Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 101 - Bab 110

389 Bab

Mencintai Takdir Kita

Entah sejak kapan Shela menyukai kecupan bibir Sebastian. Kesal, sekaligus malu kenapa Shela menjadi sangat nakal seperti ini saat sudah bersama Sebastian. Buktinya saat ini Shela memeluk leher laki-laki itu dengan mata terpejam dan bibir mereka yang bertautan saling membalas. "Kau menyebalkan," lirih Shela memalingkan wajahnya. "Siapa yang memancing, hem?" Laki-laki itu masih menempatkan wajahnya di pipi Shela. Wajah Shela semakin memerah kala dress Sabrina panjang itu mulai lolos. Malu sekali!Tapi Sebastian tahu apa yang Shela pikirkan, dia pun tidak membuang waktunya. Laki-laki itu mengecup bibir Shela dengan lembut, Sebastian menyentuh bagian mana saja yang bisa dia jangkau. Tidak akan ada bosannya, itulah Sebastian. Bodohnya Shela yang selalu larut dalam permainan menyenangkan ini. "A-apa gorden itu tidak bisa kau tutup dulu, hah?!" pekik Shela menarik selimutnya tinggi-tinggi. "Tidak, biar saja." "Kau memang gila, Sebastian!" pekik Shela. Sebastian kembali tersenyum. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

Kepulangan Shela dan Sebastian

"Hah, Mami sama Papi sudah mau pulang?! Kok cepet banget sih... Kan brankas Tino masih dapat sedikit!" Bocah laki-laki dengan seragam sekolah berwarna biru muda itu memeluk kaleng biskuit yang berisi banyak uang kertasnya. Setiap hari, Ferdi harus membayar Tino selama Shela dan Sebastian pergi, kalau tidak dia mengancam akan menangis. Tapi karena Ferdi sangat menyayangi cucunya yang satu ini, maka apapun akan tetap dia berikan pada Tino. Tidak seperti dia kembarannya. "Wahh, kira-kira Tiana dibelikan apa ya sama Mami?!" seru Tiana dengan wajah berbinar. "Iya, kita mungkin dibelikan mainan yang banyak!" seru Tiano tak kalah senang. Sedangkan Tino cemberut memeluk brankas kaleng biskuitnya. "Haaahhh... Selamat terhenti, uang-uangku yang mengalir," cicit Tino sedih. "Dasar bankir!" maki Tiano pada kembarannya. "Apa hah?! Mau adu kekayaan?!" sinis Tino pada adik kembarannya. "Hei, sudah... Sudah... Hayo, kan kalian sudah janji sama Oma tidak akan ribut! Hayoo...!" Stevani mempe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-15
Baca selengkapnya

Permintaan yang Aneh-aneh

"Mami, Papi... Ditaruh mana sama Mami, kok adiknya Tiana tidak ada?" Anak itu membongkar tas dan koper milik Shela dan Sebastian. Dia mencari adik-nya! Shela dan Sebastian seperti orang bodoh berdiri di dekat ranjang menatapi putri kecilnya yang mengobrak-abrik koper mencari sesuatu yang sudah Sebastian dan Shela janjikan sebelum mereka berangkat. Anak itu menyeragah napasnya panjang dan kembali menoleh ke belakang pada Shela dan Sebastian. "Mami, Papi, pasti bohongin Tiana," lirih anak menunjukkan wajahnya yang lesu. "E-ehh... Kata siapa! Mami tidak bohong kok, ini kan Mami sudah belikan adik boneka tupai buat Tiana," seru Shela meraih boneka tupai besar di atas ranjang. Wajah Tiana masih merengut. Tangan mungilnya menarik lengan boneka tupai cokelat di atas ranjang besar orang tuanya. Ditatap wajah boneka tupai itu dengan ekspresi sedih dan bibirnya melengkung ke bawah. "Tuan Tupai, ayo kita keluar," ucap anak itu memeluk bonekanya dan berjalan keluar. "Eh, Sayang... Mami t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-15
Baca selengkapnya

Demi Sang Buah Hati

Setelah beberapa hari Shela kembali dari bulan madunya, ia juga kembali fokus mengurus anak-anaknya. Toko roti yang sempat terjual pun kembali dibeli oleh Sebastian dari tangan Adam. Tapi kini dia sudah menjadi seorang Nyonya Sebastian, tentu suaminya melarangnya bekerja, tugas Shela hanya fokus pada anak-anaknya dan juga memperhatikan setiap kegiatan suaminya saja. Pagi ini Shela sibuk dengan kedua anaknya, Tiana dan Tiano. Sedangkan Tino ikut bersama Stevani sejak dua hari yang lalu mereka pindah rumah. "Tiano mau ke mana? Kok bawa baju banyak?" Tiana mendekati kembarannya yang duduk sibuk menata barang-barang ke dalam tas. "Mau latihan renang, kenapa? Kau mau ikut?" tawar sang kembaran. Tiana menggeleng. "Tiana tidak bisa berenang. Nanti jatuh, terus tenggelam, bagaimana?" "Kan ada aku, aku kan Kakaknya Tiana." Shela berdiri menatap mereka, mendengarkan perbincangan Tiana dan Tiano yang hangat. Keduanya adalah dua kutub tang sama, mereka memiliki sisi hangat yang seimbang, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-16
Baca selengkapnya

Penglihatan Tiana yang Buram

"Tiano, kalau tinggal di sini jangan nakal ya, Sayang... Jangan membuat keributan di tempat Paman Lionil!" Shela menekuk kedua lututnya dan mencekal kedua pundak Tiano. Dia benar-benar mewanti-wanti anak ini untuk tidak berbuat nakal di tempat kerabat Sebastian. Dan Tiano menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis. "Siap Mami!" serunya tersenyum manis. "Jangan khawatir, di sini anak banyak pelayan yang bisa menjaga Tiano." Lionil menatap Shela yang berdiri di samping Sebastian. Melihat putranya yang antusias, Sebastian semakin yakin kalau Tiano pasti sangat menyukai tempat itu. "Kalau begitu, aku dan istriku pamit ya... Kami titip Tiano," ujar Sebastian pada Tuan Camael dan Lionil. "Iya Bas, hati-hati di jalan!" Sebastian dan Shela keluar dari teras rumah mega itu, Tiana yang digendong oleh Sebastian, anak itu melambaikan tangan pada kembarannya. Sungguh Shela tak pernah merasakan rasanya ditinggal oleh anak-anak, tapi begitu kini Tiano ingin liburan di tempat kerabat Seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-16
Baca selengkapnya

Terima Kasih, Cinta

"Hah?! Tiana mau pakai kaca mata? Wahh... Seperti apa nanti ya?" Tino melotot lebar saat diberi tahu oleh adik kembaran perempuannya kalau Tiana akan memakai kaca mata nantinya. "Tentu saja Tiana tambah cantik! Beautiful!" seru anak itu tersenyum manis. "Heleh, dasar wanita!" remeh Tino mencebikkan bibirnya. "Ihhh... Kakak!" Tiana langsung menjambak rambut Tino seketika. Meskipun kesakitan, tapi kalau yang menyakiti Tiana, dia tidak akan membalas, mungkin hanya berteriak sekeras-kerasnya. Tiana juga nakal, tapi saat dia disalahi lebih dulu. Lain dari itu, bocah perempuan itu jarang sekali terpancing emosinya, apalagi dia sudah tidak lagi tantrum seperti saat dia sakit waktu dulu-dulu. "Untung saja kalian mengetahuinya lebih dulu, jadi bisa cepat ditangani," ujar Ferdi kini duduk di sofa dan menatap Sebastian yang menjaga dua anaknya. "Iya Pa, aku sendiri juga tidak tahu kalau mata Tiana rabun." "Tidak papa pakai kaca mata, dia akan semakin cantik nantinya." Ferdi tersenyum da
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-17
Baca selengkapnya

Leher Mami Digigit Monster

Saat pagi tiba, Shela dan Sebastian masih tertidur pulas. Hal yang membangunkan mereka berdua adalah suara gedoran pintu kamar yang keras. "Mami... Mami! Mami Tiana mau mandi, mau belajar sama Madam Perez! Mami...!" "Ihhh MAMI...!" Suara itu. Shela yang tadinya masih lelap, sontak itu membuka matanya lebar-lebar. "Ya ampun, Tiana! Jam berapa ini?!" pekik Shela kebingungan sendiri. "Iya Tiana, sebentar!" teriak Shela. Sebastian pun langsung ikut bangun, laki-laki itu duduk di tepi ranjang menggaruk kepalanya yang tak gatal. Buru-buru dia menyahut piyama kimono miliknya dan berjalan lebih dulu membuka pintu. Sedangkan Shela sibuk kembali merapikan pakaiannya. Pintu kamar terbuka, Tiana berdiri di depan kamar dengan bibir mengerucut seperti biasa. "Selamat pagi, Tuan Putri," sapa Sebastian langsung menggendong putrinya. "Mami mana? Tiana mau belajar sama Madam Perez sekarang, Papi," ujar anak itu. "Memangnya Tiana sudah bisa membaca, hem? Matanya kan masih sakit, Sayang." Seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-17
Baca selengkapnya

Tidur dan Memelukmu Hangat-hangat

"Mami, di mana sepatunya Tiana? Tiana mau bantuin Mami siapkan makan malam buat Papi!" Teriakan anak itu membuat Shela yang sedang menata makanan di ruang makan langsung berjalan menuju sumber suara. Langkah Shela terhenti saat melihat Tiana yang tengah mencari sepasang sepatu kesayangannya, padahal sepatu itu berada di depannya. 'Apa penglihatannya separah itu?' batin Shela. Perlahan Shela meraihnya dan meletakkan di hadapan Tiana. "Ini Sayang," ujar Shela. "Ohh, Tiana tidak lihat. Tidak kelihatan. Semuanya buram," jawab anak itu. Dia hendak berlari, namun nyaris terpeleset saat ada anak tangga kecil yang tak sengaja di lewati. Tapi Shela dengan cekatan merangkulnya cepat. "Mami..," rengek anak itu langsung memeluk leher Shela dan menyadarkan kepalanya dengan manja. "Sayang, tidak papa? Kakinya sakit?" Shela cemas sendiri mengecek kedua kaki sang putri.Anak itu menggelengkan kepalanya. "Tidak Mami, tidak papa kok." Rasa lega menjalar di dada Shela, dia tersenyum dan mengge
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-18
Baca selengkapnya

Kebersamaan yang Hangat

"Wahhh... Tiana kok pakai kaca mata? Ohh jadi gemes!" Tino tersenyum lebar menatap kembaran perempuannya yang kini memakai sebuah kaca mata. "Cantik kan, Adik Tiana-nya?" Shela menatap mereka berdua. Sang kembaran pun mengangguk. "Iya Mami, cocok pakai kaca mata!" Tiana tersenyum kesenangan, anak perempuan itu berulang kali bercermin di dalam ruangan dokter. Dia menunjuk ke arah cermin dan menyebutkan nama barang satu persatu. Matanya sungguh seperti berfungsi kembali. "Mami, sekarang Mami sama Papi kelihatan jelas!" seru anak itu tersenyum lebar. "Tidak sakit lagi matanya kan, Sayang?" Sebastian mengusap pucuk kepala sang putri. "Tidak." Mereka merasa tenang, akhirnya Tiana tidak lagi rabun dengan bantuan kaca matanya. Shela berjalan ke ruangan Dokter, dia membayar tebusan obat mata untuk Tiana. Sedangkan Sebastian mengajak anak-anaknya keluar dan menunggu di mobil. Ia menghubungi Lionil, kalau Tiano akan diantarkan pulang sore nanti. "Itu Mami kembali!" seru Tino menunjuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-18
Baca selengkapnya

Istri yang Penuh Pengertian

"Ya ampun, kenapa tubuhku rasanya seperti ini? Biasanya aku tidak pernah selelah ini..." Shela bergumam pelan saat ia membuka kedua matanya di pagi hari. Ia menoleh ke samping di mana sang suami yang masih tertidur memeluknya dengan erat. Senyuman Shela mengembang, dia mengusap pipi Sebastian dan mengecupnya dengan lembut. "Sayang, kau tidak bangun?" bisik Shela memeluk tubuh laki-laki itu. "Emm, masih pagi... Aku masih lelah," jawab Sebastian mengeratkan pelukannya pada Shela. "Ck! Kau ini mau meremukkan tubuhku atau bagaimana, sih?!" pekik Shela memukul pundak sang suami. Laki-laki itu tersenyum tipis, dia melepaskan pelukannya pada Shela dan membiarkann Shela bangun dan dia juga ikut terbangun. Wanita itu duduk dengan lengan kardigannya yang melorot. "Tubuhku kenapa gampang sekali lelah sekarang, ingin tidur terus rasanya," ucap Shela mengucek kedua matanya. "Hanya kelelahan saja, tidurlah lagi biar aku yang mengurus anak-anak," bisik Sebastian mengecup pucuk kepala Shela,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
39
DMCA.com Protection Status