Home / Romansa / Baby Triplets Milik Om Tampan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Baby Triplets Milik Om Tampan: Chapter 111 - Chapter 120

389 Chapters

Perhatikan Aku Sebentar Saja

Ulang tahun si kembar tinggal menghitung hari. Shela sibuk sendiri menyiapkan beberapa hadiah yang sejak dulu mereka inginkan. Setelah ketiga anaknya sibuk belajar, Tino dan Tiano bersekolah, Tiana harus menjalani home schooling dengan Madam Perez. Dan kini Shela berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan sendirian membeli beberapa keperluan. 'Sebastian sangat sibuk, meluangkan waktu setengah jam untukku saja tidak bisa,' batin Shela mendengus pelan. 'Aku kan juga sangat lelah!' Shela mengembuskan napasnya panjang, ia berdiri di depan sebuah rak besar berisi makanan ringan. "Loh, Shela..." Suara seorang laki-laki membuat Shela menoleh cepat saat namanya dipanggil. "Adam!" Shela terkejut saat laki-laki itu juga ada di sana. Adam pun berjalan mendekatinya, iris cokelatnya menelisik wajah Shela yang pucat dan berkeringat. Dia adalah seorang dokter yang hanya menatapnya dia sudah paham kalau Shela sedang tidak enak badan. "Kau tidak papa? Kenapa kau pucat begini, Sebastian mana?"
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

Haus Kasih dan Sayang

Pagi saat bangun tidur, Shela berlari ke kamar mandi dengan cepat. Saat terbangun tiba-tiba perutnya bergejolak hebat dan seolah ingin memuntahkan semuanya. Tubuhnya langsung berkeringat dingin dan gebigil. Sebastian menemaninya, laki-laki itu ikut cemas. "Ya ampun, kenapa Sayang? Masuk angin?" Laki-laki itu mengusap punggung istrinya dengan lembut. Shela menggeleng pelan. "Tidak tahu, setiap pagi ingin mual. Tubuhku kedinginan," ujar Shela usai mual-mual meskipun tak ada sesuatu yang ia keluarkan. Laki-laki itu kembali mengangkat tubuh Shela dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Sebastian menyelimuti Shela dan mengusap keringat di wajahnya. Shela mencekal lengan sang suami. "Jangan kerja ya, sehari ini saja." "Sayang, aku nanti akan pulang lebih awal. Aku hanya akan ikut satu acara meeting saja, okay? Biar anak-anak dibawa Mama, kau istirahat saja, hem?" Jawaban suaminya membuat Shela kesal, wanita itu langsung menutup wajahnya dengan selimut dan menangis tanpa kejelasan. Seb
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

Kehamilan dan Salah Pahammu

Shela mengajak Tiana pergi jalan-jalan di kota. Mengajaknya makan di street food, hingga terkahir kini mereka bermain di sebuah taman. Sudah menjadi janji Shela pada Tiana kalau anaknya sudah memakai kaca mata dan bisa melihat semuanya dengan jelas, maka Shela akan mengajaknya jalan-jalan. Dan kini janji itu Shela kabulkan. "Jangan main jauh-jauh ya, Sayang!" pekik Shela pada Tiana yang berlarian mengejar kupu-kupu. "Iya Mami..." Dan Tiana asik bermain di tengah taman, pakaian hangatnya yang menutupi, dia seperti kumbang lucu yang terbang penuh keriangan. Anak yang manis. Shela memperhatikannya saja, beberapa menit yang lalu Stevani menghubunginya dan mengatakan pada Shela kalau Tino dan Tiano sudah dijemput dan diajak oleh Stevani. Shela akan fokus seharian bersama putrinya. Tiana bermain mengumpul bunga-bunga rumput liar hingga tiba-tiba sebuah bola menggelinding di depannya. "Hem, bola?" lirih Tiana mengambil bola itu. Seorang anak laki-laki berjalan ke arahnya. Anak laki-l
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Tiana dan Teman Barunya

"Mami, setiap pagi kok Mami lemes sih? Mami sakitnya pagi saja ya?" Tino menyentuh kedua pipi Shela. "Iya, padahal ini kan pertama kali Tiana boleh ke sekolah sama Kakak... Tiana senang sekali!" Tiana, anak itu memang kini diberi izin oleh Shela dan Sebastian untuk sekolah bersama dua kakak kembarnya. Dan itu adalah hadiah ulang tahun pertama dari Shela untuk Tiana dan juga dua kembarannya. "Pasti itu salah satu hadiah ulang tahun kita ya, Mam?" tanya Tiano seraya memakai sendiri seragamnya. "Tentu saja. Mami kan sayang pada kalian," jawab Shela tersenyum manis dengan wajah pucatnya. Tino ikut tersenyum mendengar apa yang Maminya katakan. Ketiga anak itu memakai seragam sekolahnya masing-masing, Tiana dibantu oleh Shela, sedangkan dua kembarannya sudah bisa berpakaian sendiri. Apalagi Tiano, anak itu tidak mau dibantu sama sekali. Dia yang paling serba perfeksionis dan mandiri. "Sudah selesai!" seru mereka bertiga dengan kompak. Shela barulah mengacungkan jempolnya. "Bagus! K
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Selamat Ulang Tahun, Kembar

"Hari pertama sekolah sudah membuat masalah! Pakai acara hilang-hilangan segala!" Omelan itu terlontar dari mulut Tino saat masuk ke dalam rumah dan membanting tas miliknya di atas sofa. Shela yang menatap mereka bertiga hanya terpaku diam. Ditatapnya Tiana yang menangis sesenggukan dipeluk Tiano."Loh, Sayang... Hilang bagaimana? Kenapa ini Adik Tiana kok nangis?" tanya Shela. Wanita itu perlahan menekuk kedua lututnya di bawah Tiana yang langsung memeluk leher sang Mami."Tiana tadi hilang dari kelas Mam, dia bermain dengan anak sekolah dasar di taman. Kita sama Madam Allin bingung mencari Tiana." Penjelasan dari Tiano membuat Shela menghela napasnya pelan. Wanita itu menatap sang putri yang hanya bisa menangis. "Sudah, sudah tidak papa Sayang. Jangan diulangi lagi ya, nak..." Shela mengusap pipi Tiana dengan lembut. "Nanti malam kan mau jalan-jalan sama Mami, sama Papi juga. Besok ulang tahunnya siapa, hayo... Jangan cengeng Sayang. Anak cantiknya Mami kan sudah besar." Selem
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Malamku yang Kelabu

"Dia sungguh tidak datang dan lupa." Shela meneteskan air matanya, wanita itu merasa hatinya hancur. Sangat hancur dan perih saat janji seseorang padanya diingkari, saat orang yang dicintainya berbohong padanya. Apalagi alasannya nanti?Hingga pukul sebelas malam, Shela sendirian di dalam rumah kaca itu seorang diri menunggu Sebastian, setelah pukul delapan tadi si kembar jenuh dan ingin pulang. Anak-anak itu kembali dengan sopir dan pulang ke rumah Stevani, karena Shela ingin mengatakan hal penting pada Sebastian. Tapi orang yang paling dia tunggu ternyata tidak juga datang. Harus kah Shela menangis seperti anak kecil? Tapi sakitnya kini benar-benar tidak berbohong. "Dia tidak datang dan aku masih berharap dia mengingatnya?" lirih Shela menundukkan kepalanya dan menangis. Shela memeluk tubuhnya sendiri dan terus tertunduk menyembunyikan tangisnya. "Harusnya aku pulang, harusnya aku yakin pada hatiku kalau dia memang tidak akan mengingat apapun." Wanita ini tersakiti lagi. "Dia h
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Shela Hamil!

Semalam penuh Sebastian tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran tentang Shela, bahkan semalam wanita itu sungguh-sungguh menangis dan berakhir Sebastian tidur di sofa, meskipun masih dalam satu kamar.Sampai pagi ini dia beranjak naik ke atas ranjang dan memeluk Shela yang masih tertidur. Diam-diam mencuri kecupan layaknya seorang suami pengecut, Sebastian beribu-ribu kali memakai dirinya sendiri. "Sudah pagi, kau tidak mau bangun?" bisik Sebastian mengecupi pipi Shela yang terasa empuk dan lembut. "Ngghh...." Shela mengeliat, dia menepis tangan Sebastian dan terbangun. Telapak tangan hangat sang suami terasa mengusap pipi mulusnya. Sentuhan yang nyaman, namun kalah dengan amarahnya. "Jangan sentuh," ucap Shela dingin. "Sayang, aku kan sudah meminta maaf. Aku memang sibuk dan... Aku sungguh tidak main-main denganmu, Sayang!" jelas Sebastian mati-matian. Shela meringkuk memunggunginya. Punggungnya bergetar dan dia menangis lagi!"Kau melupakan ulang tahun si kembar, itu sudah kejah
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Si Manja dan Si Posesif

Seharian libur bekerja, Sebastian menebus kesalahannya pada Shela. Hari-hari kemarin saat Shela mual, pusing, dan rewel, dia tetap kuekeh pergi bekerja. Namun setelah mengetahui istrinya hamil, Sebastian memutuskan untuk libur beberapa hari saja. Laki-laki itu kini menemani Shela karena istrinya demam. "Kita ke rumah sakit saja, kah?" ajak Sebastian meletakkan telapak tangannya di kening Shela. "Panasnya kok tidak turun-turun." "Itu semua karena kesalahanmu!" amuk Shela, wanita itu bersembunyi di balik selimut tebal dan terus mengomel. "Iya, aku salah. Coba makan sedikit saja, Sayang..." Sebastian membujuknya. "Aku tidak suka makan yang berkuah... Aku pasti mual. Aku jarang makan setiap hari, kau tidak akan tahu betapa menderitanya istrimu ini!" rengek Shela, dia membuka selimutnya dan langsung terbangun. Senyuman Sebastian mengembang. Apapun sikap Shela padanya kini, ia akan menerimanya dan memberikan senyuman terbaik, Sebastian tidak merawat Shela saat hamil si kembar, paling
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Istriku Manjaku yang Kusayangi

"Ohh jadi mereka ini putra dan putri Anda, Tuan Sebastian?!" Seruan senang itu terdengar dari Roghan, Papa Aldrich yang ternyata rekan kerja Sebastian. Mereka sama-sama pebisnis yang bertemu di beberapa kali kesempatan meeting besar di perusahaan-perusahaan besar di Inggris. "Ya, saya tidak menyangka bertemu dengan Anda di sini!" Sebastian merangkul laki-laki itu. Tawa tercipta di antara mereka, Shela juga duduk bersama Mama dan Nenek Aldrich di luar, mereka menghargai Shela yang tidak mampu menahan udara di dalam ruangan, belum lagi karena aroma makanan yang tersaji. Sedangkan Aldrich duduk bersama Tiana dan dua kembarannya. "Kau sangat pucat nak, minumlah teh hangat dan jangan banyak kelelahan," ujar Karen, Nenek Aldrich menatap Shela. "Iya Nyonya. Saya tidak tahan dengan aroma makanan di dalam." Shela menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nyonya Morgan ini sedang hamil muda, Bu," ujar Elmma menjelaskan pada mertuanya. "Ya ampun... Pasti mengganggu sekali. Tidak papa, biar Ibu pe
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Kehamilan yang Memburuk

Beberapa hari berlalu, Shela menjalani hari-harinya dengan sangat buruk. Tubuhnya kian kurus dan kesehatannya yang terus menurun. Suamimu yang serba sibuk membuat Shela sering kali meminta bantuan Mamanya, bahkan kadang dia harus merepotkan pembantunya yang sangat baik. "Nyonya, lebih baik ke rumah sakit saja ya, Nyonya sudah pucat sekali seperti ini. Biar saya telfon Tuan, ya?" bujuk Bibi merangkul Shela dan mengajaknya duduk di sofa. Shela menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak papa Bi. Dulu aku juga begini waktu hamil si kembar, kok." "Iya. Tapi Nyonya Shela ini pucat sekali." Tubuh Shela juga menggigil kedinginan, di luar memang sedang hujan deras, dan anak-anaknya berada di kamar masing-masing. Shela lemas tak bertenaga, ia ingin makan siang namun perutnya terus menolak untuk makan juga terasa nyeri. Sampai dia menangis, dan hanya makanan ringan saja yang bisa ia konsumsi. "Mami..." Suara Tiano membuat Shela menoleh. "Iya Sayang, sini nak," panggil Shela pada sang bu
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
39
DMCA.com Protection Status