Home / Rumah Tangga / Gairah cinta sang CEO / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Gairah cinta sang CEO: Chapter 51 - Chapter 60

130 Chapters

Penderitaan Amira

Hampir satu jam lebih Keenandra duduk termenung di depan ruangan darurat rumah sakit. Wajahnya tampak kusam dan lelah. Tangannya berkali-kali mengusap wajah dan kepalanya. Dalam diamnya, ia tak hentinya berdoa untuk Amira yang belum juga keluar dari ruangan itu. Kata dokter, Amira mengalami pendarahan cukup serius di bagian kepala yang membuatnya harus melakukan tindakan secepatnya agar pendarahannya terhenti. Tante Mayang yang baru datang dari kantin, ikut duduk di sebelah Keenandra. Ia memberikan sebotol air mineral dan teh hangat untuknya. Keenandra butuh sesuatu yang bisa membuatnya rileks. "Amira belum keluar?" Keenandra menggeleng lemah. "Tante takut tapi terus berdoa untuk kesembuhan amira." "Terima kasih tante." Keenandra meneguk air minumnya. Ia memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan napas lelahnya. "Keenan, tante mau menyampaikan satu hal. Tante takut lupa kalau tidak menyampaikannya sekarang." Keenandra menoleh lalu memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan tante
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

Gugatan perceraian

Amira belum juga sadar hingga siang hari. Matanya masih tertutup dengan jarum infus dan alat bantu yang masih terpasang di tubuhnya. Ia masih terlalu lemah untuk membuka mata hanya sekedar menyapa siapa yang duduk di sebelahnya saat ini. Marina, dia sudah hampir lima jam menunggu Amira di ruangan rawat itu. Lima jam dirinya hanya memandangi tubuh Amira yang terbujur tak sadarkan diri karena ulah suaminya. Tangan Marina memegang pelipis kanan Amira yang membiru. Melihat luka itu, hati Marina meringis menahan ngilu. Berapa besar kekuatan Bara saat menampar wajah Amira dan jika itu terjadi pada Keenandra, pasti saat ini anaknya akan terbujur di rumah sakit. Klekk Pintu kamar terbuka. Citra dan Sam datang membawa buah tangan masuk lalu menyapa Marina yang kini berdiri membalas sapaan mereka. "Selamat siang. Nyonya, ibunya mas Keenan?" tanya Citra yang dibalas anggukan oleh Marina. "Oh ternyata benar. Saya Citra, asistennya mbak Amira." Citra menaruh barang bawaan lalu menatanya di m
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

Penawaran Aletta

Aletta terus menerus bertingkah aneh sejak kejadian malam itu. Ia sering berteriak saat malam lalu memarahi semua asisten rumah tangganya serta melontarkan kalimat-kalimat kasar yang membuat mereka bingung. Lalu siang harinya, ia akan pergi keluar rumah dan pulang pada sore hari dengan membawa barang belanjaan yang banyak. "Argghh..." teriakan itu mulai terdengar dari dalam kamar Aletta. "Semua jahat! Tidak ada yang berpihak padaku." Prang!! Aletta melempar botol parfum ke jendela. Aroma semerbak parfum menguar ke seluruh sudut kamar. Aletta terengah-engah lalu kembali mengambil botol skincare yang siap dihantamkannya ke dinding kamar. Namun belum sempat ia melempar, ibunya membuka pintu dan langsung mengamankan botol itu dari tangan Aletta. "Aletta!" Sonia menarik paksa botol itu lalu menaruhnya lagi di atas meja rias. "Jangan seperti ini, sayang. Kamu kenapa?" "Aku enggak mau cerai, Ma. Jangan paksa aku cerai. Aku juga enggak mau dimadu. Kenapa Keenan jahat banget ke aku?" reng
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

Kebohongan terungkap

Keadaan Amira mulai membaik siang ini. Dirinya mulai bisa berpindah posisi menjadi lebih santai sekarang. Kepalanya sudah tak merasakan pusing lagi, nafsu makannya juga sudah mulai bertambah. Ditemani oleh Citra, Amira ikut tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Sam yang di luar ekspektasinya. Kalau melihat perawakannya yang tinggi besar, tidak mungkin pria itu mau bertingkah konyol seperti yang dirinya lihat. "Hahaha...jangan seperti itu, nanti hilang imej cool kamu." Amira kembali tertawa setelah berhasil membuat Sam mengeluarkan senyum sok manisnya. "Sudah hilang. Gara-gara asisten kamu tuh," tunjuk Sam pada Citra yang tengah sibuk membuka kulit udang. Citra yang merasa tak bersalah membelalakkan matanya kesal. "Kok aku? Kan mas Sam duluan yang bilang kalau sebenarnya mas itu imut." Citra membela diri. Udang yang telah dikupas itu ditata rapi di piring milik Amira. Sudah waktunya makan siang dan ketiganya menghentikan gurauan mereka. Selagi menunggu Amira mengunyah makana
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

Perang mulut

Setelah melewati perjuangan penuh melawan rasa sakit yang mendera, Amira akhirnya diperbolehkan pulang. Awalnya, Keenandra melarangnya namun Amira bersikukuh untuk pulang karena dirinya mulai tidak betah berlama-lama di rumah sakit. Mau tak mau, Keenandra mengabulkan permintaan itu. Amira tentunya sangatlah senang. "Nanti Sam mau ikut bantu antar aku pulang," celetuk Amira. Keenandra menoleh dengan lirikan tak suka. "Boleh, kan?" "Mau apa dia bantuin kamu? Kan sudah ada aku?" Keenandra terdengar ketus, tak suka miliknya didekati oleh orang lain. Apalagi itu sahabatnya sendiri. "Dia datang sama Citra. Sepertinya sedang melakukan pendekatan." Amira menjawab santai tapi tidak dengan Keenandra. "Apa!" benar saja, kekasihnya itu membelalakkan matanya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Amira. "Jangan boleh. Dia berbahaya." "Kenapa? Dia baik kok." Amira membela Sam. "Menurut kamu baik, di mata pria dia itu—" "Halo, selamat siang." Sam datang dengan wajah bahagia. Bersama Ci
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Andrinof menantang

Andrinof, Keenandra dan Amira berada di satu ruangan yang sama. Andrinof memegang bunga di tangannya, Keenandra tengah menggendong Amira naik ke ranjang. Ketiganya terdiam saling berpandangan satu sama lain. Tak pelak, pemandangan ini membuat Sam dan Citra yang berdiri di luar pintu menutup mulut mereka menahan tawa yang mungkin sebentar lagi akan meledak. Andrinof dengan beraninya masuk ke dalam kamar, tak peduli dengan pelototan Keenandra yang menyuruhnya keluar dari sana. Ia malah sengaja duduk di tepian ranjang lalu memberikan bunga tadi untuk Amira. Keenandra menahan geraman di giginya. Jika bukan karena Amira, sepupunya yang tak tahu diri ini akan ditendangnya keluar dari kamar. "Amira, maaf baru bisa datang." Andrinof menyerahkan bunga mawar itu pada Amira. Harum semerbak wangi bunga itu terhirup oleh Keenandra yang berdiri di sebelahnya. Amira melirik kekasihnya setelah menerima bunga itu, memperhatikan setiap sudut matanya yang menatap tak suka pada Andrinof. "Terima kasi
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Sulit mendapatkan Amira

Amira duduk di tengah, di samping kiri dan kanannya ada Andrinof juga Keenandra. Keduanya tak ada yang mau mengalah memperebutkan perhatian dari wanita cantik itu. Mereka sama kuat, Andrinof yang sengaja mengambilkan makanan untuk Amira sedangkan Keenandra mengambilkan minumannya. Amira tersenyum canggung melihat antusias keduanya. Wajah mereka terlihat serius tanpa suara dan kata. Sebaliknya, dua orang yang duduk berseberangan dengan mereka malah tertawa gelielihat interaksi aneh ketiganya. "Haha. Dua orang sedang berlomba berebut perhatian," sindir Sam. "Siapa kak Sam?" Citra yang polos bertanya pada Sam. "Itu. Andrinof dan Keenan sedang berebut perhatian dari Amira. Kubu mana yang akan menang?" Citra memang sejak tadi memperhatikan kedua pria itu. Saat Amira sedang makan, maka Andrinof mengambilkan potongan ayam dan sayuran lalu saat ia tersedak, Keenandra mengambilkan minuman. "Tidak apa-apa kak Sam. Mbak Amira memang pantas mendapatkan perhatian dari orang yang dia sayang,"
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Hati-hati dengan Andrinof

Amira sudah mulai menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Pagi sekali ia bangun dan duduk di meja makan sembari menunggu makan pagi yang sedang disiapkan oleh Citra. Hari ini, ia akan kembali bekerja secara penuh di kantor. "Cit, kemarin di kantor enggak terjadi apa-apa kan?" tanya Amira sambil menggerakkan kursor di laptopnya. Citra yang masih memanggang waffle menoleh lalu mengangguk. "Saya mau lihat updatenya." "Sudah saya kirim mbak. Kirim ke email biasa," sahut Citra. Amira langsung mengecek email yang biasa Citra kirimkan. Tidak ada yang aneh di sana. Setelah memastikan semuanya beres, ia pun menutup laptopnya. "Nanti kamu tolong cek lagi persiapan untuk launching produk kita di media sosial. Saya sudah kirim eskalasinya." "Yang parfum mbak?" Amira mengangguk. "Terakhir saya cek sudah siap mbak. Tinggal nunggu approval." "Ok. Nanti saya akan langsung tanda tangani semuanya." Citra menaruh piring waffle dan j
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Perceraian yang pelik

Surat undangan perceraian telah tiba di tangan Aletta. Setelah membuka dan membacanya, ia tak henti-hentinya meracau. Emosinya kembali meledak. Semua barang yang ada di depannya jadi sasaran amukan kemarahanmya. "Arrgghh.." teriak Aletta. Ruangan belakang rumah jadi sasarannya. Vas, meja semuanya hancur seketika diamuk oleh Aletta yang tak terima dengan keinginan sepihak dari Keenandra untuk mengakhiri pernikahan mereka yang baru berjalan empat bulan. "Aku tidak mau bercerai!" teriakan Aletta sampai di telinga Sonia yang baru saja masuk ke dalam rumah. "Ada apa?" tanyanya khawatir. "Astaga! Aletta!" ia memekik begitu melihat barang-barang berserakan di lantai, hancur lebur diamuk Aletta. "Ma, tolong bantu Aletta." Aletta merengek seperti anak kecil. "Aletta tidak mau bercerai. Bantu Aletta, Ma." "Kamu kenapa sih? Kalau Keenan sudah tidak cinta sama kamu, ya tinggalin saja." Aletta terus merengek dan meracau tak jelas. Ia te
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Harus mendapatkannya

Semua terasa nyata. Sentuhan Keenandra membuat Amira mabuk kepayang hingga rasanya ingin melayang. Keenandra berhasil membangkitkan gairah yang telah memusat pada pusat tubuh Amira. Satu hentakan pelan telah membuatnya mengerang nikmat. "Ahhh..Keenan." Amira menggigit bibir bawahnya, menahan desahan yang keluar dari mulutnya. "Jangan ditahan, Amira." Atensi Amira teralihkan pada tubuh Keenandra yang kini berdiri tegak di depannya. Pria itu mengambil sesuatu dari balik lacinya. Dahi Amira menukik, dalam pikirnya apakah Keenandra akan memakai pengaman kali ini. Ternyata tidak. Entah apa yang sedang dipakai kekasihnya, tapi itu terlihat seperti sebuah cairan bening. Amira tak bertanya apa yang tadi dipakai oleh Keenandra, karena setelahnya pria itu kembali mengukung tubuh mungilnya. Pinggul Keenandra turun merendah lalu tertahan sebentar, menarik pinggul Amira hingga terdengar pekikan dari bibirnya. Tak lama kemudian, terdengarlah geram
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status