Semuanya terdiam dan tentu saja itu membuat suasana di dalam pesawat terlihat hening. Masing-masing belum mengatakan apapun, menunggu Luna menjawab. Beno yang sudah tidak sabar akhirnya mengatakan sesuatu. "Apa kalian harus seperti ini terus? Kenapa kalian diam. Dan kamu Cakra, kenapa kamu katakan siapa dia, sudah jelas dia mengatakan kalau dia ini dikerjanua salon, tapi kenapa kamu tanya lagi, sebenarnya ada apa dengan kalian. Oh ya Tuhan, kalian ini kesambet apa sih," ujar Beno yang akhirnya menanyakan kenapa Cakra bertanya lagi siapa Luna dengan wajahnya yang kesal. "Pantas gue tanya ke dia siapa dirinya sebenarnya. Karena gue baru dapat kabar dari anak buah gue mengatakan kalau dia agen mata-mata mafia, katakan pada gue, Luna. Jangan sampai gue lempar lo dari pesawat!" tegas Cakra dengan suara berat dan raut wajahnya yang merah padam. Luna pun gerah karena dituduh dia seperti itu. Sudah jelas dia itu hanya pekerja salon masih saja bertanya siapa dia. Sebenarnya mau apa ini ora
"Mana i tau, you mau seludupakan apa. Lagipula kalau i katakan seludupkan orang salon you pasti tidak setuju, hahah," tawa Luna yang mengatakan mau seludupkan orang salon. "Cih, itu mah sama saja. Sebelum orang salon ini seludupkan, you terlebih dulu i seludupkan, karena you orang salon. Oh ya, ngomong-ngomong kita mau cari mereka di mana? Menurut anak buah gue dia ada di sisi barat apa benar yang dikatakan anak buah gue?" tanya Malik kepada sahabatnya. "Sepertinya, iya. Asisten gue juga katakan di sana. Apa kita ke sana saja. Kita langsung serang mereka jangan menunggu lama. Anak buah gue sudah siap. Apa lo sudah siap, Cakra?" tanya Beno. "Iya kesana saja, kita jangan lama di sini. Gue tidak mau Alena dan si kembar merindukan gue. Jadi, lebih baik kita langsung ke sana saja dan serang mereka" jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "Tapi, kita istirahat dulu. Besok kita atur strategi dan mulai serangan, gue yakin dia akan kelabakan jika kita serang secara d
Esok harinya, Cakra sudah siap untuk pergi ke Barat, dirinya akan segera menganggalkan transaksi atau perdagangan manusia. Suara sepatu Cakra terdengar menuruni anak tangga, terlihat dibawah sahabatnya dan para asisten sahabatnya sudah berkumpul. "Kalian kenapa belum sarapan? Apa kalian mau makan di restoran Milan?" tanya Cakra. Beno, Pasha, Malik dan Luna juga Arvin bersama asisten yang lain memandang ke arah Cakra. Mereka menundukkan kepala memberikan hormat kepada Cakra. "Kita nungguin you, bukan begitu Luna manis?" tanya Beno yang membuat Luna menganggukkan kepala. "You lama sekali, apa you masih bermain dengan si kembar di kamar atau dengan Mommy kembar?" tanya Luna dengan senyum jahilnya. "Mommy kembar mana mau main dengan dia. Lebih baik main dengan yang lain, kalau Daddy di luar, Mommy main di luar juga biar impas," ejek Pasha membuat Cakra mencibirkan mulutnya. "Sudah, kalian jangan ganggu dia, ayo kita sarapan. Pengawal di luar sudah makan, Edo?" tanya Malik kepada as
Cakra yang sudah keluar dari container mendapat tembakkan dari arah utara. Dor! Dor! Cakra menundukkan kepala, begitu juga dengan Luna dan Arvin. Anak buah Cakra yang ikut bersamanya juga ikut menyerang. Terjadilah baku tembak antara keduanya. "Bos, awas jangan sampai tertembak!" teriak Arvin meminta bosnya agar tidak tertembak. "Akh, kenapa terjadi baku tembak, i takut! Tolong selamatkan i, you lindungi i, cepat!" pekik Luna yang ke sana kemari mencari perlindungan. Cakra yang panik ikutan panik karena teriakkan dari Luna yang berlari tidak tentu haluan. Cakra hanya bisa mengumpat melihat kelakuan Luna yang berlari. "Diamlah, jangan berlari nanti kena tembak you. Akh, sial ini pinky boy, buat aku panik. Arvin, lindungi dia, kalian cepat serang mereka!" teriak Cakra dengan kencang meminta anak buahnya yang tadi menemani dirinya menyerang balik lawan. "Baik, Tuan!" Anak buah Cakra maju dan menembak ke arah lawan. Terdengar suara teriakkan yang cukup kencang, kemungkinan lawan
Minahashiro terdiam sesaat, dia mulai mencerna apa yang dikatakan oleh Della. Orang yang dia kenal dan yang menjadi musuhnya. Mungkinkah dia? Minahasiro menoleh ke arah ketua Woody dirinya mulai mengetahui siapa yang dimaksud oleh Della. Ketua klan Woody bernama Felix menyerngitkan keningnya melihat Minahasiro yang menatapnya tanpa berkedip sedikitpun. "Aku pemikiran kita sama?" tanya Minahashiro saat memandang ke arah Felix. "Aku tidak tau kalau itu dia. Kalau memang dia pelakunya maka aku akan habisi dia, aku akan pastikan dia mendapatkan balasannya. Hari ini dia sudah membuat aku rugi besar tapi nanti dia akan menyesal karena sudah melakukan ini padaku," jawab Felix yang mengepalkan tangannya. Dia menyadari jika yang dimaksud oleh Della adalah musuh bebuyutannya siapa lagi kalau bukan Cakra. Felix akan membalas apa yang musuhnya itu lakukan padanya. Tidak akan dia biarkan itu terjadi. ***Cakra yang berada di pelabuhan, baku tembak dengan anak buah dari Klan Minamoto. Dia ber
Alena terharu melihat suaminya sudah datang. Dengan cepat dia turun dari ranjang dan memeluk suaminya. Alena benar-benar sangat senang karena dirinya bisa melihat suaminya lagi. Cakra merentangkan tangannya dengan lebar dan membalas pelukkan Alena. "Aku rindu padamu, kenapa lama sekali kamu pulang, apa tidak rindu denganku, Tuan?" tanya Alena dengan manja. Cakra terkikik mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Dia baru sehari pergi sudah dirindukan oleh Alena. Senang sudah pasti, tidak bisa dia pungkiri. Cakra mengecup kening Alena dan bibir Alena dia benar-benar gemes dengan pertanyaan Alena. "Jelas aku rindu, aku hanya ingin kamu selalu bersamaku, aku tidak nyenyak untuk tidur. Selalu merindukan dekapanmu, sudah ya, aku mau mandi dan aku juga ingin memeluk si kembar, setelah itu kita mandi keringat ya," ucap Cakra yang mengedipkan matanya. Alena tersipu malu, dia mencubit pinggang Cakra. Cakra selalu seperti itu, dia menggoda dirinya. Sudah tau dia belum bisa masih saja memanc
Cakra mendengus kesal karena istrinya mengatakan kalau dia bayi besar yang masih manja. Alena menggelengkan kepala ke arah Cakra. Suasana di mansion Cakra rame karena pembagian oleh-oleh baik dari Cakra maupun Luna. "Sayang, ini bagus sekali. Pasti mahal kan?" tanya Alena melihat oleh-oleh pemberian dari Cakra. "Ga kok, ini spesial dari aku. Lagipula, ini untuk wanitaku yang cantik, jadi cocok digunakan untuk kamu," jawab Cakra dengan senyum tertampannya.Cakra memberikan gaun berbentuk sabrina. Alena langsung memeluk Cakra dan mengecup pipinya. Ibu Aminah, Luna dan Hani yang melihat ikut merasakan kebahagiaan. "Sudah, Nyonya. Hari ini kita akan ke panti asuhan. Aku ingin ajak kamu untuk kunjungan rutin setiap bulan, kamu bisa ikut denganku. Kita akan beri santunan ke mereka, aku juga ingin memperkenalkan kamu ke mereka," ucap Cakra yang membuat Alena menganggukkan kepala. "Aku mau, sangat mau. Tapi, si kembar ga bisa ikut masih kecil," sahutnya."Tidak apa, nanti biar ibu yang j
Cakra, Alena, Luna dan Arvin akhirnya sampai di tempat tujuan. Alena melihat sekeliling panti asuhan terlihat asri dan sejuk juga tenang. Pintu terbuka, Cakra mengulurkan tangannya ke arah Alena. Alena segera menyambut uluran tangan Cakra. "Tempatnya bagus ya, kamu tau panti asuhan ini dari mana, Sayang?" tanya Alena yang tidak menyangka suaminya bisa menemukan panti asuhan yang sangat bagus. "Kamu suka ya di sini?" tanya Cakra balik. Alena menganggukkan kepala. "Tempatnya bagus, nyaman dan lihatlah pemandangannya sangat bagus. Aku sangat suka sekali tempat ini. Lain waktu aku akan bawa si kembar ke sini, aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan," jawab Alena dengan senyum mengembang. Cakra tersenyum karena istrinya Alena menyukai tempat tersebut. "Ini dulu Mommy yang temukan. Dulu tidak seperti ini, anak-anaknya juga belum banyak, ada yang diadopsi tapi entah kenapa dikembalikan lagi karena yang mengadopsi sudah punya anak alasanya tidak mau berbagi kasih sayang dengan ya
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk