All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 411 - Chapter 420
611 Chapters
Bab 411
Jaket yang masih membawa kehangatan tubuh Irfan itu, seketika membungkus tubuh Alya.Suhu tubuh Irfan jauh lebih tinggi dari Alya.Dalam sekejap kehangatan pun menyelimutinya. Angin malam tidak terasa sedingin itu lagi.Alya tersenyum padanya. "Terima kasih."Irfan menatapnya dengan ketidakberdayaan dan kasih sayang."Cuacanya dingin, bukankah kamu tahu untuk memakai baju lebih tebal ketika keluar? Tahukah kamu kalau tubuhmu ini lemah?"Sebelum Alya dapat menjawabnya, Lisa menyela, "Ah Irfan, jangan omeli Alya lagi. Kalau dia nggak berpakaian setipis ini, apakah kamu akan memiliki kesempatan untuk pamer seperti ini?""Cukup." Alya menyela apa yang hendak kedua orang ini katakan, "Di luar sini dingin, ayo kita mengobrol di dalam."Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah bersama-sama.Setelah masuk ke rumah, Alya melepas jaket Irfan dan mengembalikannya pada pria itu."Cepat kamu pakai, jangan sampai kamu kedinginan."Irfan mengambil jaketnya, tetapi dia tidak memakainya. Dia hanya memba
Read more
Bab 412
"Belum."Dia menyangkal.Mendengar ini, Alya langsung mengerutkan keningnya. Dia refleks ingin bertanya bagaimana Hasan melakukan pekerjaannya. Bagaimana bisa Hasan belum memesan hotel untuk atasannya.Namun ketika kata-kata itu mencapai bibirnya, Alya teringat bagaimana sibuknya Hasan dengan lelang hari ini. Setelah kembali, pria itu bahkan membantunya menjaga Maya dan Satya.Dalam sekejap, Alya pun tidak ingin lagi mengatakan apa pun.Lagi pula, dia juga bertanggung jawab dalam hal ini.Memikirkan hal ini, Alya segera mengeluarkan ponselnya. "Kalau begitu sekarang aku akan membantumu memesannya, kamu mau menginap di mana?"Irfan terus menatapnya dan tidak bergerak."Di sini suasananya bagus."Alya tertegun.Di tengah ekspresi Alya yang kebingungan, Irfan tersenyum dan berkata, "Pokoknya, aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Aku dengar dari Pak Hasan, rumah-rumah di sini dapat disewa, 'kan?""Ya.""Baguslah, apa kamu punya kontak bos mereka?""Lisa seharusnya punya, tapi se
Read more
Bab 413
Hati Alya pun dihangatkan oleh anak kecil ini. Dia mengelus kepala Satya dan berkata dengan lembut, "Sekarang Mama sudah pulang, jadi kamu bisa tidur dengan tenang."Mata Satya berkedip di dalam pelukan Alya. "Bisakah malam ini Satya tidur dengan Mama?"Alya melirik tempat tidur besar itu. Sebenarnya di dalam hati Alya sudah menyetujuinya, tetapi dia tidak dapat menahan diri untuk menggoda anaknya."Tapi Satya sudah umur 5 tahun, seharusnya Satya tidur sendiri."Mendengar jawaban ini, kekecewaan melintas di wajah kecil Satya. Sepertinya dia mengira ibunya tidak setuju untuk tidur bersamanya. Beberapa saat kemudian, dia menundukkan kepalanya dan mengangguk dengan patuh."Baik, Mama. Satya akan tidur sendiri."Tadinya Alya hanya ingin menggodanya, tetapi melihat bagaimana kecewanya Satya saat ini, Alya pun merasa dirinya seperti seorang penjahat.Memikirkan hal ini, Alya pun berkata, "Oke, Mama hanya bercanda denganmu. Malam ini lumayan dingin, jadi ayo kita tidur bersama."Satya seketik
Read more
Bab 414
Meskipun setelah itu tidak ada lagi yang dijelaskan, Alya dapat menebak apa yang dimaksud Lisa dengan kalimat itu.Dia pun merapatkan bibirnya dan menyimpan ponselnya kembali.Orang dewasa memang seharusnya tidak terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, tetapi ... karena dia tahu bahwa Rizki dan Hana sudah bersama, dia seharusnya memiliki tanggung jawab untuk memberi tahu temannya.Tadinya, dia berencana untuk menunggu sampai pagi dan menjelaskannya setelah Lisa bangun.Namun, dia tidak menduga Lisa akan begitu tidak sabar hingga pergi malam-malam begini.Setelah memikirkannya, Alya pun mengirim pesan lagi padanya: "Lisa, ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu. Kita bicara di telepon, oke?"Akan tetapi setelah mengirim pesan tersebut, Lisa tidak membalasnya.Alya dengan sabar menunggu selama beberapa menit, tetapi temannya masih tidak membalas. Alya terpaksa meneleponnya."Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi."Suara mesin yang dingin t
Read more
Bab 415
Suhu tubuh Irfan yang sangat hangat, menjalar ke tangan Alya seperti api.Yang pertama Alya rasakan adalah kehangatan.Tak lama setelah diingatkan olehnya, Alya pun baru tersadar bahwa karena tadi dia terburu-buru, saat ini dia berpakaian tipis."Kuberi tahu padamu, Irfan, Lisa telah pergi keluar. Aku baru saja mencoba meneleponnya lagi, tapi nggak diangkat. Sekarang aku nggak begitu yakin apakah dia mematikan ponselnya untuk menghindariku atau ...."Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Irfan memahami maksudnya.Irfan menghela napas melihat Alya yang menunggu sampai tangan dan kakinya dingin, juga tidak sadar meskipun dia sudah mengingatkannya. "Aku mengerti masalahnya, aku akan menelepon Pak Hasan dan menyuruhnya ke sini. Kemudian, aku akan menemanimu mencari Lisa, oke?"Menemaninya mencari Lisa?"Nggak." Alya menggeleng. "Aku nggak akan pergi. Kalau dia melihatku ...."Saat itu, Lisa pasti akan berpikir bahwa dia terlalu ikut campur.Irfan sangat memahami Alya. Setelah Alya men
Read more
Bab 416
"Dia hanya memikirkanku, jangan salahkan dia. Mungkin dia takut di masa depan nanti, atasan lainnya akan menjadi orang lain."Ucapan ini menyiratkannya dengan cukup jelas."Sekarang setelah menemuinya, apa yang kamu rasakan?"Pertanyaan Irfan sangat terus terang.Alya tiba-tiba mendongak dan menatapnya."Maaf, apa pertanyaanku kurang pantas? Aku hanya berpikir bahwa 5 tahun sudah berlalu, jadi kamu mungkin sudah melepaskannya."Ya, 5 tahun sudah berlalu.Dengan masa lalu yang sudah sejauh itu, apa lagi yang tidak bisa dia lepaskan?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum tipis dan berkata dengan lembut, "Nggak ada yang kurang pantas. Kalau kamu mau bertanya, tanya saja. Sekarang, dia hanya orang asing bagiku."Jika setelah bertahun-tahun dia masih memiliki gejolak perasaan dengan orang itu, maka dia benar-benar tidak bisa lagi diselamatkan."Begitukah?"Setelah mendengar jawabannya, Irfan tidak tahu apakah dia harus memercayainya atau tidak. Dia pun mengelus kepala Alya. "Baguslah kalau kam
Read more
Bab 417
Dengan masalah itu dalam pikirannya, dia segera keluar sambil bertelanjang kaki.Dia hendak langsung pergi ke ruang tengah, tetapi tiba-tiba dia menabrak dada Irfan yang sedang mencarinya.Irfan mungkin juga tidak menduganya, dia terdorong mundur beberapa langkah oleh Alya sebelum menstabilkan kembali dirinya."Ada apa?"Dia memeluk pinggang Alya, mencegahnya jatuh.Pada saat ini, Alya tidak bisa memedulikan hal lain dan refleks bertanya, "Di mana Lisa? Apa dia sudah pulang?"Mendengar pertanyaannya, Irfan pun menghela napas."Jangan khawatir, aku ke sini untuk memberitahumu mengenai hal itu."Alya pun menenangkan dirinya dan mundur beberapa langkah sambil menatapnya.Irfan menyadari bahwa Alya tidak mengenakan alas kaki, bajunya juga masih sama dengan semalam. Namun, mengingat bahwa wanita ini tidak akan ganti baju sampai mendengar semuanya, Irfan hanya bisa cepat-cepat menyederhanakan pernjelasannya."Dia sangat aman, nggak ada yang terjadi. Orang-orang kami berjaga di hotel sampai t
Read more
Bab 418
Awalnya dia menekan tombol bel dua kali, tetapi tidak ada respons dari dalam kamar. Lisa berdiri di sana dan menunggu dengan sabar.Entah berapa lama waktu telah berlalu, Lisa juga tidak tahu sudah berapa kali dia menekan tombol bel sampai akhirnya pintu itu dibuka.Seorang pria tampan berdiri di pintu, memancarkan aura dingin setelah dibangunkan oleh suara bel. Dia menatap Lisa dengan dingin.Melihatnya, Lisa merasakan bulu kuduknya berdiri."Ha ... halo?"Brak!Sesaat kemudian, pintu itu dibanting tertutup.Hidung Lisa hampir saja tertabrak pintu.Begitu tersadar kembali, dia pun menekan tombol bel lagi.Setelah menekannya dua kali, pria tampan itu kembali membuka pintunya."Ada urusan apa?"Rizki mengenal wanita yang ada di depannya ini.Wanita yang sudah lama mengganggunya di bar.Dia menatap wanita itu dengan dingin, tak dapat membayangkan bahwa wanita yang sebelumnya hanya mengganggunya di bar, sekarang juga datang mengikutinya ke hotel.Lisa mengangguk. Dia takut pintunya akan d
Read more
Bab 419
Lisa sudah mencatat nomor teleponnya, tetapi ternyata itu adalah kontak asisten Rizki. Kemudian Rizki pun berbalik dan pergi, membuat Lisa gelisah.Lisa pun tanpa sadar mengejarnya.Dia mengikuti Rizki ke lift. "Tunggu, aku menemuimu untuk kontakmu, bukan untuk imbalan. Aku hanya ingin berteman denganmu, bisakah kamu memberiku kontakmu?"Rizki bergegas jalan ke depan dan berhenti di depan pintu lift, dia berdiri di sana dengan wajah tanpa ekspresi.Lisa menggigit bibirnya dan menatapnya dengan ekspresi tidak yakin."Tolonglah, aku sungguh menginginkan kontakmu. Aku berjanji aku nggak akan selalu mengganggumu."Rizki meliriknya dengan dingin, lalu mengancing kancing teratas jasnya. Dengan suara dingin dia berkata, "Nona, kalau kamu punya pikiran tertentu mengenaiku, sebaiknya kamu buang semua itu sekarang. Kalau nggak, aku nggak bisa menjamin apa yang akan terjadi nanti."Ting.Liftnya datang tepat pada waktunya.Rizki memasuki lift itu dengan wajah datar.Wajah Lisa memucat mendengar p
Read more
Bab 420
Rizki tidak mungkin berada di sampingnya, 'kan?Memikirkan hal ini, Alya seketika mendapatkan firasat buruk.Setelah menutup telepon Alya, Lisa mengelap air mata di ujung matanya dengan panik. Kemudian dia menatap pria di hadapannya."Kamu ...."Sebenarnya Lisa ingin bertanya kenapa pria ini kembali lagi.Namun, ketika kata-kata itu mencapai bibirnya, dia merasa agak malu untuk mengatakannya.Tepat ketika dia kesulitan untuk memulai percakapan, pria tampan di depannya melirik ponselnya, mengatupkan bibirnya, lalu berkata, "Barusan kamu sedang menelepon?"Pertanyaan ini membuat Lisa tercengang, kemudian dia pun perlahan mengangguk."Ya ... ya.""Temanmu?""Benar."Rizki menyipitkan matanya. "Semalam ... kamu yang menolongku?"Lisa terus mengangguk."Ya, kamu mabuk dan terjatuh di lantai. Aku takut sesuatu terjadi padamu, jadi aku pikir sebaiknya aku membawamu ke hotel untuk beristirahat. Tapi ...." Sampai di sini, Lisa seolah-olah teringat sesuatu dan perkataannya pun terhenti."Tapi ap
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
62
DMCA.com Protection Status