Home / Pernikahan / Gairah cinta sang CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Gairah cinta sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

122 Chapters

Satu rahasia

Natalia menyeruput kuah mie hingga suaranya terdengar cukup keras. Sam terkekeh melihatnya. Sangat tidak wajar jika wanita yang sering terlihat anggun dan berkelas tiba-tiba makan dengan lahap di warung tenda pinggir jalan. Seolah tahu sedang diperhatikan, kini Natalia dengan beraninya meminta tambah satu mangkok lagi sebagai balasan atas perutnya yang terus saja lapar. "Seperti tidak makan satu tahun." tawa Sam menggelegar. Natalia yang sadar langsung mencebikkan bibirnya. "Makan yang banyak." "Sudah lama kamu tidak pulang ke Indonesia? Betahkah di Kanada?" Sam menggelengkan kepalanya. "Lalu, kenapa ke sana?" "Ada sesuatu yang sedang aku pertahankan di sana. Tapi ternyata, aku tak begitu penting baginya." Sam tanpa sadar sedang mencurahkan isi hatinya. Ia bercerita banyak tentang hidupnya yang berantakan setelah menikah dengan wanita pilihan orangtuanya. Berusaha bertahan tapi ternyata gagal. "Jangan terlalu merasa bersalah. Eh, aku juga sedang dalam proses dijodohkan dengan sese
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

Arogansi keluarga besar

Merasa harus membereskan semua masalahnya dengan Amira mengenai putra kesayangannya yang tadi malam mabuk, Rafika datang ke kantor wanita muda itu bersama dengan suaminya. Saat sepasang suami istri itu berjalan di koridor lantai gedung perusahaan Amira, seluruh mata memandang dengan tatapan bingung. Bahkan ada beberapa staf terlihat berbisik-bisik membicarakan mereka. "Amira ada?" ketus Rafika di meja resepsionis. Matanya memandang ke sekeliling gedung lalu mendengus seperti tak suka melihatnya. "Ibu Amira ada di ruangannya. Ada yang bisa dibantu?" tanya resepsionis itu sedikit takut pada Rafika yang mengintimidasi mereka dengan penampilannya. "Saya ingin bertemu dengan dia. Bilang saja dari keluarga El Pasha." "Ma, jangan bawa nama keluarga besar," bisik Bryan namun Rafika tak peduli. "Sebentar, saya hubungi sekretarisnya dulu." menunggu hampir sepuluh menit, akhirnya resepsionis itu menginformasikan pada Rafika bahwa Amira menunggunya di ruangan lantai lima. "Dari lift jalan lu
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

Tanyakan pada ibumu

Sambil memegang buket bunga di tangan dan bungkusan makanan untuk makan siang, Keenandra berjalan masuk ke dalam ruangan Amira tanpa beban. Niatnya, ia akan memberi kejutan untuk kekasihnya karena hari ini akan mengajaknya pulang bersama. Namun, saat ia memasuki ruangan besar di hadapannya senyumnya yang lebar di sepanjang jalan tiba-tiba menghilang begitu saja. Matanya menyisir ruangan itu. Sunyi, sepi tak ada satupun orang di dalamnya. Bahkan laptop yang biasa dipakai oleh Amira pun tak nampak di sana. "Amira?" Keenandra menaruh barang bawaannya lalu keluar ruangan mencari Citra, sekretaris Amira. "Cit, Amira kemana?" Citra yang baru saja datang dari kamar kecil bergegas menghampiri Keenandra yang berkacak pinggang di depan pintu. Wajah Citra pucat seperti sedang menahan sesuatu. "Bu Amira pulang, pak Keenan. Dia—" "Sakit? Bukannya kemarin sudah agak baikan?" Citra tak bisa menyembunyikan raut wajah kebingungan yang kini tertangkap oleh mata Keenandra. Ada sesuatu yang tak bisa
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

Jangan pergi dariku

"Tanyakan pada ibumu." Andrinof menoleh pada sang ibu yang ditunjuk oleh Keenandra sebagai pelaku utama mengapa dirinya menyerang tadi. Rafika hanya diam saja. Di kepalanya berputar memori tadi pagi saat ia bertemu dengan Amira. Wanita itu kini tengah menyusun banyak kalimat untuk membenarkan tindakannya tadi. "Ma, apa mama bertemu dengan Amira?" Rafika mengangguk pelan. "Untuk apa?" "Mama hanya ingin memberinya peringatan agar tidak lagi menganggumu. Ibu mana yang tega lihat anaknya jadi pelarian orang yang sedang patah hati lalu dijadikan mainan. Apalagi, dia itu—" Rafika menjeda kalimatnya. Matanya melirik Keenandra yang kini memicingkan mata padanya. "—anak dari keluarga tidak jelas." "Apa maksud mama? Amira anak keluarga Winata!" "Anak angkat. Dia anak pungut entah dari mana. Kebetulan saja diangkat anak oleh keluarga terpandang. Harusnya dia bersyukur, bukan menantang dan malah ingin menghancurkan keluarga Aletta dan Keenan. Wanita macam apa itu? Pelakor kok disukai. Jangan
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Tidak takut masalah

Amira terbangun di pagi hari dengan rasa pusing yang mendera kepalanya sejak tadi malam. Matanya terbuka sedikit, mengimbangi cahaya matahari yang masuk dari sela jendela kamar yang terbuka. Perlahan ia beranjak dari tempat tidurnya, menguap sebentar lalu turun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasa kantuk itu masih terus terbawa hingga ia akhirnya tersadar sedang duduk di atas kloset sambil memegang sikat gigi. Ini semua karena Keenandra yang mengajaknya menghabiskan malam dengan bercerita hingga subuh menjelang.“Hoam...”Amira keluar dari dalam kamar mandi menuju meja makan. Rumah sangatlah sepi. Sedikit melongok keluar jendela, mobil milik Keenandra sudah tak lagi berada di halaman. Pasti kekasihnya itu sudah pulang pagi tadi.“Selamat pagi, Citra.” sapa Amira. Citra yang sedang mengaduk minuman menoleh ke samping lalu tersenyum. “Hari ini saya mau kerja dari rumah. Ada yang bisa dikerjakan?” Amira mengambil cangkir teh yang sedang dipegang oleh Citra lalu meneguknya.“T
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Menemui Andrinof

"Sebaiknya kamu jangan pergi menemuinya," cegah Keenandra saat Andrinof berjalan keluar dari ruangannya. Andrinof menghentikan langkahnya sejenak. "Dia tak akan mau menemuimu sekarang." "Atas perintahmu?" Keenandra mengangguk. "Apa hakmu melarangnya?" "Aku punya hak." Keenandra menaruh pena yang sedang dipakainya lalu mendongak dan wajah mereka saling bertatapan. "Aku calon suaminya." Andrinof mendengus lalu terkekeh. "Calon suaminya? Mimpi saja sana." Andrinof rupanya meremehkan peringatan dari Keenandra. Sepupunya itu selalu saja mengklaim semua yang disukainya dari kecil. Dulu, mereka pernah berkelahi karena memperebutkan seorang gadis kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar dan kini mereka juga melakukan hal yang sama. "Jangan meremehkan aku." "Dengar, aku tahu apa yang kamu lakukan pada Amira bukanlah hanya cinta semata. Tapi juga obsesi." Andrinof berjalan pelan mendekati meja Keenandra kembali dan kali ini ia membungkuk berhadapan dengan wajah dingin sepupunya itu.
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Mengembalikan miliknya

Amira menghela napasnya sedikit kasar dan terdengar tak rela. Dengan perasaan tersiksa serta terpaksa, ia harus membubuhi tanda tangan penyerahan kepemilikan rumah beserta isinya kepada keluarga Winata. Rumah yang sebenarnya telah sah menjadi miliknya, diambil paksa oleh keluarga Winata yang telah membesarkannya.Sebelum melangkah keluar dari dalam rumah itu, Amira memberanikan diri bertanya pada Sonia dan Ardiwira yang ikut hadir di sana. Ia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan."Saya punya satu permintaan." suara Amira memecah keheningan ruangan. Sonia dan Ardiwira menoleh ke arahnya. "Bolehkah saya dipertemukan dengan keluarga orangtua saya? Kalau memang benar kalian mengadopsi saya dari seseorang di luar sana.""Kenapa kamu mau tahu?" ketus Sonia. Amira mendongakkan wajahnya berusaha menatap lurus wanita yang membencinya kini. "Kamu ada maksud tertentu atau—""Seorang anak yang diadopsi harus tahu latar belakangnya. Andaipun saya tak jelas asal-usulnya, bolehkah say
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Cinta itu luka

Keenandra tidak main-main dengan keinginannya untuk kembali pada Amira secepatnya. Sejak satu bulan yang lalu, diam-diam ia telah menemui seseorang yang telah lama bekerja pada kakeknya sejak masih muda. Beruntung dirinya disambut dengan tangan hangat dan orang itu bersedia menjelaskannya. Dahi Keenandra berkerut tak menyangka jika yang dilakukan oleh Aletta adalah sebuah kebohongan. Tangannya tak sadar telah mengepal, kumpulan emosi tersalurkan di sana. “Jadi kalau saya bantu cari hingga berkali-kali bahkan berminggu-minggu lamanya, tidak ada satupun katalog yang menyebutkan kalau tuan El Pasha pernah menulis surat itu. Tapi anehnya, tanda tangan itu sama.” kakek tua yang ditemui oleh Keenandra menunjuk ke tulisan yang pernah dibuat olehnya. Tak ada satupun yang menyebutkan jika kakeknya menyuruh Keenandra untuk menikahi cucu keluarga Winata dari keturunan bernama Ardiwira. “Kakek tak pernah menulis surat itu?” tanya Keenandra memastikan kembali. “Bukan. Kalau dia menulis, agak d
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Sengaja menyulut perang

Benar-benar gila! Amira datang bersama Keenandra ke rumah keluarga Winata. Entah kebetulan atau tidak, lusa depan tante Mayang akan mengadakan acara ulang tahun di rumah besar itu. Tentu saja Amira juga diundang, karena hubungannya dengan keluarga Winata tidak ada masalah sama sekali. Amira langsung memeluk tante Mayang begitu i masuk ke dalam rumah. Tante kesayangannya itu telah menunggu sejak satu jam lalu hanya demi Amira. Pelukan hangat dan erat pun tercipta. Bahkan, tante Mayang sampai menangis terharu melihat keponakan tersayangnya datang. "Tante kangen banget sama kamu. Sudah sehat kan?" Amira mengangguk. Tante Mayang pernah menghubungi Amira saat dirawat di rumah sakit, tapi sayangnya ia tengah berada di luar negeri saat itu. "Syukurlah. Ayo masuk." Amira diantar ke kamar tidur di samping kamar tante Mayang. "Aku enggak tidur sama tante?" tanya Amira sambil menaruh koper kecil yang ia bawa tadi. "Ada Sinta nanti malam datang. Dia kan enggak bisa tidur kalau enggak meluk
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Keenandra melawan

Pertengkaran antara keluarga Winata dan Keenandra berakhir dengan hadirnya Bara El Pasha di tengah-tengah mereka. Ardiwira yang berinisiatif mengundangnya datang. Lama tak bersua, Marina masih saja memandang sinis akan hadirnya Amira di samping Keenandra. Amira tak banyak bicara, sesekali menunduk lalu menoleh pada Keenandra seolah meminta perlindungan darinya. Keenandra yang paham akan situasi yang membuat Amira takut, segera mengambil tindakan tegas. Mata-mata yang begitu mengintimidasi kekasihnya terasa nyata ingin menghabisinya hidup-hidup. Bagi Amira, Keenandra adalah sosok pelindung yang tepat untuknya. "Jadi, kamu masih tetap memilih wanita itu?" tunjuk Marina pada Amira yang menggenggam lengan Keenandra erat. "Kamu tahu kan, bahwa pernikahan itu suci dan tidak boleh main-main?" Keenandra mendecih. Bola matanya berputar, sepertinya jengah dengan nasehat ibunya. "Keenan, kamu tidak merasa risih dengan pemberitaan yang beredar di masyarakat? Kemana rasa malu kamu sebagai seor
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status