Axel duduk di bagian paling ujung-tengah dari meja yang berbentuk oval itu. Total keseluruhan ada sekitar 20 kursi yang mengelilingi meja. Hampir semua kursi terisi, kecuali beberapa saja yang memang tak bisa hadir pada pertemuan darurat itu. Ruang pertemuan itu terasa penuh dengan ketegangan. Wajah-wajah mereka dingin dengan menahan kecewa di masing-masing dada. Beberapa bahkan duduk dengan sikap acuh tak acuh seolah-olah itu sebagai wujud protes atas kekesalan mereka terhadap Axel. “Tanpa mengurangi rasa hormatku padamu, Tuan Axel. Kau sama sekali tidak kompeten untuk memimpin dan mengelola perusahaan ini,” keluh seorang pria dengan jenggot lebat dan kacamata di pangkal hidungnya. “Apa itu artinya kau mengatakan bahwa ayahku keliru telah mewariskan perusahaan ini padaku?” desis Axel. “Yah, benar.” Seorang perempuan menyahuti pertanyaan Axel dengan ketus. “Sudah terlalu banyak skandal yang kau timbulkan, Tuan Axel. Bahkan, sikap aroganmu itu semakin memperburuk nilai penjualan sa
Baca selengkapnya