Home / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tiga Bayi Sang Mafia: Chapter 71 - Chapter 80

309 Chapters

Bab 71. Serangan Balik

Cakra dan pemilik pemancingan bersembunyi di empang. Mereka menundukkan kepala agar tidak tertembak. Cakra tidak bisa melihat siapa yang sudah menyerang mereka secara tiba-tiba. Anak buah Cakra yang melakukan serangan balik terhadap musuh bos mereka. "Ada apa ini, kenapa ada suara tembakan? Apa ada polisi di sini sedang mencari burunon?" tanya pemilik pemancingan tersebut. "Kami tidak tau, lebih baik diam saja, Pak. Jangan bersuara, nanti kita ketahuan. Bapak mau ditembak? Kalau tidak mau diam ya, biar ini jadi urusan kami. Cak, lo tau ini siapa pelakunya?" tanya Beno. Cakra menggelengkan kepala, dia tidak tau siapa pelakunya. Karena belum juga dia ketahui, dia pun ga bisa melakukan serangan balik, karena ada pemilik pemancingan di sini. Bahaya jika dia mengeluarkan senjatanya. "Tidak tau karena kita belum menangkap mereka. Kalian keluar perlahan, tiarap saja dan di sana ada yang akan menjaga kita. Gue mau bawa bapak ini ke rumah, gue harap rumahnya tidak di tem...." Cakra menghe
Read more

Bab 72. Permen Kaki Manis Lo

Alena tertidur di sebelah box si kembar, dia tidak mengetahui jika Cakra pulang. Cakra akhirnya tiba di rumah bersama dengan Luna. Keduanya yang sudah basah karena kecebur empang. "I benar-benar bau empang, kenapa mereka serang kita? Apa mereka tau kita yang ambil itu barangnya?" tanya Luna. "Entahlah, lebih baik kita bahas nanti saja. Sudah malam dan bau, mana lengket lagi. Turun cepat, bawa ikan you, dari tadi menangis," jawab Cakra yang segera turun dan melangkahkan kaki menuju pintu. Namun, saat belum masuk dia kembali lagi ke mobil. Luna yang melihatnya menyerngitkan keningnya, dia heran kenapa Cakra masuk kembali mobil dan dia membuka dasbor. 'Desek kenapa itu? Apa desek mau pergi lagi!?' gumam Luna yang memperhatikan Cakra. Cakra segera keluar dan berjalan menuju Luna sambil tersenyum dia menunjukkan apa yang dia ambil dan membuat Luna menaikkan alisnya. "You mau nyogok siapa? Istri you? Dasar you suami penjilat, ga berhasil karena i tau Alena seperti apa, dia orangnya ti
Read more

Bab 73. Bukan Aku Sayang

Pagi harinya, Cakra turun bersama si kembar, perkembangan si kembar makin hari makin membuatnya gemes. Sejak peristiwa teror tersebut Cakra dan Alena serta si kembar tinggal di rumah Tuan Rosario. Tepat hari ini mereka akan kembali ke rumah. Karena situasi sudah aman. Tidak ada lagi teror ataupun hal lainnya. Serangan waktu di tempat pemancingan juga tidak ada, klan Minamoto seperti ditelam bumi. Tapi, walaupun tidak ada serangan, Cakra sudah menyusun rencana untuk membalasnya, dia yang sudah tau klan Minamoto itu adalah Minahashiro mencoba menjalin kerja sama tapi tidak berhasil lebih tepatnya belum ada jawaban. "Arvin, bagaimana? Apa sudah dapat jawaban dari mereka?" tanya Cakra yang duduk di ruang tamu bersama Arvin dan Luna. "Mereka belum ada jawaban sama sekali. Katanya bos mereka ada di Jepang. Saya tidak tau apakah dia balik ke sana atau tidak. Tapi, saya sudah mengirim mata-mata untuk mencari tau keberadaan bos mereka. Termasuk yang di Italia dan Timur Tengah," jawab Arvin
Read more

Bab 74. Laba-laba Kawen

Cakra menyelesaikan sarapannya, dia berpamitan dengan Tuan Rosario, hari ini dia akan pindah kembali ke rumahnya. Sudah aman jadi tidak perlu lagi mereka tinggal dirumah Tuan Rosario. Sebenarnya belum aman tapi dia tidak enak tinggal di rumah Tuan Rosario walaupun Tuan Rosario tidak keberatan tapi Cakra tidak ingin merepotkan Tuan Rosario. "Kalian hati-hati, kalau ada apa-apa kabari Daddy. Daddy akan ke Italia ada urusan kerjaan. Harusnya kalian di sini saja, tidak perlu pindah lagi." Tuan Rosario sedih anak, menantu dan cucunya. Cakra serba salah, dia tidak tau harus berkata apa, dia juga tidak enak karena mertuanya dan sepupu Alena ada di sini. Mereka pasti tidak leluasa karena tinggal di rumah Daddynya. Tuan Rosario tau, kenapa anaknya memilih untuk kembali ke rumah. "Sudah sana pergi, kasihan si kembar yang ingin istirahat, nanti datang lagi cucu opa, nanti opa belikan mainan buat kalian di sana ya. Kamu hati-hati ya, Alena. Jangan lupa kabari Daddy, jika kalian sudah sampai,"
Read more

Bab 75. Kirim Mata-mata

"Kirim mata-mata," sahut Della mengatakan dirinya harus mengirim mata-mata. "Mata-mata katamu?" tanya Minahashiro dengan alis yang terangkat ke atas karena mendengar perkataan dari Della. Della menganggukkan kepala, dia benar-benar sudah merencanakan semuanya. Karena dengan cara seperti ini dia bisa mendapatkan si kembar dan melenyapkan Alena wanita yang sudah menggagalkan perjodohan dia dengan Cakra. "Bukannya waktu itu kita gagal dan anak buah kalian tidak muncul sama sekali. Kenapa harus memakai mata-mata lagi, apa kalian tidak berpikir jika itu gagal lagi. Sekarang, kita di sini karena ingin menyeludupkan benda ini. Aku tidak mau kita terganggu, kalian pikirkan yang lain," ucap Ketua klan Woody kepada Della dan Ketua Minamoto. "Kalian lihat saja, aku pasti bisa memasukkan mata-mata ke sana." Della yakin jika dia bisa membawa si kembar untuk dijadikan sanderanya. Ketua klan Woody dan Ketua klan Minamoto hanya diam dia tidak mengatakan apapun dengan apa yang Della katakan. Ked
Read more

Bab 76. Siapa Kamu

"Kita akan ke Desa karena Luna mengatakan jika klan Minamoto ada di sana. Bagaimana kalian setuju untuk pergi ke sana?" tanya Cakra kepada sahabatnya untuk pergi bersama dengan dia ke Desa yang dikatakan oleh Luna. Mereka bertiga melihat ke arah Luna yang saat ini tengah sibuk dengan ponselnya. Dia terlihat serius tidak terlihat sedikit pun raut wajah Luna seperti biasanya, dia sibuk mengetik dengan mata yang ke sana kemari dan fokus ke ponselnya. Cakra terus memperhatikan gerak-gerik Luna, tidak berapa lama Luna, mengangkat kepala dan segera memandang ke arah mereka semua, dia tersenyum seperti biasanya. 'Kenapa you melihat ke arah I? Apa i terlihat cantik oh bukan tampan?" tanya Luna sambil mengedipkan matanya. "you kenapa terlihat serius saat melihat ponsel, apa ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" tanya Beno memandang ke arah Luna yang saat ini menyesap minuman yang ada di meja. Mereka masih menunggu Luna untuk mengatakan apa yang terjadi. Luna meletakkan kembali gelas dan me
Read more

Bab 77. Kasihan Mereka

Semuanya terdiam dan tentu saja itu membuat suasana di dalam pesawat terlihat hening. Masing-masing belum mengatakan apapun, menunggu Luna menjawab. Beno yang sudah tidak sabar akhirnya mengatakan sesuatu. "Apa kalian harus seperti ini terus? Kenapa kalian diam. Dan kamu Cakra, kenapa kamu katakan siapa dia, sudah jelas dia mengatakan kalau dia ini dikerjanua salon, tapi kenapa kamu tanya lagi, sebenarnya ada apa dengan kalian. Oh ya Tuhan, kalian ini kesambet apa sih," ujar Beno yang akhirnya menanyakan kenapa Cakra bertanya lagi siapa Luna dengan wajahnya yang kesal. "Pantas gue tanya ke dia siapa dirinya sebenarnya. Karena gue baru dapat kabar dari anak buah gue mengatakan kalau dia agen mata-mata mafia, katakan pada gue, Luna. Jangan sampai gue lempar lo dari pesawat!" tegas Cakra dengan suara berat dan raut wajahnya yang merah padam. Luna pun gerah karena dituduh dia seperti itu. Sudah jelas dia itu hanya pekerja salon masih saja bertanya siapa dia. Sebenarnya mau apa ini ora
Read more

Bab 78. Rindu

"Mana i tau, you mau seludupakan apa. Lagipula kalau i katakan seludupkan orang salon you pasti tidak setuju, hahah," tawa Luna yang mengatakan mau seludupkan orang salon. "Cih, itu mah sama saja. Sebelum orang salon ini seludupkan, you terlebih dulu i seludupkan, karena you orang salon. Oh ya, ngomong-ngomong kita mau cari mereka di mana? Menurut anak buah gue dia ada di sisi barat apa benar yang dikatakan anak buah gue?" tanya Malik kepada sahabatnya. "Sepertinya, iya. Asisten gue juga katakan di sana. Apa kita ke sana saja. Kita langsung serang mereka jangan menunggu lama. Anak buah gue sudah siap. Apa lo sudah siap, Cakra?" tanya Beno. "Iya kesana saja, kita jangan lama di sini. Gue tidak mau Alena dan si kembar merindukan gue. Jadi, lebih baik kita langsung ke sana saja dan serang mereka" jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "Tapi, kita istirahat dulu. Besok kita atur strategi dan mulai serangan, gue yakin dia akan kelabakan jika kita serang secara d
Read more

Bab 79. Mereka Kejam

Esok harinya, Cakra sudah siap untuk pergi ke Barat, dirinya akan segera menganggalkan transaksi atau perdagangan manusia. Suara sepatu Cakra terdengar menuruni anak tangga, terlihat dibawah sahabatnya dan para asisten sahabatnya sudah berkumpul. "Kalian kenapa belum sarapan? Apa kalian mau makan di restoran Milan?" tanya Cakra. Beno, Pasha, Malik dan Luna juga Arvin bersama asisten yang lain memandang ke arah Cakra. Mereka menundukkan kepala memberikan hormat kepada Cakra. "Kita nungguin you, bukan begitu Luna manis?" tanya Beno yang membuat Luna menganggukkan kepala. "You lama sekali, apa you masih bermain dengan si kembar di kamar atau dengan Mommy kembar?" tanya Luna dengan senyum jahilnya. "Mommy kembar mana mau main dengan dia. Lebih baik main dengan yang lain, kalau Daddy di luar, Mommy main di luar juga biar impas," ejek Pasha membuat Cakra mencibirkan mulutnya. "Sudah, kalian jangan ganggu dia, ayo kita sarapan. Pengawal di luar sudah makan, Edo?" tanya Malik kepada as
Read more

Bab 80. Terjadi Serangan

Cakra yang sudah keluar dari container mendapat tembakkan dari arah utara. Dor! Dor! Cakra menundukkan kepala, begitu juga dengan Luna dan Arvin. Anak buah Cakra yang ikut bersamanya juga ikut menyerang. Terjadilah baku tembak antara keduanya. "Bos, awas jangan sampai tertembak!" teriak Arvin meminta bosnya agar tidak tertembak. "Akh, kenapa terjadi baku tembak, i takut! Tolong selamatkan i, you lindungi i, cepat!" pekik Luna yang ke sana kemari mencari perlindungan. Cakra yang panik ikutan panik karena teriakkan dari Luna yang berlari tidak tentu haluan. Cakra hanya bisa mengumpat melihat kelakuan Luna yang berlari. "Diamlah, jangan berlari nanti kena tembak you. Akh, sial ini pinky boy, buat aku panik. Arvin, lindungi dia, kalian cepat serang mereka!" teriak Cakra dengan kencang meminta anak buahnya yang tadi menemani dirinya menyerang balik lawan. "Baik, Tuan!" Anak buah Cakra maju dan menembak ke arah lawan. Terdengar suara teriakkan yang cukup kencang, kemungkinan lawan
Read more
PREV
1
...
678910
...
31
DMCA.com Protection Status