Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 71 - Bab 80

389 Bab

Aku Mau Menjadi Istrimu

"Papi lama sekali, kita sudah lapar." Tino meletakkan kepalanya di atas meja makan. Dia kesal sekali lantaran Papinya belum juga kembali dari kantor hingga pukul setengah tujuh. Sedangkan dua anak laki-lakinya itu tidak mau makan sebelum Papinya pulang. Sekeras apapun Shela membujuk mereka untuk makan, maka keras kepala pula mereka menolaknya. Titisan Sebastian ini memang sedikit berbeda. "Iya, Papi kok lama-lama sekali sih, Mam?" Tiano menatap Shela yang menyuapi Tiana. "Papi kan sibuk, Sayang. Makan saja dulu, nanti kalian sakit perut." Shela menatap mereka berdua.Tino berdecak kecil. "Punya Papi rasanya tetap saja seperti tidak punya Papi, jarang ada waktu buat kita." Celetukan Tino membuat Shela merasa sedih, mereka masih terlalu kecil untuk tahu seberapa sibuk Papinya di kantor. Belum sempat Shela membujuk mereka berdua, terdengar klakson mobil di depan rumah. Wajah berbinar Tino dan Tiano pun terlihat serempak. "Papi!" pekik dua anak itu langsung berlari turun dari kur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

Wanitaku Hanya Shela

Shela dan Sebastian tidak kunjung tidur, rasanya seperti ada kebahagiaan yang menghampiri mereka hingga malam ini terasa sangat lamban tiap detiknya. Mereka berdua duduk bersantai di atas ranjang menatap jendela besar di kamar yang belum tertutup gordennnya meskipun penerangan telah Shela matikan. Shela menoleh pada Sebastian saat laki-laki itu menarik pundaknya. Dia menjadikan dada bidangnya sebagai sandaran untuk Shela. "Apa kau ingat, bagaimana kau bisa berada di kamar hotel malam itu? Kenapa kau ada di sana?" tanya Sebastian tiba-tiba. Shela menatap wajah tampan Sebastian sebelum dia menunduk dan mengusap punggung tangan laki-laki itu yang melingkar di pinggangnya. "Malam itu... Aku datang ke apartemen kekasihku, aku menabung dan membelikan dia kue ulangtahun. Tapi begitu aku sampai di sana-" Shela menghentikan ucapannya, ia mendongak menatap Sebastian dengan bibir cemberut. Laki-laki itu tersenyum, ia mengusap pipi Shela dan menaikkan kedua alisnya. "Kenapa?" tanya Sebastia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

Sehari Bertukar Posisi

Setelah pulang dari pesta semalam, Shela begitu kelelahan karena Tiana marah-marah padanya dan Sebastian. Entah apa yang diinginkan anak itu hingga apapun yang Shela berikan tidak ada benarnya. Menangis dan berteriak semalaman sampai demam, Shela tidak mau kaget lagi putri kecilnya. Sampai pagi ini Shela yang duduk di kursi ruang makan, tertidur tanpa sadar. "Mami..." "Mami lagi apa?" Suara Tino dan Tiano membuat Shela tersentak bangun dan menoleh, ia tersenyum manis pada kedua putranya. Mereka baru saja bangun tidur, dan seperti biasa keduanya akan mencari Shela. "Papi di mana, Sayang?" tanya Shela menatap mereka. "Papi sama Tiana, adik Tiana marah-marah terus minta sekolah," jawab Tino cemberut. "Iya, Adik Tiana harusnya sekolah sama kita. Kapan sih sembuhnya?! Lama sekali, kita kan juga mau pamer ke semua teman-teman kalau kita ini tidak bohong! Benar-benar kembar tiga!" seru Tiano menyahuti. Salut dengan keinginan mereka yang terus berdoa dan berharap kembarannya segera se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

Si Kembar yang Istimewa

'Mama sakit, Mama ingin bertemu dengan ketiga Cucu Mama, Sebastian.' Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sebastian di pagi hari, Shela lah yang membuka pesan itu saat ia baru saja bangun dari tidurnya. Di sampingnya ada Tiana yang tidur bersama Sebastian. Shela meletakkan kembali benda pipih berwarna hitam tersebut. "Sebastian," lirih Shela, ia menepuk pelan pundak Sebastian. "Emmm, masih pagi, Sayang," jawab Sebastian, laki-laki itu malah mengeratkan pelukannya pada putri kecilnya yang tidur menumpang di atas dada bidang sang Papa. "Mama mengirim pesan, dia sakit," ujar Shela. Seketika Sebastian membuka kedua matanya dan menatapnya lekat pada Shela. Laki-laki itu pun perlahan bangun dan duduk sambil memeluk Tiana dan kembali menidurkan sang putri dengan posisi ternyaman. "Mama sakit?" lirihnya bertanya-tanya. Shela pikir kalau laki-laki itu akan panik, nyatanya dia hanya mengangguk saja. "Mama ingin bertemu dengan anak-anak, kita ke sana, kasihan Mama, ya?" ajak Shela pada Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

Jangan Sakiti Mami Kami!

"Kalian jangan nakal, ya ampun... Mami sudah berapa kali bilang jangan bicara seperti itu sama orang yang lebih tua!" Shela mengomeli kedua anaknya, segera ia menarik lengan kedua putranya. Wajah Monica sudah masam sekali, namun Sebastian nampak biasa-biasa saja. Tino dan Tiano masih menatap nyalang pada wanita tua yang mereka panggil Nenek tersebut. "Nenek itu sudah bicara jelek loh tadi, bilang Mami kayak gitu, kita kan tidak suka!" Tino menatap Shela dengan kedua alisnya bertaut. "Tapi Sayang, kalian jangan-""Besok-besok kalau Papi mau ke sini ya ke sini saja sendiri, kita tidak mau ikut!" Tiano menarik tangan Shela. Monica langsung berdiri dari duduknya seketika itu. Wanita berbalut dress panjang putih itu langsung menudingkan hari telunjuknya ke arah Shela. "Beraninya kau meracuni pikiran Cucuku, hah?! Kau membuat mereka membenci dan memakiku?!" amuk Monica pada Shela. Sebastian menatap si dua anak laki-lakinya dan ia menaikkan kedua alisnya. Saat itu juga Tino dan Tiano
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

Tiana Tanpa Papi

"Mami, Papi ke mana? Kok Papi pergi tidak pamit sama kami? Sudah tidak sayang lagi ya?" "Pasti Papi kena mental kita bully terus!" "Tiana mau sama Papi..." Drama ketiga bocah itu dimulai, satu mencari Papinya, yang dua malah mengomel-ngomel sendiri. Shela sangat pusing menghadapi mereka, apalagi Tiana yang sudah terlihat kesal. Anak perempuannya itu memeluk kemeja yang semalam tadi dipakai Sebastian. Seperti amplop dan perangko, Tiana tidak bisa sebentar saja ditinggal Papinya. "Papi nanti pulang kok, hanya pergi sebentar saja, Sayang..." Shela menjelaskan seraya menata beberapa pakaiannya di dalam lemari. "Mami pasti bohong," cicit Tiana manyun. "Papi pasti pergi, pulang sepuluh tahun lagi!" "Ehh, mana ada. Papi itu sedang ke kantor, tadi Om Vir telfon Papi, Sayang." Tino pun melihat adik perempuannya menangis, anak itu mendekati Tiana dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Kalau Tiana sudah marah dan menangis, kedua kembarannya tidak akan mengatakan apapun, mereka akan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Kasih Sayang Seorang Mama

Sesampainya di rumah sakit, dan Adam membawa Tiana berlari lebih dulu masuk ke dalam sebuah ruangan khusus. Sementara Shela menunggu di luar dengan keadaan paniknya. Shela duduk di bangku tunggu sendirian, ia menangis penuh kecemasan yang melanda hatinya. 'Apa yang terjadi? Kenapa bisa jadi begini? Sejauh ini Tiana tidak pernah seperti ini, kenapa saat Sebastian pergi?' batin Shela menangis perih. "Sebastian," lirih Shela, ia menatap kedua telapak tangannya yang kini dipenuhi sisa cairan merah pekat yang masih menempel lekat di telapak tangannya. "Kenapa aku tidak bisa menghubungimu? Kenapa Mama juga tidak bisa aku hubungi?" Shela bertanya-tanya dengan hati yang sangat hampa. Pintu ruangan di depannya terbuka, muncul Adam dengan napas berat dan menatap Shela yang menatapnya pula dengan tatapan tak biasa. "Adam, bagaimana Tiana?" tanya Shela mengerjapkan kedua matanya yang berkaca-kaca. Laki-laki itu menarik satu lengan Shela dan memeluknya dengan erat. Shela bingung, kenapa? A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

Aku Membutuhkanmu, Sebastian

"Aku yang akan membiayai semua pengobatan Tiana!" Monica berdiri menatap angkuh pada Shela yang berada berdua saja dengannya. Wanita itu memaksa meskipun Shela menolaknya, tapi uang Shela, menjual toko pun kalau untuk pengobatan kedepannya tidak akan cukup. "Kau tidak punya apa-apa lagi kan? Mama dan Papamu juga mana? Tidak bisa kau hubungi saat kau butuh! Sebastian, mana? Dia malah pergi ke luar negeri dan tidak ada kabarnya juga, kan?!" Monica bersedekap dan tersenyum menyeringai. "Kalau kau menolak tawaranku, apa kau akan membiarkan Tiana menjadi mayat di atas ranjang kamar rumah sakit?!" Iris cokelat mata Shela seketika menajam. "Jaga ucapan Nyonya!" sinis Shela. "Terserah kau saja!" Monica tersenyum tipis dan menantang. "Aku rasa kau tidak mau Tiana mati, kan?"Shela ingin menangis dalam keadaan ini. Ditengah kegaduhannya dengan Monica, tiba-tiba Dokter Marisa datang. Wanita dengan jas putih itu menatap Shela. "Apa golongan darah Nyonya O, sama dengan Tiana?" tanya Dokter M
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Baca selengkapnya

Aku Sudah Kembali, Sayang

Shela kembali ke rumah sakit diantarkan oleh sahabat Sebastian yang memang mendapatkan perintah dari sahabatnya itu untuk menjaga Shela. Dan saat tiba di rumah sakit, Shela disambut oleh Monica. Wanita itu menghadang langkah Shela yang hendak menuju lorong di mana Tiana dirawat di ujung ruangan sana. "Semuanya sudah lunas, bahkan saat Tiana benar-benar harus transplantasi hati, sudah aku bayar semuanya!" Monica menyerahkan selembar kertas hasil pembayaran pada Shela. Di sana, Shela mengerjapkan kedua matanya bagai orang yang sangat kebingungan. "A-apa maksud Nyonya? Tidak perlu membayar semua ini karena Sebastian akan pulang," jawab Shela menggeleng dan menolak. "Tapi semuanya sudah terbayar, kalau tidak aku bayar pasti cucuku, Tiana sudah mati!" seru Monica, kejamnya manusia yang satu ini. "Dokter memberikanmu waktu sampai pagi tadi kan? Dan aku sudah membayarnya, berarti aku yang bertanggung jawab atas Tiana." "A-apa maksud Nyonya?" Shela menekan kuat-kuat asumsi buruknya. De
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Baca selengkapnya

Sebastian Adalah Pelindungku

"Tante, Tino sama Tiano kangen Mami. Kapan kita boleh bertemu sama Mami?" Tino memeluk Morsil yang tengah menidurkan kedua anak itu. "Tiano juga kangen Adik Tiana," lirih Tiano sedih. Morsil mengembuskan napasnya pelan. Wanita itu mengusap pucuk kepala kedua bocah laki-laki yang tidur di sisi kanan dan kirinya. "Besok pasti Mami akan pulang, kalian tidur gih... Besok kan harus sekolah." Morsil selalu mengalihkan pembicaraan mereka. "Kita besok mau ke rumah sakit saja, tidak mau sekolah." "Loh, jangan begitu dong. Kalau kalian tidak sekolah berarti kalian tidak sayang sama Mami? Tidak kasihan Mami kerja buat kalian tapi kalian malah bolos!" seru Morsil pada si kembar. Kedua anak laki-laki itu kini pun meringkuk memeluknya tanpa berkata apapun lagi. Merawat mereka tiga hari bersama Bibi, Morsil merasakan di posisi Shela. Sangat lelah bukan main, sekuat itulah Shela selama bertahun-tahun ini. Selang beberapa menit lamanya, Tino dan Tiano sudah lelap dalam alam mimpinya. Morsil pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
39
DMCA.com Protection Status