Share

Ingin Hidup Tenang

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sialan! Siapa yang membunuh Lucky?” Rahman tampak marah karena mendengar satu anak buah yang paling diandalkannya tewas terbunuh.

Bagaimana bisa pria itu terbunuh begitu saja?

“K-kami mengejar pengasuh anak itu, dan tiba-tiba anak buah Hilbram sudah mengepung. Sepertinya Lucky dibunuh anak buah Hilbram!” ungkap salah satu yang ikut dalam misi di kebun jagung itu.

“Dashcam di mobil juga sepertinya tidak berfungsi. Jadi Lucky ditembak anak buah Hilbram, masih salah satu kemungkinan utamanya, Tuan.” Lapor yang lain.

“Pekerjaan kalian macam anak baru saja. Dipikir dulu sebelum bertindak. Pria itu sudah tidak memiliki anak buah yang bisa diandalkan. Taher hanya anak baru kemarin sore yang biasa membuntut di ketiakku. Menghadapi para cecunguk itu saja kalian tidak becus!” Rahman masih ngedumel marah-marah tidak jelas.

Dia sangat yakin, Hilbram sudah kehilangan taringnya setelah dia memutuskan membelot. Sejak dulu Rahman yang mengurus semuanya. Anak itu tidak boleh sepintar dirinya. Li
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tentang Rahman

    Ayesha jadi sedih kembali karena untuk sesaat memikiran suaminya itu belum bisa hidup secara normal layaknya orang biasa sepertinya. Setelah semuanya diambil Rahman. Bukankah mereka bukan lagi orang yag punya kuasa dan kemewahan. Mana bisa masih bermimpi jalan-jalan keliling dunia? ‘Ya Allah, jangan-jangan suamiku belum bisa menghadapi kenyataan hidupnya?’ “Ada apa?” Hilbram melambai di depan mata Ayesha yang menatapnya lekat dan sedih. “Aku sudah tidak tertarik keliling dunia, Mas. Permintaanku sederhana saja, kita tinggal di sebuah pedesaan, menikmati udara yang sejuk sepanjang hari, berinteraksi dengan tetangga kanan kiri yang ramah, dan fokus besarin anak-anak kita.” Ayesha tidak ingin banyak maunya. Pria ini tentu akan mengusahakan apa yang dia mau. Tapi Ayesha harus tahu diri. Suaminya itu sudah bukan lagi big bos perusahaan. Hanya orang biasa yang bahkan mungkin tidak memiliki pekerjaan. “Hahaha...” tawa Hilbram menggugah Ayesha yang sedih itu. Membuat Ayesha mencubit len

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Furqon Dan Elyas

    Pria itu menyedot cerutunya dan duduk di ranjang rumah sakit dengan tangan di-infus.Seorang perawat dan dokter yang memeriksa terlihat tidak berani mengingatkannya agar tidak merokok di ruangan.Mereka hanya menjalankan tugasnya setelah itu pergi seketika selesai. Tampak tidak betah sekali berlama-lama di ruangan itu.“Apa kata perawat itu?” tanya seorang pria tua pada asistennya karena tidak bisa berbahasa asing. “Gula darah masih tinggi, Tuan. Tekanan darah juga tinggi. Mohon Tuan Furqon fokus penyembuhan dulu." Sang asisten menjawab pertanyaan tuannya.Pria yang dipanggil Furqon menyerahkan rokoknya pada asisten yang lain dan duduk dengan sedikit ringkuh. Teringat betapa usia sudah membuatnya lemah, namun harapan yang selama ini digenggamnya tidak juga ditunaikan.“Apa ada kabar dari Rahman?” tanya Furqon menatap dua asistennya itu.“Salah satu anak buah Tuan Rahman tertembak mati oleh anak buah Hilbram, Tuan.”“Apa yang mereka lakukan?”“Nyonya Fatma meminta Lucky dan beberapa

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Pria Ambisius

    “Biadab! Jadi pria itu yang membunuh Lucky?” Rahman menendang bangku yang ada di depannya. Kecurigaannya memang benar. Bahwa pria itu ada indikasi membelot padanya. “Cari tahu apakah pria itu ada hubungan dengan Hilbram!” tukas Rahman meminta anak buahnya menyelidiki tentang Elyas. “Sepertinya tidak ada, Tuan.” Salah seorang pria menjawabnya. “Sepertinya katamu!” Rahman melotot tajam ke arah pria yang menjawab tadi. “Aku butuh data yang pasti, bukan hanya kata sepertinya!” “Akan kami selediki lebih jauh.” Segera mereka menjawab agar tidak membuat lebih panjang kemarahan sang bos. Belum selesai ketegangan di antara mereka, pria yang sedang mereka bicarakan tampak hadir. Ruangan yang penuh amuk Rahman itu mulai senyap dengan langkah kaki yang mendekat pada pria yang tadi sudah marah besar padanya. “Katakan padaku, ada apa?” tanya-nya tenang. Dia sudah melawati banyak hal di dunia ini. Menghadapi pria di depannya dengan penuh ambisi yang begitu gila, Elyas tidak merasa gegabah.

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Diusir

    “Kau mau keluar dengan baik-baik atau aku akan menyeret kalian dari rumah ini dengan sangat tidak terhormat!” Fatma menatap sinis Ayesha yang juga menatapnya dengan raut kesal.Wanita itu masih juga berani berdiri dengan sombong di depannya setelah terang-terangan ingin menghancurkan suaminya, juga meminta orang untuk menghabisinya. Negara ini memang negara hukum, tapi bergumul dalam kemelut seperti ini, sungguh sangat rumit.“Jadi inikah tujuanmu?”Ayesha bangkit, menatap Fatma dan putrinya itu. Tidak habis pikir dengan mereka, bagaimana bisa mengorbankan kepercayaan keponakan sendiri hanya karena harta yang tidak abadi ini.“Ya, ini salah satunya. Melihatmu yang songong ini terusir dari rumah, seperti suamimu yang mengusirku!”Fatma sudah mendengar kabar bahwa Rahman sudah mengakuisisi hampir seluruh aset perusahaan. Tidak berlebihan jika dia ingin pertama merayakanny

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Lucifer

    Pria itu sudah geram saja ketika mendapat kabar dari anak buahnya bahwa Hilbram mengulur waktu kembali dalam menyerahkan jabatan piminan pada Rahman.Dia bangkit sambil mengambil togkat lipatnya dan berjalan sedikit tidak sabar. Sang asisten bergegas mengejarnya.“Mohon hati-hati, Tuan! Sebaiknya bersabar sebentar. Tuan Rahman pasti ada pemikiran sendiri membiarkan Hilbram meminta waktu kembali.”“Bodoh! Kalau dia memberikan waktu lagi, dia malah akan memberikan kesempatan pada anak ingusan itu untuk mempersiapkan diri menyerangnya!”“Baiklah, biar saya bantu duduk kembali.” Asisten masih mencoba menenangkan Furqon.“Jangan sampai pria itu malah melibatkan instansi hukum dalam hal ini. Bisa tidak selesai-selesai sampai ajalku tiba. Selesaikan saja secara intern dengan segala cara! Kalau perlu buat dia menyerahkan semua asetnya dengan suka rela.”Kedua asisten itu saling berpandangan, mencerna apa yang dimaksud sang tuan besar.“Panggil Elyas sekarang, kita harus melakukannya segera!

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Di Bawah Tekanan

    “Lepaskan istriku!” tukas Hilbram pada Furqon.“Bisa, kalau kau tanda tangan dan lepaskan ego-mu untuk masih ingin menguasai perusahaan. Jangan kuatir, aku tidak akan membuatmu miskin. Aku akan tetap memberimu bagian yang selayaknya.”Anak buah Furqon datang meletakan dokumen yang harus di tanda tangani Hilbram di samping laptop yang terus menayangkan kamera yang menyorot istrinya itu.“Kenapa aku masih belum bisa mengerti, dari mana sikapmu berasal? Kakekku bukan pria kejam. Dia pria yang luhur dan disegani.” Hilbram sepertinya mengulur waktu berharap anak buahnya datang lebih banyak dan membantunya meringkus pria ini.Namun melihat pintu gerbang besar yang tertutup rapat itu, Hilbram mulai turun rasa optimisnya. Apalagi dia juga baru ingat, bisa jadi diantara anak buahnya masih ada sisa anak buah Rahman yang sengaja masih menyusup.Supir yang membawa Ayesha ke kebun jagung waktu itu, bukankah sebagi bukti bahwa di dalam kubunya masih disusupi penghianat, anak buah Rahman.Hilbra

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Pembelotan Elyas

    “Elyas, kurang ajar kau!” Furqon melihat pria itu berdiri menantangnya. Dia sudah bergerak dengan cepat hingga saat ini sudah menodong Rahman.“Turunkan senjata kalian atau aku bunuh pria ini!” tukas Elyas dengan gerakan seolah hendak menarik pelatuk. Furqon segera menahannya dan segera meminta anak buahnya menurut.“Jangan kau coba melakukan itu pada putraku! Apa yang membuatmu membelot dariku?”Elyas menatap Ayesha yang ketakutan di pelukan suaminya. Lalu menatap pria itu lagi sambil berkata ketus, “Kau sudah dengan gila menjadikan seorang wanita dan anak kecil menjadi tawananmu. Karena itu aku membelot darimu!”“Sejak kapan kau punya hati untuk kasihan?” Furqon tidak pernah melihat sisi penyayang pria ini saat bersamanya.“Aku memang kejam, tapi itu hanya pada orang yang salah dan sepadan. Tidak pada perempuan dan anak kecil yang lemah!”“Omong kosong apa ini?” Furqon geram namun baru ingat Rahman masih dalam intimidasi Elyas.Jika itu orang lain, mungkin Rahman sudah bisa dengan

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Keadaan Elyas

    Mumpung Ayesha ditemani Hanin dan Sebastian, Hilbram menyempatkan waktu mendatangi rumah sakit tempat pria itu di rawat.Sejak mengalami penyekapan, Ayesha tidak mau ditinggal sendiri. Jadi Hilbram tidak beranjak dari sampingnya semenitpun sejak kemarin.“Bos, Tuan Elyas sudah membaik dan kini sedang proses pemindahan ke ruang perawatan.” Miko melaporkan saat Hilbram terlihat datang.“Dia masih mencariku?” Hilbram ingat, Miko mengatakan hal itu sejak semalam.“Sepertinya, Elyas hanya mengigau. Tadi saat sudah sadar aku tanyakan lagi dia bahkan tidak ingat sudah mengatakannya.”Mereka duduk sebentar di tempat sepi sambil membicarakan tentang pria itu. Miko belum sempat memberitahukan banyak tentang bagaimana pria itu bisa tiba-tiba berbalik membelanya. Bahkan rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan hidupnya.“Entahlah, dia tidak banyak bicara. Tapi sejak awal, dia sudah terlihat melindungi nyonya dan Adik Adam agar anak buah Furqon tidak melakukan hal buruk pada mereka,” tukas

Bab terbaru

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

DMCA.com Protection Status