Niken mengakhiri penampilannya dengan sangat sempurna dan memukau, tapi dia tak menyadari hal itu. Ketika nada terakhir dari tuts piano selesai dimainkan, Niken sedikit menundukkan wajah. Dia merasa gagal dan malu. Suasana menjadi hening untuk beberapa detik. Seolah-olah semua tamu undangan yang hadir malam itu tersihir oleh penampilannya. Seorang pemuda yang sebelumnya terus melirik ke arah Niken dan Axel, lebih dulu bertepuk tangan. Tepukan tangannya menyadarkan orang-orang. Lalu, mereka semua serempak ikut memberikan tepuk tangan yang meriah untuk penampilan Niken yang memukau. Diam-diam Axel mengembuskan napas lega, meski ketegangan masih melingkupi sekujur tubuhnya. Dia segera maju ke tempat Niken berdiri dan mengulurkan tangan untuk membawa gadis itu kembali ke sisinya. Ketika menggenggam tangan Niken dan memeluk pinggang gadis itu, Axel terlihat begitu posesif. Dia bisa merasakan betapa tubuh Niken bergetar dan menggigil di saat yang bersamaan. Axel sendiri pasti akan merasa
Read more