Home / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Dalam Genggaman CEO Alpha: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

70| Banyak Rahasia yang Tersimpan

Niken melepas kacamatanya. Dia masih duduk di depan laptop di meja kerjanya. Beberapa kali Niken menoleh ke arah pintu dan sesekali memeriksa jam di dinding. “Sudah lewat tengah malam. Dia belum pulang juga. Meski sudah kukatakan berulang kali pada diriku sendiri untuk tidak menunggunya, tapi tetap saja aku terus menunggu.” Niken mendesah sambil menyandarkan punggung lelahnya. Dia mengusap-usap perutnya yang membesar dan terasa semakin berat. “Oh, kau menendang? Kau belum tidur, sayang?” Dia merasakan bayinya menendang sesekali. Ada perasaan takjub sekaligus geli yang menjalar dari perut ke sekujur tubuh Niken setiap kali sensasi tendangan itu datang. “Apa kau juga menunggunya pulang?” Niken berbicara pada bayi di perutnya. “Di saat seperti ini, aku rasa aku menyukainya. Tapi, saat melihat cara dia berbicara, aku sama sekali tidak menyukainya.” Niken menggeleng-geleng dan sekali lagi menghela nafas berat. *** Axel terjaga di pagi hari. Dia duduk tegak sambil memegang kepalan
Read more

71| Axel Cemburu

Niken dan Louis sudah masuk ke bioskop dan mencari tempat duduknya. Niken benar-benar terlihat gugup dan panik. “Kenapa mereka ada di sini? Apa mereka benar-benar akan mulai menggangguku saat ini?” “Ada apa?” tanya Louis ketika mereka sudah duduk dengan nyaman. “Oh, tidak ada apa-apa.” “Apa kau merasa tidak nyaman karena temanmu melihat kita nonton berdua?” Niken cepat-cepat menggeleng. “Tentu saja tidak. Bukan karena itu. Hanya saja, aku merasa tidak nyaman karena dia terus mengatakan padaku bahwa kamu mungkin tertarik padaku.” Louis diam-diam tersenyum. “Tapi, kenyataannya aku memang tertarik padamu.” Senyum hilang sama sekali dari wajah Niken. Dia menoleh pada Louis dan menatapnya dengan serius. “Apa?” Dengan santai Louis menjawab, “Kau mungkin tidak tahu bahwa sebenarnya aku adalah orang yang sangat sibuk. Tapi, aku rela meluangkan waktu dan mengajakmu nonton. Itu bukan hal yang mudah untukku.” Niken kebingungan dan gelagapan. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa kat
Read more

72| Melepaskan Diri dari Obsesi Ingin Memiliki

“Ibuku?” Louis mengerutkan kening. “Niken, apa kau yakin ibuku ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu? Aku merasa ini tidak akan menjadi hal yang baik. Tapi kalau kau yakin untuk pergi ke sana, aku akan mengantarmu.” “Tidak perlu,” sergah Niken. “Turunkan saja aku di sini. Axel sedang dalam perjalanan menjemputku. Kami akan ke rumah ibumu bersama-sama.” Louis mengabaikan permintaan Niken. Dia menolak menurunkan Niken dalam perjalanan. Louis bersikeras mengantarkan Niken langsung ke rumah besar keluarga Marais. Mobil Louis berhenti di pelataran rumah besar keluarga Marais. Dari arah yang berlawanan, mobil Axel juga berhenti di saat yang sama. Mobil mereka pun saling berhadapan. Axel dan Louis saling tatap melalui balik kemudi masing-masing. Niken melihat ketegangan di antara mereka. Dia pun segera turun dari mobil Louis dan menghampiri Axel dengan tergesa. “Ayo, kita pergi!” ujar Axel sambil menarik tangan Niken. “Pergi? Apa maksudmu pergi?” Niken kebingungan. “Ya, apa maksud
Read more

73| Pamer Kemesraan

“Niken, bersiaplah! Louis akan datang untuk makan malam di rumah kita.” Niken yang sedang bekerja dan sibuk dengan sinopsisnya tiba-tiba terhenyak. “Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba sekali? Dan sejak kapan kau menjadi baik serta akrab dengan adik tirimu, Axel?” “Jangan protes dan jangan banyak tanya! Sebaiknya kau segera bersiap. Beberapa jam lagi Louis akan datang untuk makan malam.” Niken gelagapan. “Tapi, aku belum menyiapkan apapun untuk makan malam. Dan aku tidak tahu harus menjamunya dengan apa?” “Kau tidak perlu memikirkan itu. Aku sudah menyiapkan segalanya. Kau hanya perlu merias diri secantik mungkin. Ingat, di depan Louis kau harus bersikap selayaknya istriku!” Niken menggerutu kesal. Axel meninggalkannya begitu saja. Niken tidak tahu apa yang sedang Axel. “Pria itu selalu memberiku banyak kejutan. Dia juga sama sekali tidak terduga.” Axel kembali ke dapur dan sibuk menyiapkan hidangan makan malam. Dia sudah merencanakan semua ini setelah berhasil menggagalkan rencan
Read more

74| Kembali Menunggu dan Kecewa

Terjaga di pagi hari, Axel terlihat begitu gembira dan bersemangat. Niken sampai heran melihatnya. Biasanya saat bangun pagi, muka Axel sudah terlihat judes dan galak. “Ada apa?” Niken penasaran. “Kau aneh sekali hari ini. Kau terlihat begitu gembira.” “Tidak juga,” kelak Axel sambil menyembunyikan senyum gembiranya. “Kegiatanmu apa hari ini?” “Aku akan bertemu dengan Louis sore ini untuk membawa sinopsisku.” Axel sudah siap mengumpat dan marah tapi dia menahan diri. “Sungguh? Kapan akan selesai?” Axel berkata dengan ketus. “Entahlah,” jawab Niken dengan acuh tidak acuh. “Kegiatanku hanya menandatangani beberapa dokumen dan surat-surat. Kalau aku sudah selesai, mari kita makan bersama!” Axel berkata dengan tegas dan pedas di hadapan Niken. Niken tiba-tiba merasa merinding. Dia menggosok-gosokkan kedua lengannya dan menatap Axel dengan heran. “Ada apa denganmu? Tadi kau senyum-senyum sendiri dan sekarang tiba-tiba marah. Kau benar-benar aneh.” Merasa bersalah, Axel pun kembal
Read more

75| Hujan yang Menggigilkan

Niken tidak sadar betapa lelahnya dia semalaman. Sepanjang malam dia terus menangis dan marah sampai tertidur di sofa. Begitu membuka mata, cahaya matahari sudah menerangi seluruh isi rumah. Niken cepat-cepat bangun. Dia pikir Axel mungkin sudah pulang dan tidur di kamarnya. Berhati-hati, perempuan itu menaiki tangga menuju ke lantai dua. Niken berdiri di depan kamar Axel yang tertutup dan perlahan membukanya. Kamar itu kosong. Posisi kasur juga masih dalam keadaan rapi–tidak terjamah sama sekali. Itu artinya Axel memang tidak pulang selama semalaman. Kemarahan semakin berkobar di dalam dada Niken. Dia kembali turun ke lantai dasar dan duduk termenung di sofa. Axel pun pulang. Dia membuka pintu dan melihat Niken duduk sendirian di sofa ruang tamu. “Niken? Kau bangun pagi hari ini?” sapa Axel. Niken hanya duduk diam sambil melirik Axel dengan tajam. Dia tidak berkomentar apa pun. Melihat Niken yang diam saja dan sama sekali tidak merespon, Axel pun berjalan mendekatinya. “Kau…
Read more

76| Menjemput Istriku

“Aku bersikap dingin padamu?” tanya Louis sambil mengerutkan kening. “Ya!” Balas Niken. “Tinggalkan pekerjaanmu di sana dan pergilah! Aku tidak paham denganmu! Kita akan membicarakannya nanti.” Niken menirukan gaya berbicara Louis saat terakhir kali mereka bertemu di kantornya. “Aku bersikap seperti itu?” tanya Louis pura-pura lupa. “Ya. Kau tahu betapa aneh rasanya?” Tiba-tiba Louis tertawa geli melihat tingkah Niken yang mencoba meniru gaya berbicaranya. Lalu mereka berdua pun tertawa bersama-sama. *** Axel kembali ke rumah dengan tangan kosong setelah usahanya mencari Niken sia-sia. Kembali ke rumah tanpa hasil membuatnya semakin frustrasi. Dengan pakaian masih basah kuyup, Axel terus mondar-mandir di rumahnya seperti orang gila. “Ke mana dia pergi? Aku bahkan tidak bisa merasakan kehadirannya. Aku sudah mencoba melacak jejaknya melalui penciumanku tapi tidak berhasil menemukannya. Seolah seseorang telah menghapus jejaknya.” *** Louis membawa dua cangkir teh hangat ke ru
Read more

77| Bersembunyi di Dalam Lemari

Dua bulan kemudian, Niken kembali bekerja dan bertemu dengan Louis untuk menyerahkan sinopsis yang sudah dia kerjakan. Tapi, hari itu Louis malah meminta Niken untuk bertemu dengannya di taman. “Aku pikir kau orang yang sibuk?” ujar Niken. “Tapi, kau malah memilih bertemu denganku di tempat seramai ini?” “Aku hanya ingin tahu bagaimana pemuda sekarang berkencan. Kita sudah nonton dan juga makan bersama. Apalagi yang bisa kita lakukan kalau bukan berjalan-jalan di taman berdua?” “Kencan?” Niken mengangkat kening dan tidak paham dengan arah pembicaraan Louis. “Anggap saja kita sedang berlatih dan melakukan simulasi kencan untuk riset sinopsis yang harus kau kerjakan. Dari tulisanmu, aku bisa membaca bahwa kau tidak cukup berpengalaman dalam hal percintaan. Bukankah begitu?” Wajah Niken merah menahan malu. Dia bahkan menghancurkan masa mudanya yang begitu berharga dengan satu kesalahan dana kecerobohannya. Karena Niken berkencan dan percaya pada pria yang salah. Mereka menghabiskan
Read more

78| Memperbarui Kontrak

Tarik-menarik terjadi selama beberapa menit yang melelahkan. Akhirnya Axel menyerah karena lemari itu sangat sempit untuk tubuhnya yang besar dan berotot. “Kenapa dia kuat sekali?” gerutu Axel. Niken tidak mau menyerah dan terus menarik pintu lemari itu. Pada tarikan terakhir, dia bahkan mengerahkan seluruh kekuatannya hingga Axel terjungkal keluar dari dalam lemari beserta baju-baju yang ikut terbawa. Niken menjerit karena kaget melihat Axel tiba-tiba menggelinding dari lemari. “Apa-apaan ini? Apa yang kau lakukan di dalam lemariku? Dasar mesum! Dasar psikopat! Pria brengsek!” Axel meringkuk di lantai setelah terjungkal dari lemari. Niken memukulinya menggunakan apa saja yang bisa dia temukan. “Niken, ampun! Hentikan! Aku bisa menjelaskan semuanya.” Mereka berdua pun duduk di meja makan setengah jam kemudian. Tidak ada yang berbicara. Mereka hanya saling menatap. Sedangkan Axel masih menunduk malu sambil memegangi pipinya yang masih terasa panas usai ditampar oleh Niken denga
Read more

79| Pernikahan Kontrak Tetaplan Sebuah Pernikahan

Niken memegang kontrak baru yang sudah mereka sepakati dan tandatangani. Niken benar-benar menyimpan salinan kontrak itu dengan baik. Ting Tong Bel rumahnya berbunyi. Niken sendirian di sana. Axel baru saja pergi bekerja. Niken cepat-cepat menyembunyikan salinan kontrak itu dan turun ke lantai dasar untuk membukakan pintu. Dia kaget saat melihat Clarissa berdiri di depan rumahnya. “Hai, apa kabar?” sapa Clarissa. Niken masih memegangi pintu yang separuh terbuka. Dia enggan membiarkan Clarissa masuk tapi juga tidak punya alasan untuk mengusir perempuan itu. Niken hanya bisa bersikap sopan sewajarnya pada Clarissa. “Ya, kabarku baik. Bagaimana denganmu? Kau ada perlu apa jam segini sudah ada di rumahku?” tanya Niken. “Maaf aku tidak menelpon dulu dan langsung datang ke sini. Bisakah aku berbicara denganmu?” Awalnya Niken pikir Clarissa datang untuk bertemu dengan Axel. Tapi karena Clarissa mengatakan ingin berbicara dengannya, Niken pun mempersilahkan Clarissa masuk. Usai meng
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status