Beranda / CEO / Istri Palsu Tuan Presdir / Bab 122. Cemburu

Share

Bab 122. Cemburu

Penulis: FitrianiYuriKwon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah menjalani beberapa perawatan dan kemoterapi, kondisi Ziva lumayan membaik. Gadis kecil itu sudah bisa bermain bersama kedua kakak kembarnya.

"Daddy, Ziva mau pulang!" renggeknya manja.

Rumah sakit adalah tempat paling menyeramkan bagi anak-anak sepertinya. Apalagi disiksa oleh banyaknya jarum suntik yang masuk ke beberapa bagian tubuhnya. Rasanya Ziva tidak sanggup dan ingin segera pulang saja.

"Iya, Sayang. Kita pulang." Kini Zayyan merasa hidupnya berada di ambang maut. Melihat anak perempuannya yang terus saja merenggek kesakitan, seperti menusukkan belati tersendiri di dalam rongga hatinya.

Hari ini Ziva memang sudah diperbolehkan pulang oleh Erwin dan Sean. Gadis kecil itu nanti akan menjalani beberapa perawatan lagi karena ada tumor kecil yang tumbuh di dadanya.

Zayyan dan Zea duduk berdampingan di dalam mobil. Sedangkan Ziva berada di tengah kedua orang tuanya. Gadis kecil itu terus berceloteh bahagia karena akhirnya memiliki orang tua yang lengkap seperti teman-te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 123. Menyusul

    "Jadi, sekarang Zayyan ada di Kanada bersama Zea? Pantas saja dia sengaja menitipkan Ar padaku." Zevanya mengepalkan tangannya kian erat. Dadanya naik turun menahan amarah yang membara. Bisa-bisanya lelaki itu menjadikan dirinya hanya sebagai alat pelampiasan. "Iya, Nyonya," jawab sang asisten. "Kau boleh keluar!" usir Zevanya mengibaskan tangannya. Wanita itu duduk di kursi kebesarannya. Dia masih merutuki Zayyan, padahal dia dengan percaya diri berpikir bahwa Zayyan mulai masuk dalam perangkapnya karena menitipkan Ar. Ternyata dirinya hanya dijadikan alat pelampiasan. Lihat saja nanti dia akan membalas pria itu. "Aku yakin, ini semua pasti karena perintah Zea padanya," tudingnya. "Entah pelet apa yang diberikan Zea, sehingga Zayyan selalu mengikuti perkataan dan perintahnya," ujar Zevanya lagi yang masih menuduh bahwa semua karena Zea. Wanita itu berdiri dari duduk dan tak lupa meyambar tas yang terletak di atas meja. "Marvin ke mana sih? Sudah beberapa hari hilang

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 124. Pertemuan antara kakek dan cucu

    "Tuan!" Zea langsung berdiri melihat kedatangan Leigh. Begitu juga dengan kedua anak kembarnya. "Siapa dia, Kak?" tanya Zean setengah berbisik, sembari menatap Leigh dari ujung kaki sampai ujung rambut. "Hem!" Seperti biasa, lelaki kecil berdarah dingin itu hanya membalas dengan deheman. "Dia kakek kita," sambung Zayn kemudian. Zean tampak terkejut, kembali dia selidiki penampian Leigh. Jika dlihat-lihat pria tua yang ada di depannya ini memang begitu mirip dengan ayah kandung mereka. "Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan?" tanya Zea takut. Dia bahkan menggeser tubuh kedua anak kembar itu agar berlindung di belakang tubuhnya. Bisa saja Leigh datang untuk mengambil anak-anaknya. Zea tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Tenanglah, Zea. Kedatanganku bukan untuk mengambil anak-anakmu," ucap Leigh yang seolah tahu bahwa calon menantunya itu sedang ketakutan. Zea bernapas lega. Wanita itu bahkan mengusap dadanya, tenang. Lalu dia mempersilakan Leigh duduk di sofa. Zayn menatap

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 125. Kata-kata pedas

    Zayyan dan Zea sedang menunggu di ruang tunggu depan rumah. Kedua orang tua muda itu saling menggenggam dan menyalurkan kekuatan. Hari ini Ziva kembali menjalani operasi pengangkatan tumor di bagian dadanya. "Kak, aku takut!" ungkap Zea. Orang tua mana yang tidak akan merasakan takut teramat jika melihat putri kesayangannya dalam ruangan operasi, sedang berjuang melawan kerasnya kehidupan. "Semua akan baik-baik saja!" sahut Zayyan mengecup ujung kepala wanita itu. Sementara Zayn dan Zean bersama dengan Leigh dan Zavier, karena suasana rumah sakit tidak terlalu bagus untuk kesehatan mereka. Leigh juga tidak mau kedua cucu kembarnya menganggu istirahat Ziva."Daddy!" Hingga suara panggilan membuyarkan lamunan kedua orang tua muda itu. Zayyan dan Zea segera menoleh dan betapa terkejutnya mereka melihat Ar yang berjalan ke arah keduanya. "Ar!" Zayyan sontak berdiri, begitu juga dengan Zea. "Daddy!" Ar berhambur memeluk sang ayah. Dia benar-benar merindukan sosok yang sudah beberapa

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 126. Sadar diri

    "Mommy!" Zayn dan Zean berjalan menghampiri Zea. Kedua bocah tampak itu tampak berjalan setengah berlari. "Son, jangan lari!" tegur Zea pada kedua anaknya. Lalu Zayn dan Zean berjalan pelan sembari dengan langkah tak sabar. Mereka masih berada di depan ruangan Ziva. Sementara di dalam Sean dan Erwin masih berjuang menyelamatkan Ziva. "Daddy mana, Mom?" tanya Zean yang tidak melihat kehadiran sang ayah di sana. "Kenapa terus menanyakan lelaki itu sih?" protes Zayn. "Bukannya tanya kondisi adik, malah ingin tahu keberadaan orang lain," sambungnya terdengar tak suka saat adiknya itu menanyakan ayah mereka. "Memangnya kenapa, Kak? Bukannya dia memang ayah kita?" ujar Zean tak habis pikir. Kakaknya ini masih saja tak suka pada ayah mereka. "Son, jangan bicara begitu," tegur Zea. "Ayo duduk!"Kedua bocah kembar itu menurut dan duduk di samping sang ibu. Zayn duduk di samping kanan Zea, sedangkan Zean duduk di samping kiri. Keduanya langsung kembali dengan mode wajah polos. "Di mana

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 127. Apa kau cemburu?

    "Zea, kak Zayyan ke mana?" tanya Zavier yang tak melihat sang kakak di sana. Biasanya lelaki itu selalu menempel pada Zea layaknya prangko. "Kak Zayyan sedang jalan-jalan dengan Ar, Kak," jawab Zea. Tak ada raut sedih sama sekali di ekspresi wajahnya. Zea memahami kerinduan Ar kepada ayahnya dan ia pun tak memiliki wewenang untuk melarang Zayyan. "Jalan-jalan sama Ar?" ulang Zavier. "Kapan Ar datang ke sini? Dengan siapa?" cecarnya penasaran. "Sama kak Zeva," sahut Zea. "Zevanya ada di sini?" tanya Zavier yang tampak terkejut. Mau apalagi wanita iblis tak berperasaan itu menganggu ketenangan Zayyan dan Zea. "Iya, Kak," jawab Zea, singkat, padat dan jelas. Zavier menarik napas dalam, lalu dia duduk di samping Zea. Sementara Zayn dan Zean sudah pulang bersama Shania. Kedua anak itu tidak boleh terlalu lama berada dalam lingkungan rumah sakit karena tidak baik untuk kesehatan mereka. Bau obat-obatan dan jarum suntik bisa menganggu sistem imun tubuh kecil keduanya. Oleh sebab itulah

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 128. Maafkan Mommy

    Zea memuaskan barang-barang Ziva ke dalam cover kecil milik putrinya itu. Senyumnya lebar saat melihat Ziva yang tengah sibuk bermain dengan kedua saudara kembarnya. Hari ini gadis kecil itu sudah boleh pulang, setelah beberapa hari dirawat. Kondisinya pun lumayan membaik dan ia tak lagi merenggek kesakitan seperti waktu lalu. Ada Zayyan juga di sana yang ikut bermain dengan ketiga anak kembarnya. Lelaki itu tampak tertawa lepas tanpa beban. "Sayang, ayo!" ajak Zea. "Daddy, gendong!" Ziva mengulurkan tangannya manja pada Zayyan. "Tentu, Girl." Zayyan mengangkat tubuh kecil putrinya itu lalu menggendongnya. Zea hanya tersenyum lebar, itulah cara dia menutupi lukanya. Zea tak memiliki angan-angan untuk hidup bahagia bersama Zayyan. Baginya, lelaki itu hanya mimpi yang tak mungkin menjadi kenyataan. "Ayo!" Leo membawa cover kecil Ziva. Asisten setia itu selalu menemani Zayyan ke mana saja. Sementara Zayn dan Zean menggandeng tangan Zea dan keluar dari ruangan. "Daddy!" Hingga s

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 129. Mommy lelah, Son.

    Zevanya dan Ar ikut masuk ke dalam vila mewah milik Leigh. Ini pertama kalinya, wanita itu masuk ke dalam sana. Tampak di sana ketiga kembar anak Zea tengah bercengkerama di ruang tunggu. Ada Leigh, Zayyan dan Zavier serta Sean dan ketiga anak buah Zayyan. Mereka seperti sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Tatapan mata mereka teralihkan melihat kedatangan ibu dan anak itu. "Ar," sapa Leigh ramah. "Opa!" Ar berhambur ke arah sang kakek dan memeluk lelaki berusia itu. Leigh tersenyum dan membalas pelukan cucu kesayangannya. Namun, Leigh tak pernah membedakan antara anak Zevanya dan anak Zea. Baginya, keempat cucunya sama berharga di matanya. Sementara Zevanya tersenyum licik menatap Zea yang diam saja. Dia akan buktikan pada adiknya itu, bahwa Zayyan hanya pantas bersanding dengannya. Zevanya juga menegaskan pada Zea agar tidak menganggu dan berharap bahwa lelaki itu akan menikahinya. Zavier dan Sean menatap tak suka pada Zevanya. Sementara Zayyan hanya diam saja sambil mem

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Bab 130. Memilih

    "Mau bicara apa?" Zayyan menatap tak suka pada Sean dan Zavier. "Ini tentang Zea!" sahut Sean dengan nada yang tak kalah dingin. Ia juga tak menyukai Zayyan, pria yang syok tegas, tetapi tak punya ketegasan terhadap isi hati dan pikirannya. Zayyan menarik napas sedalam mungkin, lalu ia mempersilakan kedua orang itu duduk. Walaupun ia tak menyukai keduanya, tetapi dua pria ini memiliki jasa dalam hidupnya karena sudah menjaga Zea dan ketiga anak kembarnya. "Kak, sebenarnya kau benar-benar mencintai Zea atau tidak sih?" tanya Zavier memasang wajah datar tanpa ekspresi. Zayyan tersenyum menyeringai. "Tentu saja. Aku bahkan tak bisa gambarkan, bagaimana besarnya cintaku pada Zea," jawabnya. "Jika begitu, Kakak harus tegaskan pada Zevanya agar berhenti menganggu Kakak dan Zea," tukas Zavier yang kadang merasa kesal karena sang kakak yang tidak bisa menegaskan sendiri perasaannya. Sejenak Zayyan terdiam, kata-kata Zavier seperti tamparan tersendiri untuknya. Ia bahkan tak menyadari ji

Bab terbaru

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 8. (Ending)

    Satu tahun kemudian ...Samuel, Josua, Niko dan juga Sean, keempat pria tampan dengan sejuta pesona itu keluar dari ruangan rias. Mereka memakai tuxedo dengan warna yang sama. Dilengkapi dasi kupu-kupu yang membuat tampilan mereka begitu memukau. Saat mereka berjalan ke arah karpet, merah jepretan kamera saling menggema dan bersahutan untuk memotret pria-pria tampan yang menyerupai dewa Yunani itu. Hari ini, Sean, Josua, Niko dan juga Samuel mengakhiri masa lajang mereka. Pria-pria matang yang berusia dewasa itu akhirnya memutuskan untuk berkeluarga, walau sebelumnya banyak pertimbangan. Namun, siapa sangka sekarang telah menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. "Ayah!" sapa si kembar melambaikan tangannya dari jarak jauh. Sean tersenyum melihat anak-anak Zea yang begitu antusias menyambut hari bahagianya. Sekarang, ia benar-benar sudah bisa melepaskan semua perasaan cintanya pada wanita yang pernah bersemayam begitu lama. Sean sudah menemukan wanita yang tepat untuk

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 7.

    "Kenapa lama sekali sih?" Samuel melirik arloji yang ada di tangannya. Menunggu adalah hal paling membosankan. Lelaki itu tampak gelisah, apalagi waktu terus berjalan. Dia bisa terlambat dan nanti akan diledek oleh Josua dan juga Niko. Malam ini, Josua dan Niko sengaja mengajak Samuel untuk bertemu di sebuah restoran membawa pasangan masing-masing. Jika Samuel belum juga menemukan calon pasangan hidupnya. Maka, Josua dan Niko akan mencarikan sendiri, calon yang tepat untuk sahabat mereka tersebut. Derap langkah kaki membuat Samuel mengangkat pandangannya. Seketika lelaki itu mematung bahkan tanpa sadar berdiri dari duduknya. Mulutnya terbuka lebar dan mengangga karena melihat perubahan yang begitu signifikan pada asisten sekaligus gadis berkacamata tebal yang selalu mengikuti perintahnya. "Sudah selesai, Tuan!" ujar salah satu pelayan butik. "Hem!" Samuel berdehem sambil memperbaiki dasinya yang setengah bergerak.Riri tersenyum kaku, jujur saja dia tak nyaman dengan dress ini.

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 6.

    Sean keluar dari ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul siang tengah hari. Waktunya ia makan siang. Langkah lelaki itu terhenti saat melihat Ema duduk di bangku tunggu depan ruangan ibunya. Bersama seorang pria berseragam polisi yang tidak lain adalah Bima. Entah, kenapa ia tidak suka melihat lelaki itu. "Itu kan 'pria kemarin? Apa itu kekasihnya?" ujar Sean, nada bicaranya tampak tak suka. Tidak mungkin dia menyukai Ema. Pertemuan mereka hanya kebetulan, bukan keinginan. Tampak Ema berbicara serius dengan Bima. Sesekali Bima mengusap punggung gadis itu untuk menyalurkan kekuatan padanya. Sean menghampiri mereka berdua. Ia sedikit penasaran, apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. "Dokter Sean," sapa Ema sambil berdiri. Sean mengangguk. "Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Bima. Sean seperti sedang bermusuhan dengan orang yang baru saja ditemui dan kenal. Sementara Bima memperhatikan Sean dari ujung kaki sampai ujung rambut. Satu kata, Sean tidak hanya t

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 5

    "Terima kasih, Dok." Ema melepaskan sealbeat di tubuhnya. "Aku ingin menjengguk ibumu juga." Tanpa menunggu jawaban dari Ema. Sean turun keluar duluan dari mobil. "Apa, Dok?" Ema ikut keluar dari mobil. "Tapi di ini sudah malam, Dok," sambungnya. "Memangnya kenapa kalau malam?" Sean menaikan kedua alisnya. "Apa Dokter tidak ingin istirahat?" tanya Ema mendesah pelan. "Ini rumah sakitku, aku bisa istirahat di ruanganku nanti!" jawab lelaki itu sombong, lalu dia berjalan duluan. Ema menghela napas panjang lalu mengikuti langkah kaki Sean. Sampai di depan ruangan sang ibu, Ema berhenti sejenak. Dia mengelus dadanya, seakan ada rasa sakit yang terasa mencengkeram di sana. "Ada apa?" tanya Sean heran. "Tidak apa-apa, Dok. Saya hanya sedang mengontrol emosi, supaya tidak terlihat sedih di depan ibu." Anak mana yang tidak akan sedih melihat wanita yang sudah melahirkannya terbaring lemah di atas ranjang. Sean manggut-manggut paham. Dia masih berdiri di belakang Ema yang hanya tingg

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 4.

    "Kau mengingatku, Niko?" Gadis itu tersenyum mengejek ke arah lekakis yang tampak syok melihat wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko terdengar begitu dingin. Gadis itu malah tersenyum santai, sembari mengigit apel di tangannya. Dia suka melihat wajah kesal dan marah Niko padanya. Hal itu menjadi kesenangan tersendiri pada diri gadis tersebut. "Kenapa kau menggagalkan pengiriman senjataku, Nara?" tanya Niko marah. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, Niko," ujar gadis bernama Nara itu. Rambut panjang yang sengaja dikuncir kuda. Matanya coklat dengan hidung mancung. Senyumnya manis, apalagi memakai pakaian ketat ala seorang bodyguard. "Maksudmu?" Gadis itu melempar ponselnya ke arah Niko. Lelaki tersebut mengambil ponsel itu dengan cepat. "Lihatlah!" Niko melihat video yang ada di layar ponsel milik Nara. Pupil matanya hampir saja keluar ketika melihat apa yang ada di sana. "Kau pikir pengiriman senjatamu aman? Untung saja tuan Zayyan segera m

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 3.

    Sean terdiam mendengar jawaban Ema. Entah, kenapa hatinya merasa tergerak mendengar penuturan gadis itu. "Anda ingin pesan apa, Dok?" tanya Ema lagi yang masih memegang kertas dan juga pulpen di tangannya.Sean terdiam sejenak, lalu dia menatap Ema. "Duduklah!" suruhnya. "Hah?!" "Duduklah!" titahnya lagi. Ema menurut dengan wajah polosnya. Sebenarnya dia bingung, kenapa Sean malah memintanya duduk? "Ada yang bisa saya bantu, Dok?" tanya Ema tak nyaman. Sebab, para pelayan yang lain menatap ke arahnya. "Sudah makan?" Ema menggeleng karena memang dia belum makan. Setelah shif siang tadi. Dirinya langsung ke restoran hingga lupa makan malam. Sean lalu melambaikan tangannya pada salah satu waiters dan memesan makanan untuk mereka berdua. "Biar saya saja, Dok!" ujar Ema. "Jangan!" cegah Sean. "Duduklah, kita makan bersama," ucapnya. Walaupun dengan nada dingin, tetapi terdengar perhatian. "Tapi, Dok–""Menurutlah, Ema!" tekan Sean yang sedikit geram. Wanita di luar sana berlomb

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 2.

    "Melihat tuan Zavier dan nona Shania yang menikah, aku jadi ingin menikah," ujar Niko mendesah. "Memang punya calon?" Josua melirik sahabatnya. "Ada, banyak," jawab Niko penuh percaya diri. Jika dia mau banyak sekali wanita yang mengantri untuk menjadi istrinya. Namun, wanita-wanita itu hanya mengincar harta dan ketampanannya saja. Niko ingin menemukan wanita yang tulus mencintai dirinya, seperti Zea mencintai Zayyan contohnya. Sementara Samuel terdiam saja. Dia melihat betapa cantik dan bahagianya Shania duduk di pelaminan bersama lelaki terbaik pilihannya. Lagi-lagi, pria itu tersenyum kecut karena selalu gagal dalam hal percintaan. Padahal selain jatuh cinta pada Zea berkali-kali, ia juga menyukai Shania dan berharap wanita itu akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Namun, apalah daya jodoh memang tidak selalu bisa dipaksakan. "Hem!" Josua berdehem di dekat telinga Samuel. "Kenapa?" tanyanya. Walaupun sudah tahu, tetapi sengaja bertanya untuk sekedar basa-basi. "Tidak," kilah Sam

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Chapter bonus 1. Wedding Day Zavier & Shania

    Shania menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis cantik berstatus model itu tampak tersenyum lebar, ketika gaun mewah tersebut melekat dengan sempurna di tubuh ramping dan juga mungilnya."Kak, apa aku sudah cantik?" tanyanya pada sang kakak yang sedari menunggunya. "Cantik!" balas Sean. "Apa kak Zavier akan terpesona padaku?" tanyanya lagi yang seolah belum puas. "Tidak," jawab Sean. Shania mendengkus kesal. Ia menatap kakaknya malas. "Kakak." "Sudahlah, jangan terlalu lama. Zavier sudah menunggu," ujar Sean terkekeh melihat wajah kesal adiknya. Lagian Shania terus bertanya, apa dia cantik? Apa Zavier akan terpesona padanya? Sean saja bosan dengan pertanyaan tersebut. "Ayo, Kak!" ajak Shania. "Tapi..." Gadis itu mendesah pelan. "Tapi, kenapa?" Sean menatap adiknya. Shania tersenyum kecut. Di hari bahagia harusnya dikelilingi oleh orang tua serta orang-orang yang menyayanginya. Namun, tidak dengan Shania sang ayah dan sang ibu bahkan tak meluangkan waktu sedikitpun untu

  • Istri Palsu Tuan Presdir    Ekstra part 3. (Ending)

    Zayyan bangun pagi sekali. Sementara Zea masih terlelap nyaman. Sejak hamil, wanita ini tak hanya manja tapi juga sedikit pemalas. "Sayang, bangun!" panggil Zayyan"Sudah siang ya, Kak?" Zea sontak duduk sembari mengucek matanya. Wanita itu masih berusaha mengumpulkan sejuta nyawanya yang terasa hilang ke alam mimpi. "Iya, Sayang. Ayo cuci muka dulu!" Zayyan menyimak selimut mereka. "Iya, Kak." "Kakak gendong, ya." Zayyan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Usia kehamilan Zea sudah memasuki bulan keenam. Jadi masa mengidamnya pun sudah berkurang hanya manjanya masih kuat. "Kak, maaf merepotkan mu," ucap Zea tak enak hati. "Sama sekali tidak, Sayang. Aku ingin kau terus manja-manja padaku." Zayyan mencolek dagu istrinya dengan gemas. "Ehem, tidak mungkin aku manja terus, Kak. Sudah ayo cuci muka, kita harus siapkan sarapan untuk anak-anak," ajak Zea. Setelah mencuci muka dan gosok gigi kedua pasangan itu keluar dari kamar mandi. Seperti biasa aktivitas pagi adalah mengur

DMCA.com Protection Status