Niken melepas kacamatanya. Dia masih duduk di depan laptop di meja kerjanya. Beberapa kali Niken menoleh ke arah pintu dan sesekali memeriksa jam di dinding. “Sudah lewat tengah malam. Dia belum pulang juga. Meski sudah kukatakan berulang kali pada diriku sendiri untuk tidak menunggunya, tapi tetap saja aku terus menunggu.” Niken mendesah sambil menyandarkan punggung lelahnya. Dia mengusap-usap perutnya yang membesar dan terasa semakin berat. “Oh, kau menendang? Kau belum tidur, sayang?” Dia merasakan bayinya menendang sesekali. Ada perasaan takjub sekaligus geli yang menjalar dari perut ke sekujur tubuh Niken setiap kali sensasi tendangan itu datang. “Apa kau juga menunggunya pulang?” Niken berbicara pada bayi di perutnya. “Di saat seperti ini, aku rasa aku menyukainya. Tapi, saat melihat cara dia berbicara, aku sama sekali tidak menyukainya.” Niken menggeleng-geleng dan sekali lagi menghela nafas berat. *** Axel terjaga di pagi hari. Dia duduk tegak sambil memegang kepalan
Terakhir Diperbarui : 2023-12-24 Baca selengkapnya