Shela dan membuat gadis itu tidak larut terlalu dalam pada kesedihannya. "Dokter!" pekik Shela saat melihat dua dokter keluar dari lorong ruang
Read more
Kebahagiaan Kita Sudah Kembali
Beberapa Hari Kemudian...Pagi ini Shela masih tertidur dengan posisi duduk di sisi kiri brankar di mana Tiana terbaring, di sisi kanannya ada Sebastian yang sama tertidurnya dengan posisi duduk. Namun perlahan Shela merasakan sentuhan kecil yang lembut di kepalanya. Pergerakan yang lembut dan lambat. "Mami..." Suara kecil dan mungil pelan menyapa pendengaran Shela dan Sebastian. Detik itu juga Shela langsung terbangun dan mengangkat kepalanya. Wajahnya masih terkejut dan ia langsung tersenyum manis menyambut Tiana. "Iya Sayang, kenapa nak? Ada yang sakit? Kenapa, Sayang?" Shela mengecup pipi anak itu. Sebastian pun ikut bangun dan ia menatap wajah mungil Tiana. "Papi," lirihnya, Tiana memegangi tangan Sebastian. "Ya Sayang, Papi di sini. Kenapa Sayang?" Sebastian tersenyum mengecupi pipi Tiana. Anak itu tersenyum balik, Tiana mengusap pipi Sebastian dan juga pipi Shela. Anak itu mengembuskan napasnya pelan dan pendek. Dia tidak banyak bicara setelah tersadar, bahkan satu min
Read more
Lakukan Tanggung Jawabmu
"Dengar, hari ini Tiana akan pulang, Tino dan Tiano jangan nakal! Ingat apa yang Oma katakan, paham!" Stevani menatap dua Cucunya yang baru saja turun dari dalam mobil setelah pulang sekolah. Kedua anak itu melihat ada mobil milik Papinya di depan rumah, tandanya Tiana sudah pulang setelah sangat lama dirawat di rumah sakit. "Oma, Tiana tidak boleh diajak main ya?" tanya Tino menggandeng tangan Stevani. "Tidak boleh, Sayang." "Kita hanya boleh melihat Tiana saja," sahut Tiano. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah, di sana mereka melihat Tiana sedang bersama dengan Sebastian di depan akuarium besar baru yang Ferdi belikan. "Tiana!" teriak Tino dan Tiano berlari mendekati kembarannya. "Eitts... Tidak boleh peluk dulu!" pekik Sebastian menghentikan mereka berdua. "Pi, kita kan kangen banget!" protes Tiano cemberut. "Adik kan sakit, Sayang." Tiana tersenyum pada dua kembarannya. Anak itu menunjuk akuarium di depannya. "Beli ikan tidak bilang-bilang," seru Tiana terkikik
Read more
Kehangatan dalam Malam
Malam terasa dingin saat memasuki akhir tahun dan musim dingin, Shela menyelimuti Tiana dengan selimut lembut dan tebal. Tak lupa ia memberikan kecupan di pipi putri kecilnya. Shela bahkan membelikan ranjang khusus untuk Tiana yang ia letakkan di samping ranjang besarnya. "Mimpi indah, Sayangku," bisik Shela mengusap kening Tiana. Gadis itu menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Sebastian belum kembali ke kamar, dia masih di ruangan kerjanya. Sementara di lantai dua sudah gelap, tandanya Mama dan Papanya juga dua anak kembar Shela sudah tidur."Ke mana Sebastian," lirih Shela mencari-cari. Shela melangkah keluar dari dalam kamar, baru saja ia menampakkan kakinya keluar dari pintu, ia melihat sosok Sebastian mematikan penerangan rumah seraya berjalan ke arahnya menenteng tuxedo hitamnya.Sedangkan Shela masih berdiri di tempat seolah-olah menyambut Sebastian. "Kenapa belum tidur? Tiana rewel?" tanya laki-laki itu berdiri di hadapan Shela. Ny
Read more
Gaun Pengantin Untuk Shela
Siang ini di kediaman Sebastian sangat banyak sekali tamu tang datang. Sengaja Sebastian tidak pergi ke kantor setelah anaknya sembuh, lain dari itu, ia juga sibuk mengurus hari menjelang pernikahannya.Sedangkan Tino dan Tiano, kedua anak itu keheranan sejak pagi hingga kini pukul sebelas siang sudah ada empat sampai lima orang. "Papi..." Tino mengetuk pintu ruangan kerja Sebastian. Suara kecil putranya membuat Sebastian mengangkat wajah, ia pun tersenyum dan melambaikan tangan. "Sini, Sayang." Ia melambaikan tangannya. Anak laki-laki berparas tampan itu berjalan masuk ke dalam sana dan ia berdiri dengan tatapan lucu juga tubuh mungilnya di hadapan sang Papa. "Kok tumben sekali Papi banyak tamunya? Kantornya pindah di rumah ya, Pi?" tanya anak itu mengerjapkan kedua matanya. Pertanyaan konyol macam apa Tino?Sebastian terkekeh, dia mengusap lembut pucuk kepala putranya dan menggendong anak itu, ia dudukkan di pangkuannya. Kedua mata Tino melebar saat di depannya kini ada tumpu
Read more
Hukuman yang Manis
"Mami, sekarang itu hari kamis, besok baru hari jum'at!" "Mami mau ke mana sih, kok dari tadi menatap kalender terus?" Tino dan Tiano duduk di sofa menemani Maminya dan juga adik perempuan mereka. Tiana sendiri asik dengan buku gambar yang kembar belikan di sekolahnya. "Tidak ada Sayang, Mami hanya ingin melihat saja," jawab Shela tersenyum manis. "Kata Opa tadi, Mami sama Papi mau menikah. Emmm, menikah itu, apa sih, Mami?" tanya Tiano dengan polosnya. Shela tersenyum dan ia merangkul ketiga anaknya, mereka tampak asik menikmati malam ini di sofa besar di dekat perapian di ruang keluarga. "Menikah itu... Mami dan Papi akan selamanya bersama. Kita tidak jauh-jauh lagi dari Papi, Sayang." Shela menjelaskan sebisa mungkin, mereka terlalu kecil untuk memahami. "Wahh, berarti kita punya keluarga!" pekik Tino terkikik geli. Lucu sekali putranya ini, Shela pun merangkul mereka bertiga dan tersenyum bahagia. Tanpa sengaja, Sebastian yang baru saja pulang dari suatu tempat, ia berjal
Read more
Kecup Aku, Sebastian!
Shela dan Sebastian pergi ke tempat di mana mereka sudah membuat janji pada seorang perancang busana pengantin ternama di kota Birmingham. Nyonya Kimberly Briliana. Di butik megahnya, Shela merasa terpana melihat banyaknya gaun pengantin yang mahal dan pastinya di tempat itu Sebastian akan mengeluarkan banyak uangnya hanya untuk sekedar membeli gaun. Laki-laki yang boros. "Ini adalah empat gaun pengantin yang Nyonya pilih kemarin, Nyonya bisa langsung mencobanya satu persatu," ujar Nyonya Kimberly menunjukkan empat gaun pada Shela. "Terima kasih Nyonya," jawab Shela tersenyum manis. Wanita itu mengangguk, dan kini Shela hanya bersama Sebastian di sana. Laki-laki itu menatapnya lekat-lekat sebelum dia kembali melirik empat gaun tanpa lengan di hadapannya. Demi Tuhan, ini bukan Shela yang memilih, tapi Tiana dan Stevani. "Aku harap istriku tidak memakai gaun menyedihkan seperti ini," ujar Sebastian duduk di sebuah sofa. "Me-menyedihkan apanya? Gaun ini sangat cantik, anggun, ahh
Read more
Kau Selalu Menggoda
Shela menunjukkan sebuah buku yang ia baca sejak tadi, dia sendiri juga baru tahu kalau Sebastian ternyata dulunya gemar menulis. Laki-laki itu meraih buku bersampul abu-abu yang ada di tangan Shela. Ditatapnya wajah gadis itu sebelum Sebastian mengangkat buku tersebut. "Ah kau membaca semua isi tentang buku ini?" tanya laki-laki itu tersenyum tipis. "Ti-tidak semua, hanya beberapa saja." Bibir Shela cemberut menjelaskannya. "Lucu sekali semua isi buku-buku ini, jauh dari apa yang aku miliki. Termasuk wanita-wanita tipe idealmu." Salah satu alis Sebastian pun terangkat. Ia sudah menduga kalau Shela pasti akan membaca bagian itu. Buku itu ditutup lagi oleh Sebastian, dia melemparkan buku tersebut ke atas sebuah meja kecil dan tersenyum smirk di hadapan Shela."Apa kau masih percaya dengan isi buku ini?" tanya laki-laki itu lekas duduk di samping Shela. "Emmm, bukannya itu tulisanmu? Tentu saja aku percaya." Shela menunduk. "Eh..."Seketika ia memekik kala Sebastian meraih kedua k
Read more
PREV
1
...
7891011
...
35
DMCA.com Protection Status