Semua Bab Janda Milik Sang Aktor: Bab 61 - Bab 70

102 Bab

61. Memang Harus Mundur

Kedua tangan Tara terkepal erat. Hatinya berdenyut nyeri berkat tamparan berupa pernyataan menyakitkan yang tidak bisa wanita muda itu tepis. Federick hanya berperan sebagai seorang ayah yang selektif, pria itu berkata demikian untuk mendulang masa depan sang putra yang masih panjang dan penuh gemerlap.Tara mencoba memakluminya, sehingga dia hanya mampu mematung dan tak bisa menyalahkan Federick. Pria itu sudah melakukan hal yang benar. Perlahan-lahan, selagi semua orang yang berada dalam ruangan tersebut sama-sama terbungkam, Tara berdiri. Noah mengatupkan bibirnya, hendak mengatakan sesuatu disertai emosi yang siap meledak kapan saja.Berupaya tersenyum, Tara memberanikan diri untuk menatap Federick dan Elisabeth secara bergantian. Walaupun hatinya seakan-akan tengah meneteskan darah seiring detik yang terlewat, wanita muda itu tak ingin memperlihatkan kelemahannya di hadapan orang-orang."Tenang saja, Señor. Saya juga tidak akan menikahi Noah, karena saya tau diri dengan status da
Baca selengkapnya

62. Lampu Merah Besar

"Ngapain kamu harus ke sini sambil membelikanku itu?" Tara membuka pagar, melewati Seno yang masih menguarkan senyum manisnya. Wanita muda itu mengetahui arti dari senyum menggelikan tersebut, senyum sok meneduhkan yang berguna untuk merayu para wanita di luar sana. Sekarang Tara jadi berpikir, bisa saja saat menarik perhatian Juwita dulu, Seno bertingkah seperti ini. Membelikan dan menyempatkan diri untuk menyambangi si wanita secara terus-menerus.Begitu pagar terbuka lebar, Tara memasukkan mobilnya. Mengabaikan ucapan Seno yang menjelaskan kegiatannya pada hari ini, mulai dari A sampai Z. Padahal Tara tak bertanya sama sekali. Justru Tara berharap bahwa mantan suaminya yang tidak tau diri itu pergi dari hadapannya sekarang juga. Harinya sudah cukup kacau, jangan ditambah lagi dengan kehadiran Seno.Keluar dari mobil, Tara malah mendapati Seno yang telah menunggu di depan pintu rumahnya. Menghela napas berat, entah apakah dia bisa tertidur dengan nyenyak atau tidak setelah ini. Melip
Baca selengkapnya

63. Gonjang-ganjing

Tara sedang menikmati kesendiriannya sebagai manusia yang baru saja mengalami patah hati. Namun berita menggemparkan itu datang diawali oleh tatapan tajam para staf lain yang seakan-akan mengulitinya hidup-hidup. Mulanya wanita muda itu merasa bahwa barangkali saja penampilannya ada yang salah, tapi setelah bertemu dengan Cell yang sudah menunggu di lobi, sepasang telinganya memergoki sebuah berita terpanas yang saat itu sedang disiarkan di televisi kantor.Dunia Tara seolah berhenti berputar. Bahkan wanita muda itu kesulitan bernapas saat menyadari bahwa foto yang diperlihatkan secara satu per satu dalam televisi merupakan fotonya dan Noah. Banyak yang mengambil tempat di depan rumahnya, sedangkan tiga foto lainnya memiliki latar berupa lantai teratas Hacer. Tara mengernyit, sesaat memikirkan sesuatu mengenai lokasi yang tak bisa dimasuki oleh sembarang orang itu. Namun pikirannya terbuyarkan kala mendapati panggilan masuk dari Heru. Cell mencengkeram tangannya, khawatir luar biasa.
Baca selengkapnya

64. Rencana Menggelikan Seno

Banyak yang tidak Tara pahami. Dunia sedang kacau-kacaunya, tetapi dia meringkuk di atas ranjang hotel yang terasa nyaman dan menenangkan. Kalau mau, dia bisa saja merebahkan diri dan menikmati cuti dadakannya ini. Namun pikirannya sedang dihantam badai kenyataan yang seakan bisa menggerogoti sisa kewarasannya.Cell keluar dari kamar mandi, rekan kerjanya itu telah membantunya seharian ini. "Hotelnya bagus, Tar. Aku jadi mau ikutan booking kamar sebelah, biar kesannya liburan. Omong-omong, tagihan kamar ini masuk ke mana? Dompetmu atau dompet Hacer?""Dompetku, memangnya kenapa? Mau ikutan?"Cell terkekeh pelan, lantas mendudukkan diri di tepi ranjang, turut memandang permadani langit yang berhiaskan mendung dari jendela. Sesaat, keheningan membanjiri tanpa repot-repot mau menyurutkan diri. Cell melirik Tara, enggan mengganggu rekan kerjanya yang sedang dilanda masalah itu."Keadaannya Noah gimana ya sekarang?" Tara mengerjapkan mata beberapa kali setelah bergumam tanpa sadar. Wanita
Baca selengkapnya

65. Apa Lagi Ini?

Detik yang bergulir, membuat dua hari berikutnya tidak terlalu menggemparkan. Meskipun artikel mengenai berita kencan Noah dan seseorang yang disebut sebagai 'staf' itu masih beredar, setidaknya mulai tak terlalu banyak. Tara sudah diperbolehkan untuk kembali bekerja di kantor. Dengan senang hati, Tara mengiyakan. Selama mendekam di kamar hotel membuatnya suntuk, tidak bisa bebas.Dia tidak bisa keluar berjalan-jalan, atau mampir ke toko buku seperti biasa. Tentu saja takut akan terdapat beberapa orang mengenalinya. Kali itu, Tara jadi tau bagaimana rasanya menjadi buah bibir yang mengudara secara berlebihan—masalahnya bukan dikarenakan oleh prestasinya.Hari ini, Tara datang mengendap-ngendap lewat pintu belakang yang harus memutar dari tempat parkir. Rosalie sudah mengintruksikan cara memasuki kantor yang aman—dan dia sangat berterimakasih atas demikian. Begitu tiba di lantai 3, dia dikejutkan oleh kesibukan Tim Komunikasi yang masih dalam masa lemburnya.Tara menggigit bibir bawahn
Baca selengkapnya

66. Pilihan Dua Insan

"Jadi, kita masih harus mencari tau siapa pemilik email ini ya?" tanya Radu memastikan, usai mencatat email yang diperlihatkan oleh Gibran. Email tersebut bernamakan twolovehappens. Sebuah nama yang kelewat manis untuk menyerahkan perintah-perintah mengerikan. Radu bergidik ngeri. "Sayangnya, kita nggak bisa tau siapa dalangnya kalau Mas Gibran memang nggak pernah berhubungan sama orang pemilik email ini lewat telepon.""Yang jelas, si twolovehappens itu bisa mikir. Dia sengaja nggak meninggalkan jejak apa pun dengan teleponan. Tapi nih," Noah mendekati sang paman yang terdiam di balik meja kebanggaannya. "Apa Om Heru nggak bisa melacak di mana alamat IP email ini? Temannya Om Heru yang di kepolisian? Bukannya kita bisa minta tolong?""Ck! Kamu pikir, Om nggak melakukan itu? Bahkan Om sama Padre kamu sudah berbicara dengan kepolisian. Padre kamu juga bersedia membayar berapa pun yang mereka mau, dan yah—hasilnya amburadul. Seperti kata kamu, orang ini pintar." Heru mendengus lelah. "S
Baca selengkapnya

67. Kencan Terakhir

Noah mengusulkan akhir pekan yang gemerlap menjadi waktu untuk menjalankan kencan terakhirnya bersama Tara. Selepas pertemuan kembali di kantor pagi itu, mereka bermuara pada kesibukan masing-masing. Tak menghubungi satu sama lain, meski diam-diam mendambakan hari yang sama. Seperti hari ini, Noah menyelesaikan syuting seperti biasa. Sutradara dan kru yang mengamati bagaimana kinerja Noah pun terpukau, memuji pemuda itu tanpa henti. Bahkan beberapa aktor pendamping yang namanya sudah lebih dulu ada dalam dunia hiburan, mendadak mengajaknya berteman dan ingin menjadi lebih dekat. Mereka berbondong-bondong meminta saran Noah mengenai ini dan itu, sehingga di mata Radu, Noah terlihat seperti orang paling waras yang ada di muka bumi.Tepat sepekan lagi, perkiraan syuting yang dijalani akan berakhir. Cerita telah mencapai klimaks, semua pemeran hanya perlu menyelesaikan beberapa adegan penting menjelang akhir yang nantinya akan ditutup dengan agenda after party. Berhubung seluruh adegan
Baca selengkapnya

68. Perpisahan Dalam Asa

Tara sedang membaca blurb sebuah buku, ketika Noah menghampirinya sembari menyodorkan sebuah keranjang yang masih kosong. Pemuda itu menyuruh Tara untuk membeli buku sepuasanya, mau satu atau dua keranjang penuh pun tidak masalah. Untuk kencan terakhir ini, Noah akan membelikan apa pun yang Tara mau.Mulanya hati wanita muda itu melambung secara perlahan, sebab tak pernah diperlakukan seperti itu oleh laki-laki mana pun. Namun teringat bahwa kencan yang dilakoninya memiliki catatan; terakhir, Tara hanya mampu menggelengkan kepala dan mengulum senyum. "Enggak ah, Noah! Aku cuma mau membeli beberapa buku aja buat jadi teman di hotel."Noah hendak menanggapi perkataan Tara dengan celetukan yang biasa dia layangkan, tetapi pemuda itu menahannya. Sudah cukup selama ini tidak tau diri dengan mengejar-ngejar Tara dan membawa janda cantik yang satu itu ke dalam masalah baru. Noah tak mau Tara memandang rendah dirinya lagi. Maka Noah hanya mampu mengekori Tara sambil menenteng keranjang.Seles
Baca selengkapnya

69. Kemarahan Seno

"Lepas, Seno! Apa yang kamu lakukan?! Aku bisa saja memanggil security untuk mengusirmu!" Tara berupaya melepaskan diri dari cengkeram mantan suaminya itu. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja dia kedatangan tamu kurang ajar serupa Seno. Dengan lancangnya, Seno merangsek masuk seraya mendorongnya.Tetapi Tara tidak mengalah secepat itu. Tara hendak melayangkan tendangan andalannya, namun dicegah oleh Seno. Pria itu nyaris terlonjak, tapi menguasai diri agar tak terlihat lemah di mata Tara. Seno tau, pasti Tara tidak akan terlalu takut dengannya. Mantan istrinya itu telah berubah dan tak selemah dulu.Tara menjauh, menuju sisi lain ruangan saat Seno melepaskan cengkeramannya. "Kamu gila, Seno! Kamu nggak sadar kalau aku ini ada di sebuah tempat yang bisa memanggil siapa saja, hah? Sebentar lagi bakalan ada temanku, kamu nggak akan bisa melakukan apa-apa, Seno!"Seno mengepalkan tangan, menggeram kesal. Belum apa-apa, tampaknya dia sudah kalah duluan. Pria itu membenci situa
Baca selengkapnya

70. Perdebatan Alot

Noah hendak melajukan mobil saat mendapati getaran panjang yang berasal dari ponsel di kursi samping pengemudi. Begitu ditilik, rupanya ponsel milik Tara tertinggal. Panggilan masuk dari Cell berulang selama beberapa kali, sehingga mau tak mau, Noah menjawabnya."Loh? Ini siapa yang jawab? Di mana Tara?" sahut Cell di seberang telepon, namun pemuda itu mendengar gema yang sama dari kejauhan.Keluar dari mobil, Noah bertemu dengan Cell yang masih mondar-mandir di depan mobil milik wanita muda itu. "Lha, Mbak Cell udah di sini ternyata." Noah mematikan sambungan telepon, mendekati Cell yang masih mencerna keberadaan Noah."Kamu ngapain ada di sini? Terus ... kenapa HP-nya Tara ada di kamu?""Ceritanya singkat, tapi aku nggak mau cerita, Mbak." Celetuk Noah. "Mbak Cell sendiri ngapain di sini? Eh, mau mampir ke kamarnya Tara ya? Kasih tau kamarnya nomor berapa dong!""Ih! Buat apa?!"Noah mengibaskan tangannya, lalu memberi tanda bagi Cell untuk menduluinya. Biarpun bingung, Cell menurut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status