Home / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dalam Genggaman CEO Alpha: Chapter 51 - Chapter 60

92 Chapters

51| Ya, Aku Hamil!

Wajah Niken seketika pias saat tahu Axel mendengar semua percakapannya dengan Celine. Niken bahkan tak ada niat untuk membeberkan rahasia kehamilannya. Dia mengaku hamil di depan Celine, hanya bertujuan menggertak perempuan itu. Agar Celine tak mengusik Niken lagi. Rupanya, rencana Niken malah malah dianggap serius oleh Celine dan juga didengar oleh Axel. “Katakan padaku, Niken,” ujar Axel dengan serius dan nada sedikit tajam. “Apakah kau benar-benar hamil?” Niken menatap Axel dan berkedip dua kali. Dia bermaksud memberitahu Axel bahwa itu hanya sandiwara untuk membohongi Celine. Tapi, tampaknya Axel tak mengerti arti kedipan mata Niken. ‘Jika aku berkata itu hanya sandiwara, maka Celine pasti akan semakin menginjak-injak harga diriku dan mengusirku dengan segala cara. Tapi, jika kukatakan memang sedang hamil, aku tidak tahu apa yang akan Axel lakukan. Meskipun aku memang sungguh hamil.’ “Kau tidak tahu jika gadis ini hamil?” Suara Celine menyita perh
Read more

52| Pernikahan Cinderella

Saat Axel bangun di pagi hari dan pergi ke dapur untuk mengambil air, dia melihat sebuah catatan tertempel di pintu kulkas. Dengan cepat, Axel menyambar catatan yang ditulis oleh Niken. Dia membacanya lalu meremas kertas tersebut menjadi gumpalan sebelum melemparnya ke tempat sampah. “Kau pikir bisa lolos dariku, Niken? Apalagi setelah aku tahu bahwa kau sedang hamil. Kau… tidak bisa pergi begitu saja.” Niken memanggil taxi untuk membawanya pergi meninggalkan rumah pantai. Gadis itu meninggalkan rumah ketika matahari bahkan belum terbit. Dia masih mengantuk dan tertidur di bangku belakang taksi. “Nona, kita sudah sampai.” Niken yang terus tertidur lelap pun akhirnya bangun. Dia masih setengah sadar ketika bertanya pada song sopir taksi berapa tagihan yang harus dia bayar. “Apakah saya perlu mengantarkan barang-barang Anda ke dalam?” Niken mulai duduk tegak. Dia mengucek mata dan melihat keluar jendela. “Kau membawaku ke mana?”
Read more

53| Persetan dengan Kontrak!

“Katy?“ Niken terkejut melihat kemunculan Katy di pesta pernikahannya. Setelah beberapa waktu yang lalu Andrew memburu dan mengejarnya, bahkan sampai mendatangi Niken di rumah pantai, kini tiba-tiba yang Katy muncul dengan membawa teror. Sekelebat, Niken melihat Katy membaur di antara para tamu undangan. Niken yang masih berada di altar, mulai teralihkan perhatiannya. Dia celingukan dan menebarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan untuk mencari Katy. Tapi, gadis itu sudah tidak terlihat di mana pun. ‘Apa yang dia inginkan dan rencanakan? Apakah dia dan Andrew bekerja sama untuk mengusikku? Tidak akan aku biarkan mereka sekali lagi menghancurkan kehidupanku.’ Niken sudah sangat penasaran dan gelisah. Tanpa sadar, dia sudah turun dari altar dan berjalan cepat meninggalkan Axel dan para tamu undangan untuk mencari Katy. Saat Niken hampir mendapatkan Katy yang mencoba keluar dari tempat pesta, seorang tamu undangan mengadang langkah Niken.
Read more

54| Darah di Gaun Pengantinku

“Axel Marais,” desis Niken. “Bersikaplah dewasa. Kau hanya seperti bayi besar yang sedang merajuk saat ini.” Axel yang awalnya ingin menggoda Niken, tiba-tiba menjadi geram. Dia merasa tersinggung karena dikatai sebagai bayi besar. “Apa?” Axel mengangkat satu sudut bibirnya. “Bayi?” Axel pun mencebik. “Jadi, kau ingin kita seperti orang dewasa?” Di luar dugaan Niken, bukannya menjauh Axel malah melepas kemejanya dengan tergesa-gesa. Niken begitu gugup. Dia menjadi salah tingkah. Niken berusaha mengalihkan tatapan dari Axel, tapi lagi-lagi nalurinya terus menarik Niken untuk menikmati setiap lekuk tubuh berotot Axel yang telanjang. “Pernikahan kita tidak nyata!” ujar Niken dengan panik. Axel tidak peduli. Dia sudah terlanjur kesal. Dia sudah bertelanjang dada dan kini mulai melepas sabuk celananya. Axel berjalan mendekati Niken dengan penuh ancaman. “Pernikahan kita hanya sandiwara! Ingat kontrak kita!” teriak Niken.
Read more

55| Hadiah Permintaan Maaf

“Dasar kau bajingan!” keluh Niken di antara isak tangisnya. “Kau hampir membunuhku dan calon bayiku!” Axel merasa sangat senang dan bahagia karena Niken sudah memiliki kembali gairah hidupnya. Dan itu ditunjukkan dari kemarahan serta gerutuannya. Sambil tetap memeluk gadis itu, Axel berujar dengan nada pura-pura marah. “Apa maksudmu dengan membunuhmu? Aku sudah menyelamatkanmu. Aku membawamu cepat-cepat ke rumah sakit untuk menyelamatkan kalian berdua. Kau harusnya berterima kasih padaku, bukan malah mengataiku sebagai seorang bajingan.” Niken langsung mendorong Axel kuat-kuat hingga hampir terjungkal karena tidak siap. “Apa-apaan ini? Setelah puas dengan pelukan hangatku dan sekarang kamu campakkan aku?” “Aku ingin pulang,” ujan Niken sambil cepat-cepat menghapus sisa air mata di wajahnya. “Aku tidak mau tinggal terlalu lama di sini. Rumah sakit membuatku gila!” Axel mengerti jika Niken merasa tertekan berada di rumah sakit. M
Read more

56| Penolakan dan Kecewa

Clarissa mendatangi Niken dan Axel yang sedang bermain kembang api di pantai. “Apa yang kau lakukan di sini?” Wajah Axel terlihat sangat tidak suka dengan kemunculan Clarissa. Niken menyapa perempuan itu dengan sewajarnya. Meski pernah dibuat kesal oleh Clarissa, tapi Niken merasa tidak berhak ikut campur dalam urusan Axel dan perempuan itu. “Katamu kau sedang sibuk,” ujar Clarissa. “Jadi aku mendatangimu ke sini.” Lalu Clarissa menoleh ke arah Niken. “Maaf jika aku mengganggumu.” Niken menunjukkan sikap ceria dan seolah-olah dia tidak terpengaruh. “Tidak masalah. Jika memang kalian ada urusan, silahkan selesaikan. Aku akan kembali ke rumah. Atau kau ingin ke rumah juga? Aku bisa menyiapkan camilan dan minuman untukmu.” Clarissa hanya melirik Axel menunggu pria itu memberinya izin. Niken mulai mendorong kursi rodanya sendiri. Ini pertama kali dia menggunakan kursi roda sehingga terlihat begitu kesulitan. Axel mendesah. Dia pun
Read more

57| Hadiah Terindah

Niken kembali ke rumah pantai. Dia melihat Axel sedang tertidur di bangku taman sambil menutupkan buku ke wajahnya. Niken tiba-tiba menjadi iri dan marah saat melihat Axel enak-enakan tidur di sana. “Kehidupan pribadi CEO misterius apanya? Dia tidak memiliki kehidupan pribadi selain makan, tidur, dan berolahraga. Lihat saja dia bahkan sekarang sedang bermalas-malasan di sana.” Niken berjalan cepat mendekati Axel yang berbaring terlentang di bangku taman. Niken mendorong kaki Axel dengan ujung sepatunya. “Geserlah! Aku mau duduk,” seru Niken sambil menggerutu. Buku yang menutupi wajah Axel pun terjatuh. Pria itu kaget karena tiba-tiba dibangunkan. Axel pun segera duduk dan terheran-heran melihat Niken pulang dengan bermuka masam. “Kau tidak bekerja?” sindir Niken. “Kau lupa? Aku mengambil cuti karena sedang berpura-pura menikah dan berbulan madu denganmu. Jadi bagaimana? Apa mereka akan menerbitkannya?” Niken sangat malu. Semala
Read more

58| Tulisanmu Buruk Sekali

Niken dan Axel sudah bersiap akan pergi ke Magic Land. Barang-barang pribadi sudah mereka masukkan ke mobil. Bahkan, Marco dan Carlos juga siap untuk mengikuti dan mengawal mereka dari kejauhan. Axel membukakan pintu mobil untuk Niken masuk. Saat itu, ponsel Niken berdering. “Siapa yang menghubungiku?” pikir Niken sambil merogoh tas dan mencari ponselnya. Itu adalah ponsel baru dan tidak banyak orang yang tahu nomornya selain Axel. Axel menyipitkan mata. Tangannya sampai lelah karena harus menahan pintu. Sedangkan Blari tidak segera masuk. Gadis itu malah menjawab telepon dan sedikit menjauh dari Axel. “Niken Raswani?” tanya seorang pria di telepon. “Yah, ini aku. Kamu siapa?” “Apa kau lupa sudah memberikan nomor ponselmu di kertas catatan yang kau tempelkan di atas naskah novelmu?” Niken segera berpikir cepat. Dia langsung teringat pada Louis Marais. “Oh, Louis Marais? Maaf, aku tidak mengenali suaramu.” Teling
Read more

59| Pulang Larut dan Membuatku Cemburu

“Apa maksudmu? Apa kau memintaku untuk melakukan hal-hal yang buruk, Louis?” Louis tersenyum kaaku. Dia pun melepaskan cengkramannya dari tangan Niken dan meminta maaf. “Tidak, aku benar-benar menawarkan pekerjaan untukmu. Kirimkan satu sinopsis setiap minggu. Jika hasilnya baik, mungkin akan bisa dijadikan film. Aku akan membayarmu sesuai dengan kualitas naskah yang kau kirimkan padaku.” Niken kaget antara percaya dan tidak. Akhirnya dia menyadari bahwa itu tantangan yang sangat serius. Pekerjaan yang ditawarkan oleh Louis benar-benar akan menguji kemampuan Niken dalam hal menulis. “Baiklah! Aku sepakat.” Louis tertawa. “Cepat sekali kau berubah pikiran? Tapi aku suka dengan sikap terbuka dan ceriamu. Beruntung sekali kakakku bisa menikahi perempuan seperti dirimu.” Senyum hilang sama sekali di wajah Niken dan berubah menjadi rasa bersalah. “Louis, maafkan aku atas kejadian yang tadi.” “Tidak masalah, aku bisa mengerti posisim
Read more

60| Keluarlah dari Rumah Ini Sekarang Juga!

Niken tidak bisa berlari cepat karena dia harus berhati-hati dengan keselamatan bayi di dalam perutnya. Tepat saat Niken akan meraih gagang pintu kamar, Axel sudah mendahului dan mengadang Niken.Niken terkesiap.“Oke, aku minta maaf. Tadi aku hanya bercanda. Oke?”Axel tersenyum sinis. “Minta maaf? Bercanda? Semudah itu?”Niken mulai gugup dan ketakutan. Tampaknya Axel kali ini benar-benar marah dan serius ingin melakukan sesuatu padanya.“Ah, kau lapar, kan? Kau belum makan malam? Bagaimana jika aku saja yang menyiapkan makan malam untukmu?”Niken pun berbalik arah dan akan turun lagi ke dapur.Axel menarik tangan gadis itu dan menyeretnya ke dalam pelukan. Niken membeku selama beberapa detik yang sangat panjang. Axel memeluknya dari belakang dengan sangat posesif.“Axel? Apa yang kau lakukan?”“Hukuman untukmu,” bisik Axel di telinga Niken.Gadis itu b
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status