"Mau bicara apa?" Zayyan menatap tak suka pada Sean dan Zavier. "Ini tentang Zea!" sahut Sean dengan nada yang tak kalah dingin. Ia juga tak menyukai Zayyan, pria yang syok tegas, tetapi tak punya ketegasan terhadap isi hati dan pikirannya. Zayyan menarik napas sedalam mungkin, lalu ia mempersilakan kedua orang itu duduk. Walaupun ia tak menyukai keduanya, tetapi dua pria ini memiliki jasa dalam hidupnya karena sudah menjaga Zea dan ketiga anak kembarnya. "Kak, sebenarnya kau benar-benar mencintai Zea atau tidak sih?" tanya Zavier memasang wajah datar tanpa ekspresi. Zayyan tersenyum menyeringai. "Tentu saja. Aku bahkan tak bisa gambarkan, bagaimana besarnya cintaku pada Zea," jawabnya. "Jika begitu, Kakak harus tegaskan pada Zevanya agar berhenti menganggu Kakak dan Zea," tukas Zavier yang kadang merasa kesal karena sang kakak yang tidak bisa menegaskan sendiri perasaannya. Sejenak Zayyan terdiam, kata-kata Zavier seperti tamparan tersendiri untuknya. Ia bahkan tak menyadari ji
Baca selengkapnya