Home / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dalam Genggaman CEO Alpha: Chapter 11 - Chapter 20

92 Chapters

11| Kehilangan Ransel

“Carlos, biarkan dia pergi.”Axel memerintahkan kedua anak buahnya untuk menyingkir dan membiarkan Niken pergi. Niken yang sudah siap untuk melawan akhirnya hanya berjalan tenang meninggalkan Axel. Sebelum pergi, Niken sempat menoleh pada Axel dan mengangguk untuk memberikan ucapan terima.“Ranty, tunggu!” sergah Axel. Dia terlihat sangat berat hati membiarkan Niken pergi malam itu. “Aku mohon pertimbangkanlah lagi tawaranku. Simpanlah kartu namaku jika suatu saat kau berubah pikiran atau membutuhkan bantuan. Jangan ragu untuk menghubungiku kapan pun kau membutuhkannya.”“Yah, aku pasti akan menghubungimu ketika uangku sudah cukup untuk melunasi utang-utang itu, pasti.”Axel terlihat muram memandangi punggung Niken yang berjalan menjauh. Kedua pengawalnya berdiri di dekat Axel dan menggumamkan sesuatu.“Perlukah kami mengawasi gadis itu seperti sebelum-sebelumnya, Bos?”“Tidak. Malam ini biarkan dia sendirian. Aku khawatir dia akan curiga dan semakin tidak percaya jika tahu kalian ter
Read more

12| Menyelinap di Antara Mahasiswa

“Keluar dari sini dasar gelandangan sialan!” teriak petugas kereta di stasiun berikutnya.Pria itu mendorong Niken keluar dari kereta karena dia tak mampu menunjukkan tiket juga tak mampu membayar ongkos perjalanan.Niken berjalan menjauh dengan tubuh gemetar hebat. Dia peluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua lengan ke dada. Niken menundukkan kepala untuk menghindari tatapan sinis dan mencemooh orang-orang yang ada di stasiun.“Aku masih beruntung karena mereka tidak membawaku ke kantor polisi. Jika sampai itu terjadi mungkin aku akan dijebloskan ke penjara atau dikirim ke dinas sosial. Maka, mereka akan tahu jika aku seorang remaja yang hamil dan tak memiliki rumah.”Niken berdiri di belakang tiang besar penyangga peron bawah tanah. Dia bersandar pada tiang itu dan tubuhnya melorot ke lantai. Niken berjongkok sambil memeluk kedua lututnya. Dia benar-benar menangis sesenggukan seperti orang gila.“Apa yang har
Read more

13| Pergilah, Gelandangan!

Niken benar-benar berhenti. Tubuhnya membeku dan tak bergerak sama sekali. Sedang satu kakinya sudah menapak ke pijakan bus. “Nona, tunggu!” tegur sang petugas. Niken tak berani berbalik atau menoleh. Petugas itu berjalan mendekat ke arahnya dan membungkuk untuk memungut sesuatu di belakang Niken. Dia serahkan benda itu pada Niken. “Ini tanda pengenalmu terjatuh. Kau harus lebih berhati-hati. Tanpa tanda pengenal ini, kau tak akan bisa mengikuti seminar Dokter Axel Marais hari ini.” “Beruntung!” pikir Niken. Niken menundukkan wajah sambil menerima tanda pengenal itu dari sang petugas. Dia mengucapkan terima kasih sebelum benar-benar menaiki bus dan membaur di antara para mahasiswa yang lain. Niken meremas tanda pengenal itu dan cepat-cepat menyelipkannya di kantong celana. “Maafkan aku,” pikir Niken. “Siapa pun di antara kalian yang kehilangan tanda pengenal ini, aku terpaksa meminjamnya. Aku benar-benar membutuhkannya agar bisa masuk dan bertemu dengan Axel hari ini.” Niken m
Read more

14| Dia Menculikku

“Apa yang terjadi di sini?” Dua pria yang berjaga di depan pintu masuk ballroom dan juga Niken menoleh bersama ke arah datangnya suara. Axel Marais berdiri di sana dengan didampingi dua pengawal tampannya. “Tuan Marais?” ujar salah satu petugas penerima tamu. “Aku sudah meminta gadis ini untuk pergi, tapi dia menolak dan tetap berkeras menunggu Anda di sini.” “Anda tidak perlu khawatir Tuan Marais. Kami akan membereskannya,” ujar petugas yang lainnya. “Kami mohon maaf atas gangguan ini.” “Apa yang kalian pikir lakukan?” desis Axel pada kedua petugas itu. “Gadis ini adalah tamuku. Aku memang sedang menunggu kedatangannya. Kalian sudah bersikap kurang ajar pada tamuku.” Kedua petugas itu tergagap dan saling menatap tak percaya. Mereka segera menunduk untuk meminta maaf berkali-kali pada Axel dan juga Niken. Axel beralih pada Niken dan mendekati gadis itu. “Ada apa?” Nada suara Axel berubah lembut seketika saat berhadapan dengan Niken. “Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa mereka men
Read more

15| Kamar Suit

“Kau mau menculikku?” teriak Niken. “Menculikmu?” Axel mengulangi kata-kata Niken dengan rasa tak percaya. “Kau sendiri yang datang kepadaku. Kau yang masuk ke dalam mobilku dengan sukarela dan kesadaran penuh. Sekarang kau mengatakan bahwa aku menculikmu?” Niken kehabisan kata-kata. Dia masih terlalu muda untuk menghadapi situasi seperti ini. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Axel--pria dewasa yang hampir dia percaya, rupanya pandai sekali memanipulasi dan memutarbalikkan kata-kata. “Atau itu hanya perasaanku saja yang merasa dipermainkan oleh Axel?” pikir Niken sekali lagi. “Astaga, aku benar-benar masih muda dan sama sekali tak memiliki pengalaman hidup di dunia ini. Aku sungguh merindukan ibuku pada saat seperti ini. Dia pasti mampu memberikan nasehat dan membuka pandanganku tentang hal-hal yang terjadi.” Setelahnya mereka tak saling berbicara. Axel fokus mengemudi dan Niken pun terdiam memikirkan rencana-rencananya. Mobil berhenti di sebuah hotel yang terlihat mewah di pusa
Read more

16| Kontrak yang Menjebak

“Ranty, kau baik-baik saja?” teriak Axel sekali lagi. Niken menjadi panik di dalam kamar mandi. Dia mondar-mandir mencari apa pun yang bisa digunakan sebagai senjata. Niken pikir Axel bisa saja menerobos masuk dan melakukan sesuatu padanya. “Tunggu!” Niken berpikir sejenak. Dia berbalik menatap diri di depan cermin yang sangat besar di atas wastafel. “Kenapa aku harus panik?” Niken mendekat ke pintu dan menjawab pertanyaan Axel. “Ya, Tuan Marais. Aku baik-baik saja. Aku sedikit membuat kekacauan di sini dengan tak sengaja aku menjatuhkan beberapa peralatan mandi.” “Oh, baiklah. Aku akan meninggalkan handuk bersih di depan pintu kamar mandi. Aku pikir tadi lupa memberikannya padamu.” Niken menekan telinganya ke pintu dan mendengar langkah kaki Axel yang menjauh. Dia menghembuskan napas lega. “Jika aku kabur saat ini, maka aku tidak akan memiliki kesempatan untuk pergi ke Washington DC seperti rencana awalku. Aku hanya perlu keluar menghadapi pria itu dan meyakinkannya untuk membe
Read more

17| Bekerjalah Padaku

"Ya, ini kontrak perjanjian agar kau tinggal denganku sampai utang-utangmu terlunasi!” “Tapi, kau berkata... ini adalah kontrak kerja dan kau akan memotong penghasilanku selama bekerja denganmu? Kau ingin menjebakku?” “Bacalah dengan cermat pada poin berikutnya. Ya, secara tidak langsung kau memang akan bekerja untukku. Dan pekerjaanmu adalah hidup di sampingku. Aku akan menggajimu untuk semua itu.” Niken serasa kehilangan tenaga. “Ini lebih menakutkan dari hal-hal buruk yang pernah aku bayangkan selama ini tentang Axel Marais.” Niken semakin yakin bahwa Axel adalah seorang psikopat dengan kelainan tertentu. “Bubuhkan tanda tanganmu sekarang juga atau....” Axel menunduk dan mendekatkan wajahnya pada Niken. Gadis itu sampai harus menarik mundur kepalanya untuk menjaga jarak dari Axel. “Atau apa?” tanya Niken dengan gugup. Axel menyeringai dan sangat menakutkan. “Atau aku akan menyerahkanmu pada para pembunuh yang saat ini sedang memburumu!” “Kau mengancamku?” Niken berdiri teg
Read more

18| Aku Tahu Rahasiamu

Niken mematung di ambang pintu. Di depannya seorang pria berdiri menjulang dengan tubuh jangkungnya. Wajah pria itu sangat dingin dan dipenuhi dengan brewok. Dia mengenakan setelan serba hitam. Pelantang terpasang di telinga kanannya. “Kau?” Niken hanya menatap ketakutan pada pria itu. Dia juga melirik ke arah kiri. Di sana ada seorang pria lagi. “Sialan!” pikir Niken. “Aku tak akan bisa kabur dari sini. Kedua pengawal Axel berjaga di depan pintu. Kenapa aku tak memikirkan hal ini sebelumnya?” “Selamat pagi, Nona Ranty. Saya Carlos. Saya mendapat tugas dari Tuan Marais untuk membawakan pakaian dan keperluan Anda.” “Pakaianku?” Niken tak mengerti. Dia merasa kikuk ketika Carlos menatap pakaian yang dikenakan Niken. “Apa Carlos mengenali pakaian bosnya yang aku kenakan sekarang?” Niken sangat malu dengan penampilannya. Carlos menjentikkan jari dan empat perempuan datang dengan membawa banyak barang ke kamar hotel. “Apa semua ini? Aku tak mengerti.” Niken kebingungan. Di depannya
Read more

19| Makan Malam Istimewa

Para juru rias berhasil mengubah Niken menjadi seorang putri yang cantik malam itu. Mereka merasa puas dan bangga dengan hasil karya mereka sendiri. Keempat perempuan itu mengelilingi Niken dan menatapnya dengan perasaan kagum. “Kau harus segera turun dan menemui Tuan Marais. Dia pasti akan terpukau dengan kecantikanmu, Nona.” “Yah, kau sudah memiliki kecantikan yang alami. Bahkan sebenarnya tanpa perlu banyak riasan wajah pun, hanya dengan pakaian dan model rambut yang tepat, kau sudah terlihat begitu menawan.” Niken memberanikan diri menatap wajah dan tubuhnya di depan cermin. Dia memang terlihat sangat cantik bahkan seumur hidupnya dia tak pernah merasa secantik itu. Akan tetapi, Niken sama sekali tak bahagia. Ada perasaan jijik dan muak pada dirinya sendiri. “Bukan ini yang aku inginkan!” pikir Niken. “Meskipun orang lain memandangku sebagai gadis yang sangat beruntung karena memiliki kecantikan alami, bahkan sekarang hidup di samping pria yang sangat tampan dan kaya, tapi bu
Read more

20| Temani Aku Tidur Malam Ini

Axel terkejut harus bertemu dengan perempuan yang tak pernah dia harapkan kehadirannya. Dia ingin menghindari perempuan itu, apalagi melihat kondisi Niken yang tampaknya tidak sehat. Gadis itu masih menahan mual. Axel lekas membisikkan sesuatu pada Niken. “Hoeek!” Niken tak lagi bisa menahan diri. Dia muntah ke pakaian Axel. Perempuan di depan Axel mengipaskan tangannya dan memalingkan wajah menahan jijik. Axel mual dengan tatapan jijik itu. Dia masih memegangi bahu Niken dan membisikkan sesuatu. “Pergilah ke toilet. Aku akan menyusulmu. Jika kau kesakitan atau mengalami masalah sampaikan pada Carlos atau Marco.” Niken langsung berlari secepat kakinya mampu melangkah. Kedua pengawal Axel mengikuti gadis itu sesuai instruksi dari tatapan Axel. “Dia kekasihmu?” Perempuan yang masih berdiri di depan Axel itu menatap tajam dengan suara yang sinis. “Kau hanya bisa membuat masalah.” “Ada urusan apa kau di sini?” tanya Axel. “Apa pelayan di depan tidak menyampaikan bahwa restoran ini s
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status