"Lepas, Seno! Apa yang kamu lakukan?! Aku bisa saja memanggil security untuk mengusirmu!" Tara berupaya melepaskan diri dari cengkeram mantan suaminya itu. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja dia kedatangan tamu kurang ajar serupa Seno. Dengan lancangnya, Seno merangsek masuk seraya mendorongnya.Tetapi Tara tidak mengalah secepat itu. Tara hendak melayangkan tendangan andalannya, namun dicegah oleh Seno. Pria itu nyaris terlonjak, tapi menguasai diri agar tak terlihat lemah di mata Tara. Seno tau, pasti Tara tidak akan terlalu takut dengannya. Mantan istrinya itu telah berubah dan tak selemah dulu.Tara menjauh, menuju sisi lain ruangan saat Seno melepaskan cengkeramannya. "Kamu gila, Seno! Kamu nggak sadar kalau aku ini ada di sebuah tempat yang bisa memanggil siapa saja, hah? Sebentar lagi bakalan ada temanku, kamu nggak akan bisa melakukan apa-apa, Seno!"Seno mengepalkan tangan, menggeram kesal. Belum apa-apa, tampaknya dia sudah kalah duluan. Pria itu membenci situa
Noah hendak melajukan mobil saat mendapati getaran panjang yang berasal dari ponsel di kursi samping pengemudi. Begitu ditilik, rupanya ponsel milik Tara tertinggal. Panggilan masuk dari Cell berulang selama beberapa kali, sehingga mau tak mau, Noah menjawabnya."Loh? Ini siapa yang jawab? Di mana Tara?" sahut Cell di seberang telepon, namun pemuda itu mendengar gema yang sama dari kejauhan.Keluar dari mobil, Noah bertemu dengan Cell yang masih mondar-mandir di depan mobil milik wanita muda itu. "Lha, Mbak Cell udah di sini ternyata." Noah mematikan sambungan telepon, mendekati Cell yang masih mencerna keberadaan Noah."Kamu ngapain ada di sini? Terus ... kenapa HP-nya Tara ada di kamu?""Ceritanya singkat, tapi aku nggak mau cerita, Mbak." Celetuk Noah. "Mbak Cell sendiri ngapain di sini? Eh, mau mampir ke kamarnya Tara ya? Kasih tau kamarnya nomor berapa dong!""Ih! Buat apa?!"Noah mengibaskan tangannya, lalu memberi tanda bagi Cell untuk menduluinya. Biarpun bingung, Cell menurut
"Kamu masih menemui janda mandul yang satu itu, Noah?" tanya Elisabeth dengan nada meremehkan, yang mana langsung membuat gatal dan panas telinga sang putra. "Ck! Kenapa kamu bisa sesuka itu sama perempuan itu sih? Apa yang menarik dari janda yang satu itu? Bukannya kamu pasti bertemu dengan perempuan lain yang masih gadis dan tentunya lebih cantik dari dia ya?"Noah mengembuskan napas kasar. Paling tak suka dengan situasi semacam ini. "Mau ada perempuan yang lebih cantik dari Tara, atau lebih kaya, masalahnya hatiku jatuh ke Tara, Mah. Gimana dong?"Elisabeth mendelik tak suka. "Masa depan macam apa yang kamu harapkan dari janda mandul seperti dia, hah?!""Masa depan?" Noah berdecak kesal. "Aku nggak bisa menengok masa depan, tapi aku tau kalau cintaku yang sesungguhnya cuma buat Tara, Mah.""Kamu mau kurang ajar sama Madre kamu, Noah?!" Sahut Federick dengan nada lantang. "Kamu mau melawan orang tua kamu sendiri demi perempuan yang masa depannya nggak jelas itu?""Bukan melawan, Pah
Beberapa menit lalu, Tara masih bercakap dengan Rosalie di sofa tunggu lantai teratas Hacer. Namun tak lama setelahnya, dia mendapatkan panggilan masuk dari sang mantan suami dengan nada mengancam yang membuat Tara terpaksa menemui pria itu di depan Hacer. Berjaga-jaga, Rosalie menemani Tara turun, namun mengamati dari kejauhan. Mulanya tidak ada yang aneh, tetapi secara mendadak Seno memperlihatkan layar ponselnya yang sedang menyuguhkan sebuah foto di mana dirinya keluar dari mobil Noah. Bukan itu saja, terdapat judul di atasnya berupa; kencan berlanjut antara Noah Alejandro dan staf, menguak betapa besar kebohongan yang diperbuat oleh pihak agensi.Tara membeku, merasakan terdapat sesuatu yang tidak beres mulai menyergap lehernya dari belakang. Ini tidak benar! Dia merasa harus segera melarikan diri jika tak mau termakan jebakan Seno yang satu ini.Tetapi tanpa aba-aba, muncul beberapa wartawan secara serentak seakan-akan mereka telah bersiap di suatu tempat. Dalam sekejap, pengli
Iya—Tara tidak sedang bermimpi atau bahkan salah dengar. Elisabeth menyambutnya penuh kehangatan, yang mana nyaris membuat Tara pingsan di tempat jika dia tak mencubit dirinya sendiri secara diam-diam. Semua kenyataan yang mengitari hidupnya kali ini bagaikan sebuah permasalahan pelik pada negeri dongeng yang bisa diselesaikan hanya dalam beberapa menit.Entah gerangan macam apa yang merasuki diri Federick dan Elisabeth. Tiba-tiba saja keduanya bersikap ramah dan mengakui Tara sebagai calon menantu mereka. Bukan hanya di depan Tara saja, tetapi di depan awak media yang membabi buta saat berada di Hacer siang tadi."Apa yang Anda lakukan terhadap calon menantu saya?!" Seruan kelewat menggelengar yang berasal dari Federick kala itu menghentakkan Tara hingga dia tak mampu berpijak dengan benar. Bahkan pada detik itu, Tara meragukan seluruh indra yang dimiliki. Namun segalanya berubah saat Elisabeth menariknya penuh kelembutan, membawanya masuk ke lobi sementara Federick berurusan dengan
Bukan tanpa alasan Federick dan Elisabeth bersantai-santai mendatangi Tara setelah semua kerusuhan yang terjadi siang tadi. Setelah mengusir para wartawan dan mengamankan Seno ke dalam Hacer seraya memanggil polisi, keduanya telah memerintahkan orang-orang kepercayaan mereka untuk menyelidiki segalanya tentang Seno. Mulai dari bagaimana pria itu bisa sepercaya diri dengan menyeret Tara ke tengah panggung sandiwara, sampai pada kemunculan segerombolan wartawan yang secara mendadak dan serentak.Kabarnya, Seno telah bertemu dengan seseorang yang mendalangi artikel kencan Noah dan Tara. Di ruangan Heru, Seno menjalani serentetan interograsi kecil-kecilan sebelum dibiarkan pulang dalam pengawasan ketat. Selagi Tara dibiarkan beristirahat ditemani oleh Cell di ruang kesehatan, yang lain berusaha menggali informasi dari Seno.Kali ini, Federick menyampaikan hasil penyelidikan mereka terhadap perlakuan nekat Seno. Tara menyimak, setengah tak percaya bagaimana bisa Seno bertemu dengan orang y
"Ibu nggak mengira, ternyata Tara memang calon menantu di keluarga itu, Seno." Kata Sari sembari memijit pelipisnya yang sedari tadi berdenyut nyeri. "Tau begini, seharusnya kamu nggak perlu menuruti perintah orang itu."Sejak pulang dari kekacauan yang diperbuatnya hari ini, pria itu mondar-mandir bagaikan setrika panas yang ingin sekali menggilas apa saja. Dia tak menyangka bahwa perbuatannya yang telah direncanakan itu gagal total. Justru, dia malah pulang disertai pengawasan ketat yang menyesakkan."Sialan! Orang itu maunya aku yang repot, Bu! Dia enak-enakan kerja di balik layar!" Seno mengepalkan tangan kanannya, ingin sekali memukul sesuatu.Juwita, yang baru saja melihat video di internet mengenai aksi Seno siang tadi, langsung dirundung kesal. Dia sendiri tidak senang dengan kenyataan baru yang menimpa hidup Tara. Ingin sekali Juwita menggantikan posisi Tara, menikahi Noah yang tampan dan banyak uang itu.Melirik suaminya yang sekarang ini, malah menurunkan semangat Juwita sa
Noah seperti lupa bagaimana caranya berpijak. Terutama saat dia mendapati mobil yang sama dengan yang bertemu dengan Seno tadi di tempat parkir hotel yang disinggahi oleh Tara. Awalnya Noah memulai pengejaran mengenai orang dalam yang sangat ingin menghancurkan kariernya itu penuh antusias. Pemuda itu tidak sabar untuk mencari tau siapa dalangnya dan akan memberi pelajaran dalam bentuk apa pun.Akan tetapi, setelah mengetahui sosok yang mengharapkan kehancurannya itu, Noah meragu untuk sekadar melangkah ke mobil orang itu. Noah cepat-cepat menggelengkan kepala, harus sadar secepat mungkin. "Bagaimanapun, dia mau menghancurkanku—dan Tara."Menghempas keraguan yang tersisa, Noah mengetuk kaca mobil. Tidak tau kenapa, pintu mobil bagian tengah terbuka begitu saja, seolah sudah menanti kedatangannya. Mengerutkan kening, secara perlahan Noah melebarkannya. Tepat pada penglihatan, si pemilik mobil yang sangat dikenalinya itu duduk santai. Tidak ada ketakutan sedikit pun. Memasuki mobil, No