Share

Melepaskan penat

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-29 20:53:01

Keenandra berdiri sambil berkacak pinggang mengagumi keindahan rumah yang belum lama dibeli oleh Amira. Rumah yang cukup besar dengan desain yang mengikuti zaman. Dia baru mengetahuinya hari ini. Itupun karena dirinya memaksa Amira untuk memberitahukannya.

"Cukup bagus. Anak-anak kita akan main dengan nyaman di sini." Amira tak menanggapi ocehan konyol Keenandra yang hampir setiap hari selalu didengarnya. "Kamu, kapan hamil?"

Amira menaikkan bola matanya, sedikit jengah dengan pertanyaan aneh dari Keenandra. Pria itu saja belum resmi menyandang status duda, tapi sudah berani meminta anak pada dirinya.

"Statusmu saja masih suami Aletta."

"Ah, aku paham. Aku berencana menggugat cerai padanya." Keenandra beranjak bangun mengikuti Amira yang akan masuk ke kamar mandi. Sudah lama dirinya tak mandi bersama, terlebih sejak Amira tak memunculkan dirinya setelah malah itu.

"Lepas!" Amira menepis tangan Keenandra yang melingkar di pinggangnya. "Aku mau mandi!"

"Bagaimana kalau kita mandi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah cinta sang CEO   Mencari dukungan

    Keenandra memang mengajak Amira berjalan-jalan di taman sore ini. Tidak jauh, hanya sekitar lima belas menit dari rumahnya. Amira merasakan hawa sejuk yang menerpa wajahnya perlahan menerbangkan sisian rambut yang melintang di hidung mancungnya. Keenandra menyingkirkan rambut itu dan menautkannya ke belakang telinga. Amira cantik di mata Keenandra. "Duduk di sana saja," tunjuk Amira pada sebuah kursi yang berukuran cukup besar. Keenandra membawa tangan Amira ke dalam tautan tangannya dengan genggaman erat. "Ah, langitnya cerah." Amira setuju dengan kata-kata Keenandra. Langit sore itu cukup cerah secerah senyumnya. "Mau ngemil?" "Nanti aku gendut." "Kamu gendut tetap aku suka, sayangku." Keduanya terkekeh. Kapan lagi meledek Amira tapi sekaligus memujinya. Amira memakan bekal yang dibawakan oleh Citra. Pipinya menggembung lucu dengan remahan di pinggiran bibir. Keenandra mengusapnya dengan tangan lalu menjilatnya sedikit. "Jorok!" Amira memekik dengan gaya khasnya. Keenandra me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Gairah cinta sang CEO   Satu rahasia

    Natalia menyeruput kuah mie hingga suaranya terdengar cukup keras. Sam terkekeh melihatnya. Sangat tidak wajar jika wanita yang sering terlihat anggun dan berkelas tiba-tiba makan dengan lahap di warung tenda pinggir jalan. Seolah tahu sedang diperhatikan, kini Natalia dengan beraninya meminta tambah satu mangkok lagi sebagai balasan atas perutnya yang terus saja lapar. "Seperti tidak makan satu tahun." tawa Sam menggelegar. Natalia yang sadar langsung mencebikkan bibirnya. "Makan yang banyak." "Sudah lama kamu tidak pulang ke Indonesia? Betahkah di Kanada?" Sam menggelengkan kepalanya. "Lalu, kenapa ke sana?" "Ada sesuatu yang sedang aku pertahankan di sana. Tapi ternyata, aku tak begitu penting baginya." Sam tanpa sadar sedang mencurahkan isi hatinya. Ia bercerita banyak tentang hidupnya yang berantakan setelah menikah dengan wanita pilihan orangtuanya. Berusaha bertahan tapi ternyata gagal. "Jangan terlalu merasa bersalah. Eh, aku juga sedang dalam proses dijodohkan dengan sese

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Gairah cinta sang CEO   Arogansi keluarga besar

    Merasa harus membereskan semua masalahnya dengan Amira mengenai putra kesayangannya yang tadi malam mabuk, Rafika datang ke kantor wanita muda itu bersama dengan suaminya. Saat sepasang suami istri itu berjalan di koridor lantai gedung perusahaan Amira, seluruh mata memandang dengan tatapan bingung. Bahkan ada beberapa staf terlihat berbisik-bisik membicarakan mereka. "Amira ada?" ketus Rafika di meja resepsionis. Matanya memandang ke sekeliling gedung lalu mendengus seperti tak suka melihatnya. "Ibu Amira ada di ruangannya. Ada yang bisa dibantu?" tanya resepsionis itu sedikit takut pada Rafika yang mengintimidasi mereka dengan penampilannya. "Saya ingin bertemu dengan dia. Bilang saja dari keluarga El Pasha." "Ma, jangan bawa nama keluarga besar," bisik Bryan namun Rafika tak peduli. "Sebentar, saya hubungi sekretarisnya dulu." menunggu hampir sepuluh menit, akhirnya resepsionis itu menginformasikan pada Rafika bahwa Amira menunggunya di ruangan lantai lima. "Dari lift jalan lu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Gairah cinta sang CEO   Tanyakan pada ibumu

    Sambil memegang buket bunga di tangan dan bungkusan makanan untuk makan siang, Keenandra berjalan masuk ke dalam ruangan Amira tanpa beban. Niatnya, ia akan memberi kejutan untuk kekasihnya karena hari ini akan mengajaknya pulang bersama. Namun, saat ia memasuki ruangan besar di hadapannya senyumnya yang lebar di sepanjang jalan tiba-tiba menghilang begitu saja. Matanya menyisir ruangan itu. Sunyi, sepi tak ada satupun orang di dalamnya. Bahkan laptop yang biasa dipakai oleh Amira pun tak nampak di sana. "Amira?" Keenandra menaruh barang bawaannya lalu keluar ruangan mencari Citra, sekretaris Amira. "Cit, Amira kemana?" Citra yang baru saja datang dari kamar kecil bergegas menghampiri Keenandra yang berkacak pinggang di depan pintu. Wajah Citra pucat seperti sedang menahan sesuatu. "Bu Amira pulang, pak Keenan. Dia—" "Sakit? Bukannya kemarin sudah agak baikan?" Citra tak bisa menyembunyikan raut wajah kebingungan yang kini tertangkap oleh mata Keenandra. Ada sesuatu yang tak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Gairah cinta sang CEO   Jangan pergi dariku

    "Tanyakan pada ibumu." Andrinof menoleh pada sang ibu yang ditunjuk oleh Keenandra sebagai pelaku utama mengapa dirinya menyerang tadi. Rafika hanya diam saja. Di kepalanya berputar memori tadi pagi saat ia bertemu dengan Amira. Wanita itu kini tengah menyusun banyak kalimat untuk membenarkan tindakannya tadi. "Ma, apa mama bertemu dengan Amira?" Rafika mengangguk pelan. "Untuk apa?" "Mama hanya ingin memberinya peringatan agar tidak lagi menganggumu. Ibu mana yang tega lihat anaknya jadi pelarian orang yang sedang patah hati lalu dijadikan mainan. Apalagi, dia itu—" Rafika menjeda kalimatnya. Matanya melirik Keenandra yang kini memicingkan mata padanya. "—anak dari keluarga tidak jelas." "Apa maksud mama? Amira anak keluarga Winata!" "Anak angkat. Dia anak pungut entah dari mana. Kebetulan saja diangkat anak oleh keluarga terpandang. Harusnya dia bersyukur, bukan menantang dan malah ingin menghancurkan keluarga Aletta dan Keenan. Wanita macam apa itu? Pelakor kok disukai. Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Gairah cinta sang CEO   Tidak takut masalah

    Amira terbangun di pagi hari dengan rasa pusing yang mendera kepalanya sejak tadi malam. Matanya terbuka sedikit, mengimbangi cahaya matahari yang masuk dari sela jendela kamar yang terbuka. Perlahan ia beranjak dari tempat tidurnya, menguap sebentar lalu turun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasa kantuk itu masih terus terbawa hingga ia akhirnya tersadar sedang duduk di atas kloset sambil memegang sikat gigi. Ini semua karena Keenandra yang mengajaknya menghabiskan malam dengan bercerita hingga subuh menjelang.“Hoam...”Amira keluar dari dalam kamar mandi menuju meja makan. Rumah sangatlah sepi. Sedikit melongok keluar jendela, mobil milik Keenandra sudah tak lagi berada di halaman. Pasti kekasihnya itu sudah pulang pagi tadi.“Selamat pagi, Citra.” sapa Amira. Citra yang sedang mengaduk minuman menoleh ke samping lalu tersenyum. “Hari ini saya mau kerja dari rumah. Ada yang bisa dikerjakan?” Amira mengambil cangkir teh yang sedang dipegang oleh Citra lalu meneguknya.“T

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Gairah cinta sang CEO   Menemui Andrinof

    "Sebaiknya kamu jangan pergi menemuinya," cegah Keenandra saat Andrinof berjalan keluar dari ruangannya. Andrinof menghentikan langkahnya sejenak. "Dia tak akan mau menemuimu sekarang." "Atas perintahmu?" Keenandra mengangguk. "Apa hakmu melarangnya?" "Aku punya hak." Keenandra menaruh pena yang sedang dipakainya lalu mendongak dan wajah mereka saling bertatapan. "Aku calon suaminya." Andrinof mendengus lalu terkekeh. "Calon suaminya? Mimpi saja sana." Andrinof rupanya meremehkan peringatan dari Keenandra. Sepupunya itu selalu saja mengklaim semua yang disukainya dari kecil. Dulu, mereka pernah berkelahi karena memperebutkan seorang gadis kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar dan kini mereka juga melakukan hal yang sama. "Jangan meremehkan aku." "Dengar, aku tahu apa yang kamu lakukan pada Amira bukanlah hanya cinta semata. Tapi juga obsesi." Andrinof berjalan pelan mendekati meja Keenandra kembali dan kali ini ia membungkuk berhadapan dengan wajah dingin sepupunya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Gairah cinta sang CEO   Mengembalikan miliknya

    Amira menghela napasnya sedikit kasar dan terdengar tak rela. Dengan perasaan tersiksa serta terpaksa, ia harus membubuhi tanda tangan penyerahan kepemilikan rumah beserta isinya kepada keluarga Winata. Rumah yang sebenarnya telah sah menjadi miliknya, diambil paksa oleh keluarga Winata yang telah membesarkannya.Sebelum melangkah keluar dari dalam rumah itu, Amira memberanikan diri bertanya pada Sonia dan Ardiwira yang ikut hadir di sana. Ia menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan."Saya punya satu permintaan." suara Amira memecah keheningan ruangan. Sonia dan Ardiwira menoleh ke arahnya. "Bolehkah saya dipertemukan dengan keluarga orangtua saya? Kalau memang benar kalian mengadopsi saya dari seseorang di luar sana.""Kenapa kamu mau tahu?" ketus Sonia. Amira mendongakkan wajahnya berusaha menatap lurus wanita yang membencinya kini. "Kamu ada maksud tertentu atau—""Seorang anak yang diadopsi harus tahu latar belakangnya. Andaipun saya tak jelas asal-usulnya, bolehkah say

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11

Bab terbaru

  • Gairah cinta sang CEO   Singkirkan dia

    "Dia pikir dia siapa?" Anna memukul meja kayu di ruangan kerja Bara setelah diusir oleh Keenandra dari ruangannya. Matanya memerah marah dengan emosi yang hampir saja tak bisa dikendalikannya. Niatnya untuk mendekati mantan kekasihnya hilang dalam sekejap karena kata-kata kasar pria itu. "Ternyata dia makin jauh sekarang. Aku pikir, dia hanya singgah sementara lalu akan kembali padaku." Anna memejamkan mata sambil berjalan mengitari ruangan kerja itu. Kepalanya berpikir banyak hal dan cara agar Keenandra mau menerima kehadirannya lagi. Dulu, Keenandra adalah satu-satunya pria yang mau berteman dengannya saat masih sekolah. Dia adalah pria yang selalu memberikan tangannya untuk diraih saat sedang ada masalah. Namun, semenjak orangtuanya tahu tentang hubungan mereka dan mengancam masa depan, mereka pun berpisah. Anna tak tahu apa yang terjadi di tahun berikutnya. Sejak mereka putus, Anna memilih menyingkir dari hidup Keenandra dan tak menunjukkan wajahnya lagi. "Apa yang harus kul

  • Gairah cinta sang CEO   Orang tak diundang

    Berita kebahagiaan pasangan Keenandra dan Amira tersebar luas di media. Setelah hampir satu bulan merahasiakan peristiwa percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Aletta, kini mereka siap untuk mempublikasikan semuanya tanpa perantara siapapun. Keenandra duduk tegap diantara banyak media yang hadir. Matanya menatap satu kamera yang mengarahkannya untuk berbicara sesuai dengan yang ingin dibicarakan. "Hari ini, saya ingin menyampaikan kebenaran berita yang telah simpang siur di berbagai media dan pembicaraan dari mulut ke mulut. Mengenai rumor jika istri saya adalah perebut suami orang, itu tidak benar. Saya dan mantan istri menikah karena sebuah perjanjian." Keenandra menarik napas panjang sejenak lalu melanjutkan lagi kalimatnya. "Ketika saya menemukan jika surat perjanjian itu palsu, saya langsung menceraikannya. Sebelum saya menikah, saya sudah bertunangan dengan Amira dan gagal karena perjanjian palsu itu. Jadi, sudah selayaknya saya kembali kepadany

  • Gairah cinta sang CEO   Jangan dekati Maya!

    Sejak menghindar dari kejaran Maya, hidup Citra menjadi sedikit tenang sekarang. Tak ada lagi yang mengusiknya hingga menjelang pernikahannya bulan depan. Mungkin saja wanita itu memilih menghindarinya juga karena ancaman dari Sam beberapa waktu lalu. Maya adalah tipe wanita yang tak takut dengan apapun, kecuali kakeknya. Sam mengatakan, dirinya akan mengadu pada kakek Maya jika terus menerus menganggu kehidupannya. Namun, semuanya tak bertahan lama. Maya tiba-tiba saja muncul di kantor Amira dengan senyuman lebarnya. "Hai, Citra," sapanya dari jauh. Citra terdiam, hanya membalas sapaannya dengan lambaian tangannya. "Kita makan siang di luar. Aku mau ajak kamu ke resto yang dulu pernah kamu rekomendasikan." 'Kapan aku rekomendasi resto?' pikir Citra dalam hati. "Ehm, aku mau makan siang sama mas Sam," tolak Citra. "Yah, sayang sekali. Tapi, aku enggak masalah kok makan bersama kalian," ujar Maya tanpa malu-malu. "Tapi mas Sam akan marah. Sebaiknya mbak Maya jangan ikut bersama

  • Gairah cinta sang CEO   Penasaran saja

    Bukan Maya namanya jika menyerah begitu saja. Setelah ditolak mentah-mentah oleh Citra, dia bukannya pergi dari kehidupan wanita itu. Maya malah semakin gencar mendekati bahkan melebihi intensitas kedekatannya dengan Sam sebagai kekasihnya. Citra tak bisa berkutik jika sudah berhadapan dengan Maya. Semua kalimat penolakannya selalu berhasil dihempaskan oleh wanita itu. Saat Citra berpura-pura sedang sakit, Maya datang ke rumahnya. Hal itu membuat Citra risih hingga membuatnya terpaksa menginap di apartemen milik Sam untuk sementara. "Maya tak akan tahu apartemen ini kan?" tanya Citra yang dijawab anggukan oleh Sam. Citra bisa menghela napas lega. Pengawasan di apartemen mewah milik Sam sedikit membuatnya aman. Tak bisa sembarang orang masuk. Sam hanya memberikan kartu tanda pemilik pada Citra sekalian dengan kodenya. "Kamu harus tegas. Bilang saja kalau kamu akan menikah bulan depan," ujar Sam kesal. "Aku sudah tegas. Kurang tegas apalagi aku,

  • Gairah cinta sang CEO   Tak nyaman

    "Amira!" Seseorang muncul dari balik pintu kamar lalu berlari menghampiri Amira yang sedang berbincang serius dengan Keenandra. Matanya terbelalak kaget, bibirnya menganga heran. Maya, wanita yang baru saja datang itu memang tak pernah bertemu dengan Amira selama lebih dari lima tahun sejak kepergiannya ke Kanada bersama Sam. "Masih ingat sama aku?" Amira melengos tak mau menatap Maya yang sejak tadi terkekeh melihat reaksi sahabatnya itu. "Aduh, ada yang marah sama aku nih." Maya mengambil duduk dekat Amira, menepuk-nepuk tangannya dengan lembut. "Maaf ya, aku tuh sedikit sibuk beberapa tahun ini. Kamu tahu kan, aku dan—" matanya melirik ke arah Sam yang sedang duduk di sofa tengah. Maya dan Sam memang tak pernah membicarakan pernikahan mereka. Bahkan tak mengundang semua sahabat dekat mereka di Jakarta. Ini semua karena memang pernikahan mereka adalah pernikahan yang dipaksakan. Maya tak masalah, toh dia juga tak peduli dengan semua itu. Nam

  • Gairah cinta sang CEO   Cucu pertama El Pasha

    Setelah selesai berbulan madu dan menikmati keindahan Jepang, Andrinof dan Natalia langsung datang menjenguk Amira yang masih berada di rumah sakit. Menyusul kemudian Andrew dan Karina serta ibu mertua Amira yang juga baru pulang dari luar negeri. Mereka semua ramai-ramai mengunjungi cucu pertama keluarga Bara El Pasha yang telah dinantikan kelahirannya. Pasangan Andrinof dan Natalia membawa pakaian bayi yang sudah mereka pesan jauh-jauh hari, keluarga Andrew membawakan pakaian untuk Amira dan perlengkapan untuk pendukung asi. Sedangkan nyonya Marina membawakan vitamin dan jamu-jamuan tradisional untuk membantu memulihkan kesehatan. Mereka bergerombol masuk ke dalam ruangan VIP yang kini sudah penuh sesak. Semuanya antri ingin melihat cucu keluarga Bara El Pasha yang katanya tampan melebihi ayahnya. Itu kata Sam di grup keluarga. "Tampannya. Mirip kakeknya saat masih kecil," celetuk Marina. "Memangnya mama pernah lihat kakek masih kecil?" cibi

  • Gairah cinta sang CEO   Aletta tak menyesal

    Amira tak dapat menahan kegembiraannya tatkala bertemu dengan putra pertamanya yang kini tengah berada di dalam gendongannya. Tubuh mungil selembut kapas itu tertidur. Wajahnya sangat tampan, putih bersih dengan hidung mancung yang diwarisi dari ayahnya. Kata Keenandra, saat matanya terbuka terlihat mirip sekali dengannya. Amira sangat senang. Setidaknya, ada satu kemiripan di wajah putranya itu walau hanya matanya saja. "Tampan ya. Mirip kamu semuanya," ujar Amira yang kini mencebikkan bibirnya. Sedikit kesal tapi ia senang. Keenandra tertawa lalu mencubit bibir istrinya yang menyenangkan itu. "Kalau mau yang mirip kamu, bikin lagi satu," celetuknya yang seketika mendapatkan cubitan di pinggang dari Amira. "Ngomongnya. Aku belum sembuh ya." "Nanti dong. Kalau si adek udah satu atau dua tahun." Amira tak menanggapinya. Namun ucapan Keenandra ada benarnya juga. Umur mereka tak lagi muda, tidak ada salahnya untuk kejar memiliki keturun

  • Gairah cinta sang CEO   Ingin bertemu

    "Lepaskan! Lepaskan aku!" Aletta berteriak dari balik jeruji penjara yang kini membatasi ruang gerak-geriknya. Satu jam lalu, ia dinyatakan bersalah atas tuduhan perencanaan pembunuhan yang hampir membuat nyawa Amira melayang. "Lepaskan aku!" "Heh! Diam lo!" Aletta yang tadi berteriak nyaring seketika terdiam. Suara yang menggelegar baru saja, berasal dari belakang punggungnya. Perlahan ia menoleh, memperhatikan seseorang yang kini berdiri tegap sambil berkacak pinggang menatap padanya. Aletta meneguk salivanya. Nyalinya yang tinggi saat berada di luar penjara tiba-tiba hilang dalam sekejap mata. "Lu mantan artis yang enggak laku itu kan?" orang itu berjalan menghampiri Aletta. Besar dan tinggi bagaikan tiang, melebihi tinggi Aletta. "Kenapa masuk penjara lo?" "I-itu. Karena..." Aletta tergagap. Bibirnya bergetar ketakutan. Sudut matanya basah, rasanya ia ingin sekali menangis yang keras saat ini. "Kalau ditanya,

  • Gairah cinta sang CEO   Akhirnya tertangkap

    Tepat tiga hari setelah kejadian, polisi akhirnya turun tangan untuk menangkap Aletta di rumahnya. Saat siang hari Sonia baru saja selesai membereskan kekacauan yang disebabkan oleh amukan Aletta, kedatangan polisi ke rumahnya membuat segalanya kembali kacau. Matanya terbelalak melihat surat penangkapan yang diberikan oleh polisi. Tidak, ia tak percaya jika anaknya terlibat kasus pembunuhan berencana yang membuat nyawa Amira hampir melayang. "Anak saya tidak mungkin seperti itu, Pak. Anak saya selalu di rumah." Sonia mencegah pihak kepolisian masuk ke dalam rumahnya. Sonia tak ingin anaknya ditangkap. Aletta anak yang baik, itu pikirnya. "Silakan dibuktikan di kantor polisi dengan keterangan yang diberikan." Sonia menghalangi dengan merentangkan tangannya, ia tak rela anaknya dibawa oleh mereka. "Ibu, jangan menghalangi tugas kepolisian. Kalau ibu menghalangi, ibu bisa terkena pasal oleh kami karena menyembunyikan pelaku kejahatan." Sonia meng

DMCA.com Protection Status