Home / Urban / Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Chapter 221 - Chapter 230

370 Chapters

221. Ciara Kelaparan

Ciara menahan mual sejak pertama kali masuk ke rumah makan Sunda sederhana. Lokasi rumah makannya berada di sekitar stasiun kereta api kota Tango. Ciara tidak terbiasa makan di tempat seperti ini. Namun, keadaan memaksanya untuk beradaptasi. Bukan tidak tahu, Felicia menatap anaknya dengan prihatin. Dia tidak ingin menyalahkan Ciara yang selalu dimanja sejak kecil olehnya dan Rudi. Di sisi lain, Felicia juga tidak bisa menyalahkan Rudi atas semua musibah ini. Felicia menganggap semua ini adalah bentuk ujian sebagai seorang istri dan ibu. Maka, dia mencoba berlapang dada."Cia, makanannya nggak enak, ya?" tanya Felicia dengan wajah yang cemas. "Maafin Mami cuma bisa ngasih kamu makan kayak begini. Tapi Mami janji, kalo udah dapet kerjaan, gaji pertama nanti ... Mami pasti ajak kamu dan Papi makan enak di restoran."Felicia mengucapkan kata-kata itu sambil menangis. Untung saja, meja mereka berada di pojok sehingga tidak ada seorangpun yang melihat.Ciara berhenti mengunyah. Dia mena
Read more

222. Kekecewaan Kevan

"Rumahnya nyaman ya, Mi."Ciara sudah berada di kawasan kontrakan elit 48 pintu di kota Tango. Lokasinya hanya 10 menit dari stasiun kereta api dan 15 menit dari terminal bus kota Tango. Pemiliknya adalah seorang wanita berbulu mata palsu dengan ukiran alis perosotan yang sedang viral di sosial media. Netizen menamakan ukiran alis perosotan karena bentuknya menikung tajam layaknya perosotan di sekolah taman kanak-kanak."Meskipun hanya terdiri dari 3 ruangan, tapi ini kontrakan baru selesai dibangun. Jadi, masih bersih karena belum ada yang nempatin."Wanita yang berbicara itu adalah pemiliknya. Dia merasa udara kota Tango terlalu panas. Padahal hujan baru saja reda 1 jam lalu. Dia kipas-kipas menggunakan kipas bulu berwarna merah."Kalo boleh tau, Bu...."Merasa calon penyewa rumah kontrakannya ragu-ragu, si pemilik langsung memperkenalkan diri."Gallon," katanya. "Panggil sayaーBu Bos Gallon!"Lagi-lagi takdir mempertemukan Ciara dengan seorang kenalan Kevan. Gallon adalah mantan B
Read more

223. Tidak Kurang Dari 24 Jam

Kevan duduk di sofa single. Wajahnya terlihat begitu lelah. Kemudian, dia membakar sebatang rokok. "Rekaman ini yang kamu cari, Van?"Tanpa basa-basi, Deyan menyodorkan handphone-nya kepada Kevan. Setelah mengembuskan asap rokok, Kevan mengambilnya. Dia mencermati setiap gerakan di dalam rekaman CCTV. Semua orang tegang. Wajah Julian dan Livy terlihat jelas di rekaman CCTV. Dengan mudahnya, Kevan mampu mengumpulkan bukti-bukti yang akurat. Sekarang, mereka berdua tidak akan bisa mengelak lagi. Kevan jadi penasaran hukuman apa yang akan diberikan Christian dan Cinta untuk Julian dan istrinya!Setelah beberapa saat, Kevan tidak bereaksi apa-apa. Orang-orang di dalam ruangan itu melihat Kevan sebagai sosok Tuan Muda angkuh yang mendominasi. Namun, tatapan matanya suram dan menyedihkan seolah tidak ada kehidupan di sana. "Hmm...."Hanya gumaman yang ke luar dari mulut Kevan. Semua orang tidak berani mengusiknya. Meskipun Angga dan Deyan adalah teman dekat, mereka memilih untuk menunggu
Read more

224. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tango

Felicia melamun. Dalam kebingungannya, dia terus memanjatkan doa agar penyakit Ciara dan Rudi tidak kambuh. Apalagi jika diperhatikan, tubuh kurus Ciara tampak hanya tinggal tulang. Lalu, bagaimana dengan Rudi? Pria itu tidak menunjukkan perubahan apa-apa."Mi!" panggil Ciara. Dia menangkap kesedihan di mata Felicia. "Mami kenapa?"Felicia tersadar. Dia buru-buru menggeleng. Dia berdiri. "Kamu istirahat aja, Cia!" seru Felicia. Dia berjalan menuju dapur untuk membuang sampah tisu bekas. Ciara celingukan. Dia menatap Rudi yang sedang menunduk. "Pi, Papi ngantuk? Mau tiduran, nggak? Kan capek duduk terus di kursi roda."Rudi mendongakkan kepala. Ciara terkejut melihat wajah Rudi basah."Papi jangan nangis! Aku nggak apa-apa kok."Jelas-jelas Ciara menahan sakit kepala dan sesak di dadanya. Tapi, dia masih bisa berbohong di hadapan Rudi. Rudi tidak bodoh. Dia menggeleng. "Hmm ... mmm ...."Meskipun Ciara mengerti maksud Rudi, tapi dia berpura-pura tidak tahu. "Cia, kamu tidur aja! M
Read more

225. Video Klarifikasi Jenna Timothy

Ciara bangun tidur. Dia celingukan mencari Felicia. Dia mengambil sebotol air mineral berukuran kecil, lalu meminumnya."Mami ke mana, Pi?" Ciara bertanya pada Rudi. Namun, tidak ada jawaban. Ciara mendekati papinya. "Bisa-bisanya Papi ketiduran di kursi roda."Meskipun demikian, Ciara tidak berani membangunkan Rudi. Dia duduk di lantai tanpa alas. Dia mencabut kabel pengisian daya handphone. "Beberapa hari ini, aku nggak buka-buka akun sosial media. Ada berita viral apa, ya?"Setelah memejamkan mata selama kurang lebih 60 menit, Ciara merasa tubuhnya lebih segar. Sakit di kepalanya berangsur membaik. Dia mencari handphone yang ternyata berada di atas kardus kosong.Ciara membuka akun sosial media. Kedua ibu jarinya dengan cepat menekan tombol login. Dia memeriksa notifikasi masuk terlebih dahulu yang memang sudah menjadi kebiasaannya. Ketika kedua matanya bergulir ke bagian bawah notifikasi, dia tercengang."Jenna Timothy?! Kevan Hanindra?!"Ciara tidak yakin. Dia membaca notifik
Read more

226. Jangan Pergi!

Aroma obat tercium sangat kuat di ruang UGD. Dua dokter pria berdiri di samping Erisa yang merupakan dokter pribadi Ciara. Mereka sedang memeriksa data pasien. Raut wajah ketiga dokter itu sama-sama menjelaskan kecemasan mereka. Ketika terdengar bunyi bip, mata ketiga dokter tersebut menatap layar monitor. "Ambil alat kejut jantung!"Seorang dokter paling senior mendekati Ciara yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Dia sudah tidak sadarkan diri selama 48 jam lamanya. "Ini, Dok!" Seorang suster memberikan alat kejut jantung kepada dokter senior.Dengan aba-aba dari dokter senior, mereka melakukan teknis kejut jantung untuk Ciara."Satu ... dua ... tiga."Kejut jantung dilakukan. Ciara tidak bereaksi apa-apa. "Ini nggak bagus!" Erisa harap-harap cemas saat mendengar dokter senior itu berkata. Erisa berseru, "Dokter Erlan, tolong selamatkan Nona Cia!""Dokter Erisa, kita semua di dalam ruangan ini juga punya harapan dan tujuan yang sama. Bahkan semua orang mau Nona Cia bangun
Read more

227. Menjadi Miskin Memang Sebuah Dosa

Kevan masuk ke mobil dengan bantuan Ziyad. Dia duduk bersandar di bagian tengah. "Huh!"Kevan terlihat kelelahan. Dia bersandar. Dia memberikan perintah kepada Angga. "Cepetan jalan! Jangan buang-buang waktu!"Di saat yang sama, seorang pengendara motor berhenti tepat di belakang mobil Kevan. "Bisa turun nggak, Bu?" tanya pria pengendara motor."Iーiya, bisa."Felicia turun dengan hati-hati sambil memegangi Ciara yang lemas. "Cia, tahan ya! Kita udah sampai di rumah sakit."Ciara tidak menjawab. Dia turun dari motor dibantu Felicia.Beberapa waktu lalu, Ciara mimisan dengan durasi yang lama. Darah segar mengalir dari kedua lubang hidung.Felicia panik. Dia tidak bisa mengandalkan Rudi. Dia mencari bantuan. Dia mengetuk pintu tetangga.Untung saja, sore hari seperti ini tetangga di rumah kontrakannya sudah pulang bekerja. Maka, Ciara dapat dibawa ke rumah sakit dengan motor."Suster, tolong!" Si pria berteriak. "Saya parkir sebentar, Bu. Nanti nyusul ke UGD.""Iya, Mas. Makasih."Se
Read more

228. Kedatangan Felicia di Rumah Kedua Orang Tua Kevan

Felicia selesai membayar biaya obat-obatan Ciara. Perasaannya senang sekaligus khawatir. Senang karena Ciara akan segera diberikan obat. Khawatir karena dia kehabisan uang untuk biaya rumah sakit. Darmadi memberikan obat khusus jantung untuk mengurangi sesak di dada kiri Ciara. Dia juga sudah memberikan obat untuk sakit kepala Ciara. Meskipun begitu, Ciara belum bisa keluar dari UGD."Cia, apa handphone Papi udah selesai diisi daya?" Felicia bertanya setelah Darmadi ke luar dari ruangan Ciara. "Udah, Mi. Tadi udah aku lepas kabel pengisian daya handphone Papi."Felicia berbisik, "Kamu di sini sama Mas Irman. Mami mau pulang sebentar. Mami mau jual handphone Papi buat biaya rumah sakit."Ciara tidak mau berjauhan dari Felicia. Namun, dia tidak kuasa menolak. Maka, Ciara hanya bisa mengangguk pasrah membiarkan Felicia melakukan apapun yang diinginkannya. Jika biasanya Felicia menutupi semua hal dari anaknya, sekarang tampaknya dia tidak ragu mengatakan semuanya. Felicia menatap Irma
Read more

229. Bikin Susah Diri Sendiri

Felicia memakai celemek. Dia baru selesai memasak makan malam untuk keluarga Jasmine. Menu sederhana untuk porsi 5 orang. "Segini luasnya kenapa nggak ada foto keluarga? Apa Juragan nggak punya anak? Kenapa rumahnya sepi gini?"Felicia berbicara seorang diri. Dia menata meja makan dengan cantik."Ah, nggak mungkin. Juragan minta aku masak untuk porsi 5 orang. Tapi, cuma disajikan untuk 2 orang aja. Ini kan berarti sisanya untuk anak-anak Juragan."Puas berasumsi, Felicia menatap hasil masakan dan tatanan meja makan. Dia tersenyum. "Semoga aja Juragan puas sama hasil kerjaku."Jasmine datang bersama suaminya dengan senyum. Felicia menyadari kehadiran mereka. Wajahnya berubah merah. Dia takut Jasmine dan Theo mendengar suaranya."Udah selesai, Bu Feli?" tanya Jasmine yang senantiasa ramah.Felicia mengangguk. "Uーudah, Juragan. Silakan makan mumpung masih anget!"Felicia menarik kursi untuk kedua juragannya. Theo memandangi Felicia. Lalu, menatap Jasmine. Melihat Jasmine mengangguk, T
Read more

230. Berdiri Diantara Tumpukan Sampah

Kevan tertidur di rumah Raymond yang berada di Jalan Cemara Raya 1. Raymond tidak membawa Kevan ke klinik seperti permintaan laki-laki itu. Namun, Raymond memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa dan merawat Kevan.Ada beberapa alasan yang membuat Raymond menghindari pergi ke tempat-tempat umum. Salah satunya, demi menjaga identitas dan keamanannya."Tuan Ray Meridian, saya saranin supaya Tuan Kevan kontrol stres. Karena stres jadi faktor utama pemicu sakitnya."Fernando Salim, 41 tahun. Dia bekerja sebagai dokter pribadi Raymond sejak 5 tahun lalu. Dia adalah salah satu dokter senior Rumah Sakit Internasional Mayadipta di kota Tango. Yaitu rumah sakit bertaraf internasional yang selevel dengan Rumah Sakit Mitra Internasional Baubau. Ziyad dan Angga terkesiap mendengar Fernando memanggil Raymond dengan nama Ray Meridian. Lalu, bagaimana dengan nama Raymond? Bahkan Angga yang menghabiskan banyak waktu bersama Kevan pun tidak pernah tahu hal ini."Oke, saya usahain," jawab Raymond.
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
37
DMCA.com Protection Status