“Lepaskan istriku!” tukas Hilbram pada Furqon.“Bisa, kalau kau tanda tangan dan lepaskan ego-mu untuk masih ingin menguasai perusahaan. Jangan kuatir, aku tidak akan membuatmu miskin. Aku akan tetap memberimu bagian yang selayaknya.”Anak buah Furqon datang meletakan dokumen yang harus di tanda tangani Hilbram di samping laptop yang terus menayangkan kamera yang menyorot istrinya itu.“Kenapa aku masih belum bisa mengerti, dari mana sikapmu berasal? Kakekku bukan pria kejam. Dia pria yang luhur dan disegani.” Hilbram sepertinya mengulur waktu berharap anak buahnya datang lebih banyak dan membantunya meringkus pria ini.Namun melihat pintu gerbang besar yang tertutup rapat itu, Hilbram mulai turun rasa optimisnya. Apalagi dia juga baru ingat, bisa jadi diantara anak buahnya masih ada sisa anak buah Rahman yang sengaja masih menyusup.Supir yang membawa Ayesha ke kebun jagung waktu itu, bukankah sebagi bukti bahwa di dalam kubunya masih disusupi penghianat, anak buah Rahman.Hilbra
Read more