Semua Bab Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris: Bab 91 - Bab 100

263 Bab

Demi Kebaikan Semua

Hilbram sudah mulai bekerja di kantornya meski harus didorong di kursi roda. Tulang kakinya sebelah kiri mengalami patah dan masih membutuhkan waktu pemulihan. Dia juga belum  bisa mengingat banyak hal pasca kecelakaan itu.“Baru-baru ini Anda sudah menanda tangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dan gas di Kanada, kemudian beberapa aset perusahaan kita di Qatar pun berkembang dengan pesat.” Karena dokter mengatakan  bahwa Hilbram mengalami amnesia dan kehilangan beberapa memori beberapa tahun kebelakang, Rahman menjelaskan hal yang Hilbram lupakan.“Benarkah itu, Rahman?” Hilbram  tampak terkesan dengan pencapaiannya sendiri.“Benar, Tuan. Anda juga melakukan banyak investasi ke beberapa perusahaan di Eropa dan Amerika. Dan setiap tahun nilai sahamnya terus merangkak naik.”Hilbram merasa terhibur mendengarnya. Dia kemudian berterima kasih pada Rahman, pasti karena pria ini dia bisa melakukan
Baca selengkapnya

Perjanjian Tidak Tertulis

Hilbram menjalankan kursi rodanya secara otomatis menuju halaman samping. Melihat Thalita sedang duduk di ayunan sambil merenung di sana.“Kau melamun?” tanya Hilbram menyapa sepupunya itu.“Bram?” Thalita sedikit terkejut ada Hilbram yang sudah mendekatinya.“Biasanya kau panggil aku kakak?” Hilbram sedikit protes pada sepupunya itu yang memanggilnya dengan hanya nama saja. Padahal usianya jauh lebih muda darinya.“Hei, kenapa kau mirip sekali dengan Nenek? Dia selalu meribetkan hal-hal kecil seperti ini.”Hilbram tersenyum melihat sepupunya itu mencebik. Gadis ini memang selalu membuatnya terhibur. Yah, itu karena Hilbram tidak punya banyak waktu sekedar bersama teman atau mencari hiburan yang  lain. Setidaknya memiliki sepupu membuatnya masih bisa bercanda.“Ada apa dengan kekasihmu itu? Dia meninggalkanmu saat hamil?” tanya Hilbram, dia juga bisa melihat perut Thalita mulai
Baca selengkapnya

Panggilan Tidak Bernama

Hilbram sedang memeriksa laporan perusahaannya saat ponsel di samping laptopnya berkedip. Tidak ada nama pengirim yang tertera. Jadinya, dibiarkan saja panggilan itu tidak terjawab.Beberapa saat kemudian, ponselnya berkedip kembali. Sepertinya, nomor sama yang menghubunginya lagi. Barulah dia tercenung menatap layar ponselnya.Tidak sembarang orang yang tahu nomor ponselnya. Mungkinkah itu panggilan penting dari orang yang dikenalnya.Hanya karena tidak mau terus diganggu, akhirnya Hilbram mengangkat ponsel itu.“Hallo?” Suaranya dingin. Setelah mendengar tidak ada pergerakan dari seberang. Dia mengulang sekali lagi sapaannya, jika tidak ada hal penting maka dia akan segera menutupnya.Namun, akhirnya terdengar juga suara seseorang di seberang sana.“Tuan, apa kabar?”Hilbram mengernyitkan dahinya dan memikirkan apakah dia pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya? Siapa wanita  yang menghubunginya ma
Baca selengkapnya

Menunggu Balasan

Hanin melihat Ayesha membolak-balik makanannya tapi tidak juga dimakannya. Setelah panggilan waktu itu yang tidak ada respon baik, Ayesha malah terlihat murung sepanjang hari.“Mungkin dia sedang sibuk dan tidak menyangka kalau itu dirimu. Bisa jadi seperti itu ‘kan?” Hanin masih menghibur Ayesha.Padahal, Hanin sendiri merasa tidak suka Ayesha terlalu berharap pada pria yang sudah menelantarkannya itu. “Benar, Nin. Mungkin aku kirim pesan dulu kali ya?” tiba-tiba Ayesha mendongakan tatapnya dan melihatkan seribu harapan masih terpancar di manik matanya yang teduh itu.Hanin hanya bisa mengangguk dan menyodorkan ponselnya. Asal Ayesha bisa terlihat senang, dia berharap yang terbaik saja.Dengan tangan bergetar karena tidak sabar ingin menghubungi Hilbram,  Ayesha mengetikan sesuatu di sana. Ini bukan tengah malam, mudah-mudahan Hilbram membalas pesannya dan langsung menghubunginya?[ Assalamu’aa
Baca selengkapnya

Melacak Nomor Ponsel

Taher mengetuk pintu, Hilbram langsung menyuruhnya masuk.Pria itu kemudian melaporkan data-data yang sudah didapatnya.“Nomor ponsel ini didaftarkan atas nama Hanin Prajayaksa. Dengan alamat sesuai identitas di kota Surajaya.”Hilbram mencoba mengingat, adakah dia mengenal nama Hanin?“Kau kenal nama itu?” tanya Hilbram pada Taher.“Sama sekali tidak, Tuan!”“Mungkin di kota Surajaya, aku pernah bertemu atau mengenal seorang wanita di sana?”Taher terdiam. Apakah nomor ponsel itu ada hubungannya dengan nyonya-nya yang hilang itu?“Taher?” Hilbram menggugah Taher yang belum menjawab itu.“Oh, makam orang tua Anda ada di Kota Surajaya. Anda juga memiliki rumah pribadi di sana. Ada perusahaan cabang juga yayasan pendidikan Al Faruq yang didirikan Nyonya Safina di kota tersebut.”“Aku tidak lupa hal itu, Taher.” Hilbram merasa Taher t
Baca selengkapnya

Berusaha Sembuh

“Dokter, apa aku sudah lebih baik?” tanya Hilbram saat harus mengontrol kesehatannya.Kakinya sudah lebih baik dan dia sudah tidak harus duduk di kursi roda. Namun dia masih butuh tongkat agar tidak terlalu berat menahan tubuhnya di kaki yang masih dalam taraf penyembuhan.“Berangsur membaik, Tuan. Anda sudah tidak perlu memakai kursi roda kalau Anda mau.”“Bukan hal itu. Maksudku—apa ada kemungkinan aku mendapatkan ingatanku kembali?” tanya Hilbram mencari tahu.Dokter Rana, dokter keluarga Al Faruq menatap Hilbram dan memperhatikan apa pasiennya itu  mulai mengingat sesuatu?“Katakan pada saya, Tuan. Adakah sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?”“Bagaimana dikatakan mengganggu itu?” Hilbram tidak tahu pasti apa yang dimaksud dokter. Kalau yang menganggunya hanya karena dia merasa tidak ingat apapun, setiap hari memang seperti itu adanya.“Misalnya, tiba-tib
Baca selengkapnya

Mengenyahkan Kenangan

Kembali ke rumah pribadinya, ada perasaan yang tidak bisa diungkapnya. Dia bingung hal apa itu?Menatap taman di samping rumahnya yang penuh bunga-bunga, dia teringat seseorang yang menyukai bunga.Siapa?Neneknya kah yang dilihatnya sedang memetik bunga dan merangkainya di sana? “Bram, di mana kamarku?” Thalita terlihat memegangi pinggangnya, mungkin lelah.Sebentar lagi dia sudah masuk bulan melahirkan. Sungguh kasihan jika melihat wanita hamil. Tampak kesusahan dengan perutnya yang membesar. Terlebih Thalita tidak bersama ayah dari bayinya.  Hilbram berpikir, tega sekali pria yang sudah membuat sepupunya hamil itu namun malah meninggalkannya.Momo hadir dan menunjukan kamar yang akan di tempati Thalita.“Saya sudah bersihkan, Nona. Silahkan!”Setahu Momo Thalita adalah sepupu Hilbram. Pernikahan itu belum banyak yang mengetahui. Bahkan pegawai Hilbram yang tidak serumah, tidak juga mengetah
Baca selengkapnya

Hati Yang Hancur

“Besok kau akan ke Qatar ‘kan? Jadi sekarang kau harus menemaniku jalan-jalan!”Thalita menggandeng lengan Hilbram saat mereka memutuskan jalan-jalan sore itu di sebuah mall.“Jahat sekali kamu, Bram! Istri mau melahirkan malah ditinggal.” Masih Thalita bergumam kesal.“Papa dan Mamamu akan datang, kau akan balik ke Kota Pusat besok. Lagi pula ini juga di luar rencanaku. Tadinya aku mau berlibur saja sementara waktu di kota kelahiranku ini. Ternyata ada hal yang membuatku harus datang ke Qatar.”Hilbram juga terlihat sangat kecewa. Rahman memang tidak memaksanya untuk hadir jika Hilbram tidak menginginkannya.Namun, pria itu menyampaikan sesuatu yang sekiranya membuat Hilbram tidak tenang  kalau tidak datang ke Qatar.Bagi pria berprinsip dan berkomitmen tinggi terhadap pekerjaannya, Hilbram tentu memilih untuk pergi ke Qatar.“Tunggu di sini sebentar, aku mau ke belakang!” Th
Baca selengkapnya

Melahirkan

“Mbak? Mbak tidak apa-apa?”Seorang pria terkejut ketika tiba-tiba Ayesha roboh di pelukannya saat masih ada di lift.“Eh, sadar Mbak!” Pria muda itu sedikit panik karena Ayesha pingsan. Dia tidak mungkin mengabaikannya apalagi tahu kalau wanita yang pingsan di pelukannya itu sedang hamil besar.Begitu lift terbuka, pria itu berteriak meminta tolong, namun sepertinya orang yang tidak banyak di luar sana hanya terbengong. Baru kemudian seorang petugas datang terburu menghampiri.“Pak Sebastian?” Petugas keamanan itu terkejut karena melihat bos pemilik mall tempatnya bekerja sedang memapah wanita yang hamil. Setahunya, bosnya itu belum menikah.“Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak lihat aku membawa wanita hamil?” Pria yang bernama Sebastian itu melotot pada petugas itu.“Oh, baik, akan saya panggilkan ambulans.” Petugas itu jadi ikutan panik. Jangan-jangan wanita yang bersama bosnya itu akan segera melahirkan.“Hai, tunggu!” Sebastian jadi bingung sendiri. Akhirnya dia menggendong tubuh
Baca selengkapnya

Bayi Laki-laki

“Ayah, bisa adzani putranya Ayesha?”Santi yang masih sembab melihat perjuangan Ayesha melahirkan menghampiri suaminya yang baru datang. Pria itu langsung menuju rumah sakit seusai kerja saat putrinya menyampaikan temannya melahirkan.Prajayaksa, namanya. Dia salah seorang manajer di perusahaan keluarga Al Faruq yang ada di Kota Surajaya. Prajayaksa sudah mengetahui bahwa teman putrinya itu adalah istri bos besar pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Namun, dia tidak terlalu paham bagaimana pada akhirnya Ayesha berpisah dengan bos besarnya itu. Di kantor tidak ada isu apapun yang membahas hal ini.Di tempatnya bekerja, mereka tidak terlalu memahami keluarga pemilik perusahaan. Karena Hilbram sendiri tidak berkantor di Kota Surajaya. Dia hanya sekali dua kali saja menyambangi perusahaan itu. Selebihnya sudah ada pegawainya yang menangani. Sehingga tentang bagaimananya seorang Hilbram, merupakan sebuah misteri. Terlebih bagi pegawai biasa saja.Praja sendiri selama bekerja puluhan tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status