Home / Pernikahan / Gairah cinta sang CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gairah cinta sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40

122 Chapters

Pembahasan serius

Keenandra tak bisa melepaskan tangannya yang kini tengah membelit pinggang Amira dengan erat. Ditambah dengan gerakan sensual, ia terus bergerak ke kiri ke kanan. Tak lupa jari-jari besarnya ikut membelai pakaian tipis Amira yang masih menutupi sebagian tubuhnya yang ramping. "Lepas! Aku lagi masak. Nanti dagingnya gosong." Amira menepis tangan Keenandra yang terus menggerayangi tubuhnya. "Tidak masalah." Keenandra terkekeh. Bibirnya tak henti mengecupi leher Amira lalu setelahnya menjilati hingga terdengar kecipak basah. Tak lupa ia memberi tanda kepemilikan di leher jenjang itu. "Your neck is so lickable." "Ih, aku risih!" protes Amira. Wajahnya tiba-tiba memerah, terlebih ada hembusan angin menerpa bulu-bulu halus di lehernya. "Yakin? Kukira kamu tidak akan bisa menolak yang ini." Keenandra mematikan kompor dan dengan gerakan cepat ia menggendong tubuh Amira lalu mendudukkannya di atas meja dapur. "Arrgghh..." Amira segera mengigit bibir bawahnya menahan gejolak yang ia rasaka
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Mempertahankan Keenandra

Keenam orang itu duduk rapi di sofa panjang yang berjajar di ruang tengah. Suasana sunyi awal mereka berkumpul membuat canggung, enggan bicara dan memulai perbincangan yang sangat berat untuk diutarakan. Keenandra duduk di kursi panjang. Disisi kiri ada Amira dan di kanannya ada Aletta yang terus menggelayuti lengannya. Sedangkan Mayang duduk di tengah, antara Sonia dan Ardiwira. Sengaja, supaya istri Ardiwira tak membuat kerusuhan di pertemuan itu. "Jadi, apa yang ingin disampaikan oleh tante Sonia." Amira memulai lebih dulu. Tak ada senyum manis seperti satu minggu lalu, wajah Amira datar seolah tak peduli dengan tatapan mata mereka yang menghunus hingga ke dalam jantung. "Tinggalkan Keenan!" ancam Sonia. Amira mengerutkan dahinya lalu melirik Keenandra yang sejak tadi hanya mengulum senyuman bengis tertuju pada mertuanya. Amira menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" ujarnya meninggi. Amira melirik lagi ke arah Keenandra. "Aku tak bisa. Jika tante memaksa, aku pun tak bisa memastika
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Aletta hamil?

"Lelah?" Amira mengangguk. "Kenapa kemarin kamu menolak aku nikahi? Seharusnya kita sudah jadi suami istri dan—" "Belum waktunya." Amira beringsut dari ranjang dengan tubuh polosnya tanpa sehelai kain di tubuhnya. Ia berdiri di depan cermin sambil memegang perutnya yang datar. "Bagaimana kalau aku hamil?" "Maksudmu?" Keenandra ikut beranjak dan berdiri di belakang punggung Amira. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu ingin hamil?" "Mari selesaikan semuanya dengan cara ekstrim." Amira membuka laci meja kecil di samping ranjang, tangannya merogoh dan mendapatkan sebuah kotak obat lalu membuang isinya ke dalam tempat sampah. "Aku buang semua pil penunda kehamilan. Aku ingin, kita—" "Kamu serius?" Amira mengangguk. "Ingin punya anak dari aku?" Keenandra tersenyum lebar. Satu kecupan mendarat di kening Amira. "Kamu sudah siap dengan kemungkinan orang lain membicarakan tentang kita? Ini bahkan lebih pelik dari sekedar menikah secara diam-diam." "Aku sudah pasrah. Tidak ada cara lain
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bertemu teman lama

"Masuk!" Tanpa menoleh, Amira mempersilakan seseorang masuk ke dalam ruangannya. Matanya masih berfokus pada tulisan di surelnya yang baru ia terima pagi ini. Lama terdiam, seseorang yang tadi masuk ke ruangan hanya berdiri menatap Amira tanpa berkata satu patah katapun. Senyumnya sudah mengisyaratkan jika dia lega melihat Amira baik-baik saja saat ini. Satu dua detik kemudian, Amira menaikkan wajahnya. Ia penasaran dengan sosok yang tengah berdiri di hadapannya kini. "Selamat pagi Amira. Apa kabar?" pria itu menyapa ramah Amira dengan senyuman menawan. Lesung pipi dan juga rambut yang ditata rapi ke belakang, ditambah dengan kemeja dengan padu padan warna yang pas. Menambah ketampanan pria yang pernah Amira sesali kepergiannya dulu. Sam, si sahabat lama Amira. "Sam?" pria itu mengangguk. "Sam...." Amira berdiri lalu menghambur ke pelukan sahabatnya. Sudah hampir tujuh tahun lamanya pria itu pergi ke luar negeri untuk menuntaskan pekerjaan dan kuliahnya yang sempat tertunda. "H
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Merayu Andrinof

Berkali-kali Andrinof menghela napasnya sambil mengetuk pegangan setir. Sesekali ia menoleh ke samping kiri dengan tatapan sulit diartikan. Lalu matanya tergiring melihat jari tangan Amira yang teronggok di sampingnya, memperlihatkan deretan jari cantik miliknya. "Amira, sudah sampai." Andrinof terpaksa membangunkan tidur nyenyak Amira. "Sudah sampai?" Andrinof mengangguk. "Terima kasih." Amira merentangkan tangannya merenggangkan pinggangnya yang pegal. Lalu ia merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit naik memperlihatkan pinggang rampingnya. "Besok, mau aku jemput? Kebetulan, kita ada meeting bulanan di tempat kamu." ajakan Andrinof diterima dengan baik oleh Amira. Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya. "Mau kubawakan sarapan?" "Tidak usah. Biasanya Citra masak," tolak Amira. Perlahan ia membuka sabuk pengaman yang melintang di dadanya lalu mengambil tas kecil miliknya yang berada di dalam dashboard. "Andrinof, sekali lagi terima kasih." "Amira, maafkan aku yang selama
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Aletta berbohong

Tangan Andrinof melingkar posesif di pinggang Amira. Seluruh mata memandang mereka berdua sepanjang masuk ke dalam koridor lantai tempat Amira bekerja. Risih, Amira pun menepis tangan itu dan berjalan lebih dulu menghindari rumor yang beredar lebih jauh lagi. Rapat bulanan dengan TV SUN dimulai. Kali ini diwakili oleh Andrinof karena Keenandra sedang ada keperluan penting. Sebenarnya Amira kecewa, tapi perusahaan yang terpenting kali ini. Di tengah penjelasan tentang kabar terbaru perjanjian kontrak dua pihak, Amira merasakan tubuhnya merinding. Perutnya melilit seperti ada yang membelitnya. Lalu tiba-tiba kakinya kaku, kram sekitar pergelangannya. Yang paling parah adalah kepalanya yang tiba-tiba pusing entah karena apa. Andrinof yang mengetahui hal itu lebih dulu seketika mengacungkan jarinya, meminta moderator menghentikan rapat. "Amira, kamu kenapa?" tanya Andrinof dengan wajah khawatir. Amira menekan perutnya ditambah ringisan di wajahnya. "Kita ke rumah sakit." Andrinof men
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Menemani Amira di rumah sakit

Kemarahan Keenandra menumpuk sudah. Sejak pagi ia dilingkupi kekecewaan yang terus hadir ditambah dengan berita tentang Amira yang tak pernah ia tahu sebelumnya. Kekasihnya sakit dan ia malah tersudut di rumah sakit dengan alasan yang tak masuk akal. Tak hanya itu saja, kehadiran Andrinof di dekat Amira cukup membuat amarah dirinya ingin meledak. "Dimana ruangan rawat atas nama Amira Zahra." Keenandra berdiri di depan resepsionis rumah sakit. Seseorang memberitahunya kalau Amira masuk dan dirawat di rumah sakit satu jam yang lalu. "Di kamar 302 di lantai dua sebelah kanan dari ruang tunggu." Keenandra mengangguk. Ia beranjak pergi ingin menemui Amira saat ini juga. "Keenan!" Aletta berteriak memanggil Keenandra yang tengah mengantri di depan lift. Tak menoleh, Keenandra memilih menundukkan kepalanya. "Keenan, kita bicarakan semuanya di rumah. Kurasa kita perlu mengetahui apa yang diinginkan pasangan masing-masing. Aku—" Tingg Pintu lift terbuka. Keenandra bersama dua orang lainn
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Menyusul diam-diam

Tiga hari sudah Keenandra menemani Amira di rumah sakit. Selama itu pula, dirinya tak beranjak sedikitpun dari ruangan inap dan terpaksa menyelesaikan pekerjaannya di sana. Pagi hari, Keenandra datang ke rumah sakit membawa pakaian dan perlengkapan kerjanya. Sore hari dirinya pulang atau terkadang anak buahnya datang membawakan barang titipannya. Melihat bagaimana Keenandra diperbudak cintanya pada Amira, tentu saja wanita itu sangatlah senang. Ternyata, Keenandra tak pernah berubah sedikitpun padanya. "Aku lapar," rengek Amira. Keenandra yang sedang sibuk membaca laporan menoleh sejenak. "Ada makanan yang bisa aku makan?" "Kamu mau kacang almond?" Keenandra menawarkan satu toples kacang yang ada di mejanya. Amira menjulurkan tangannya meminta toples itu dari Keenandra. "Kamu mau sereal juga?" Amira menggelengkan kepalanya. Keenandra tersenyum sambil mengusak rambut Amira. "Kacang saja lebih enak." Amira lahap memakan kacang kesukaan Keenandra. Bibirnya penuh dengan kacang, mirip
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

Melepaskan penat

Keenandra berdiri sambil berkacak pinggang mengagumi keindahan rumah yang belum lama dibeli oleh Amira. Rumah yang cukup besar dengan desain yang mengikuti zaman. Dia baru mengetahuinya hari ini. Itupun karena dirinya memaksa Amira untuk memberitahukannya. "Cukup bagus. Anak-anak kita akan main dengan nyaman di sini." Amira tak menanggapi ocehan konyol Keenandra yang hampir setiap hari selalu didengarnya. "Kamu, kapan hamil?" Amira menaikkan bola matanya, sedikit jengah dengan pertanyaan aneh dari Keenandra. Pria itu saja belum resmi menyandang status duda, tapi sudah berani meminta anak pada dirinya. "Statusmu saja masih suami Aletta." "Ah, aku paham. Aku berencana menggugat cerai padanya." Keenandra beranjak bangun mengikuti Amira yang akan masuk ke kamar mandi. Sudah lama dirinya tak mandi bersama, terlebih sejak Amira tak memunculkan dirinya setelah malah itu. "Lepas!" Amira menepis tangan Keenandra yang melingkar di pinggangnya. "Aku mau mandi!" "Bagaimana kalau kita mandi
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Mencari dukungan

Keenandra memang mengajak Amira berjalan-jalan di taman sore ini. Tidak jauh, hanya sekitar lima belas menit dari rumahnya. Amira merasakan hawa sejuk yang menerpa wajahnya perlahan menerbangkan sisian rambut yang melintang di hidung mancungnya. Keenandra menyingkirkan rambut itu dan menautkannya ke belakang telinga. Amira cantik di mata Keenandra. "Duduk di sana saja," tunjuk Amira pada sebuah kursi yang berukuran cukup besar. Keenandra membawa tangan Amira ke dalam tautan tangannya dengan genggaman erat. "Ah, langitnya cerah." Amira setuju dengan kata-kata Keenandra. Langit sore itu cukup cerah secerah senyumnya. "Mau ngemil?" "Nanti aku gendut." "Kamu gendut tetap aku suka, sayangku." Keduanya terkekeh. Kapan lagi meledek Amira tapi sekaligus memujinya. Amira memakan bekal yang dibawakan oleh Citra. Pipinya menggembung lucu dengan remahan di pinggiran bibir. Keenandra mengusapnya dengan tangan lalu menjilatnya sedikit. "Jorok!" Amira memekik dengan gaya khasnya. Keenandra me
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status