Pagi harinya, Cakra turun bersama si kembar, perkembangan si kembar makin hari makin membuatnya gemes. Sejak peristiwa teror tersebut Cakra dan Alena serta si kembar tinggal di rumah Tuan Rosario. Tepat hari ini mereka akan kembali ke rumah. Karena situasi sudah aman. Tidak ada lagi teror ataupun hal lainnya. Serangan waktu di tempat pemancingan juga tidak ada, klan Minamoto seperti ditelam bumi. Tapi, walaupun tidak ada serangan, Cakra sudah menyusun rencana untuk membalasnya, dia yang sudah tau klan Minamoto itu adalah Minahashiro mencoba menjalin kerja sama tapi tidak berhasil lebih tepatnya belum ada jawaban. "Arvin, bagaimana? Apa sudah dapat jawaban dari mereka?" tanya Cakra yang duduk di ruang tamu bersama Arvin dan Luna. "Mereka belum ada jawaban sama sekali. Katanya bos mereka ada di Jepang. Saya tidak tau apakah dia balik ke sana atau tidak. Tapi, saya sudah mengirim mata-mata untuk mencari tau keberadaan bos mereka. Termasuk yang di Italia dan Timur Tengah," jawab Arvin
Cakra menyelesaikan sarapannya, dia berpamitan dengan Tuan Rosario, hari ini dia akan pindah kembali ke rumahnya. Sudah aman jadi tidak perlu lagi mereka tinggal dirumah Tuan Rosario. Sebenarnya belum aman tapi dia tidak enak tinggal di rumah Tuan Rosario walaupun Tuan Rosario tidak keberatan tapi Cakra tidak ingin merepotkan Tuan Rosario. "Kalian hati-hati, kalau ada apa-apa kabari Daddy. Daddy akan ke Italia ada urusan kerjaan. Harusnya kalian di sini saja, tidak perlu pindah lagi." Tuan Rosario sedih anak, menantu dan cucunya. Cakra serba salah, dia tidak tau harus berkata apa, dia juga tidak enak karena mertuanya dan sepupu Alena ada di sini. Mereka pasti tidak leluasa karena tinggal di rumah Daddynya. Tuan Rosario tau, kenapa anaknya memilih untuk kembali ke rumah. "Sudah sana pergi, kasihan si kembar yang ingin istirahat, nanti datang lagi cucu opa, nanti opa belikan mainan buat kalian di sana ya. Kamu hati-hati ya, Alena. Jangan lupa kabari Daddy, jika kalian sudah sampai,"
"Kirim mata-mata," sahut Della mengatakan dirinya harus mengirim mata-mata. "Mata-mata katamu?" tanya Minahashiro dengan alis yang terangkat ke atas karena mendengar perkataan dari Della. Della menganggukkan kepala, dia benar-benar sudah merencanakan semuanya. Karena dengan cara seperti ini dia bisa mendapatkan si kembar dan melenyapkan Alena wanita yang sudah menggagalkan perjodohan dia dengan Cakra. "Bukannya waktu itu kita gagal dan anak buah kalian tidak muncul sama sekali. Kenapa harus memakai mata-mata lagi, apa kalian tidak berpikir jika itu gagal lagi. Sekarang, kita di sini karena ingin menyeludupkan benda ini. Aku tidak mau kita terganggu, kalian pikirkan yang lain," ucap Ketua klan Woody kepada Della dan Ketua Minamoto. "Kalian lihat saja, aku pasti bisa memasukkan mata-mata ke sana." Della yakin jika dia bisa membawa si kembar untuk dijadikan sanderanya. Ketua klan Woody dan Ketua klan Minamoto hanya diam dia tidak mengatakan apapun dengan apa yang Della katakan. Ked
"Kita akan ke Desa karena Luna mengatakan jika klan Minamoto ada di sana. Bagaimana kalian setuju untuk pergi ke sana?" tanya Cakra kepada sahabatnya untuk pergi bersama dengan dia ke Desa yang dikatakan oleh Luna. Mereka bertiga melihat ke arah Luna yang saat ini tengah sibuk dengan ponselnya. Dia terlihat serius tidak terlihat sedikit pun raut wajah Luna seperti biasanya, dia sibuk mengetik dengan mata yang ke sana kemari dan fokus ke ponselnya. Cakra terus memperhatikan gerak-gerik Luna, tidak berapa lama Luna, mengangkat kepala dan segera memandang ke arah mereka semua, dia tersenyum seperti biasanya. 'Kenapa you melihat ke arah I? Apa i terlihat cantik oh bukan tampan?" tanya Luna sambil mengedipkan matanya. "you kenapa terlihat serius saat melihat ponsel, apa ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" tanya Beno memandang ke arah Luna yang saat ini menyesap minuman yang ada di meja. Mereka masih menunggu Luna untuk mengatakan apa yang terjadi. Luna meletakkan kembali gelas dan me
Semuanya terdiam dan tentu saja itu membuat suasana di dalam pesawat terlihat hening. Masing-masing belum mengatakan apapun, menunggu Luna menjawab. Beno yang sudah tidak sabar akhirnya mengatakan sesuatu. "Apa kalian harus seperti ini terus? Kenapa kalian diam. Dan kamu Cakra, kenapa kamu katakan siapa dia, sudah jelas dia mengatakan kalau dia ini dikerjanua salon, tapi kenapa kamu tanya lagi, sebenarnya ada apa dengan kalian. Oh ya Tuhan, kalian ini kesambet apa sih," ujar Beno yang akhirnya menanyakan kenapa Cakra bertanya lagi siapa Luna dengan wajahnya yang kesal. "Pantas gue tanya ke dia siapa dirinya sebenarnya. Karena gue baru dapat kabar dari anak buah gue mengatakan kalau dia agen mata-mata mafia, katakan pada gue, Luna. Jangan sampai gue lempar lo dari pesawat!" tegas Cakra dengan suara berat dan raut wajahnya yang merah padam. Luna pun gerah karena dituduh dia seperti itu. Sudah jelas dia itu hanya pekerja salon masih saja bertanya siapa dia. Sebenarnya mau apa ini ora
"Mana i tau, you mau seludupakan apa. Lagipula kalau i katakan seludupkan orang salon you pasti tidak setuju, hahah," tawa Luna yang mengatakan mau seludupkan orang salon. "Cih, itu mah sama saja. Sebelum orang salon ini seludupkan, you terlebih dulu i seludupkan, karena you orang salon. Oh ya, ngomong-ngomong kita mau cari mereka di mana? Menurut anak buah gue dia ada di sisi barat apa benar yang dikatakan anak buah gue?" tanya Malik kepada sahabatnya. "Sepertinya, iya. Asisten gue juga katakan di sana. Apa kita ke sana saja. Kita langsung serang mereka jangan menunggu lama. Anak buah gue sudah siap. Apa lo sudah siap, Cakra?" tanya Beno. "Iya kesana saja, kita jangan lama di sini. Gue tidak mau Alena dan si kembar merindukan gue. Jadi, lebih baik kita langsung ke sana saja dan serang mereka" jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "Tapi, kita istirahat dulu. Besok kita atur strategi dan mulai serangan, gue yakin dia akan kelabakan jika kita serang secara d
Esok harinya, Cakra sudah siap untuk pergi ke Barat, dirinya akan segera menganggalkan transaksi atau perdagangan manusia. Suara sepatu Cakra terdengar menuruni anak tangga, terlihat dibawah sahabatnya dan para asisten sahabatnya sudah berkumpul. "Kalian kenapa belum sarapan? Apa kalian mau makan di restoran Milan?" tanya Cakra. Beno, Pasha, Malik dan Luna juga Arvin bersama asisten yang lain memandang ke arah Cakra. Mereka menundukkan kepala memberikan hormat kepada Cakra. "Kita nungguin you, bukan begitu Luna manis?" tanya Beno yang membuat Luna menganggukkan kepala. "You lama sekali, apa you masih bermain dengan si kembar di kamar atau dengan Mommy kembar?" tanya Luna dengan senyum jahilnya. "Mommy kembar mana mau main dengan dia. Lebih baik main dengan yang lain, kalau Daddy di luar, Mommy main di luar juga biar impas," ejek Pasha membuat Cakra mencibirkan mulutnya. "Sudah, kalian jangan ganggu dia, ayo kita sarapan. Pengawal di luar sudah makan, Edo?" tanya Malik kepada as
Cakra yang sudah keluar dari container mendapat tembakkan dari arah utara. Dor! Dor! Cakra menundukkan kepala, begitu juga dengan Luna dan Arvin. Anak buah Cakra yang ikut bersamanya juga ikut menyerang. Terjadilah baku tembak antara keduanya. "Bos, awas jangan sampai tertembak!" teriak Arvin meminta bosnya agar tidak tertembak. "Akh, kenapa terjadi baku tembak, i takut! Tolong selamatkan i, you lindungi i, cepat!" pekik Luna yang ke sana kemari mencari perlindungan. Cakra yang panik ikutan panik karena teriakkan dari Luna yang berlari tidak tentu haluan. Cakra hanya bisa mengumpat melihat kelakuan Luna yang berlari. "Diamlah, jangan berlari nanti kena tembak you. Akh, sial ini pinky boy, buat aku panik. Arvin, lindungi dia, kalian cepat serang mereka!" teriak Cakra dengan kencang meminta anak buahnya yang tadi menemani dirinya menyerang balik lawan. "Baik, Tuan!" Anak buah Cakra maju dan menembak ke arah lawan. Terdengar suara teriakkan yang cukup kencang, kemungkinan lawan
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk