Beranda / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / 11| Kehilangan Ransel

Share

11| Kehilangan Ransel

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Carlos, biarkan dia pergi.”

Axel memerintahkan kedua anak buahnya untuk menyingkir dan membiarkan Niken pergi. Niken yang sudah siap untuk melawan akhirnya hanya berjalan tenang meninggalkan Axel. Sebelum pergi, Niken sempat menoleh pada Axel dan mengangguk untuk memberikan ucapan terima.

“Ranty, tunggu!” sergah Axel. Dia terlihat sangat berat hati membiarkan Niken pergi malam itu. “Aku mohon pertimbangkanlah lagi tawaranku. Simpanlah kartu namaku jika suatu saat kau berubah pikiran atau membutuhkan bantuan. Jangan ragu untuk menghubungiku kapan pun kau membutuhkannya.”

“Yah, aku pasti akan menghubungimu ketika uangku sudah cukup untuk melunasi utang-utang itu, pasti.”

Axel terlihat muram memandangi punggung Niken yang berjalan menjauh. Kedua pengawalnya berdiri di dekat Axel dan menggumamkan sesuatu.

“Perlukah kami mengawasi gadis itu seperti sebelum-sebelumnya, Bos?”

“Tidak. Malam ini biarkan dia sendirian. Aku khawatir dia akan curiga dan semakin tidak percaya jika tahu kalian ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   12| Menyelinap di Antara Mahasiswa

    “Keluar dari sini dasar gelandangan sialan!” teriak petugas kereta di stasiun berikutnya.Pria itu mendorong Niken keluar dari kereta karena dia tak mampu menunjukkan tiket juga tak mampu membayar ongkos perjalanan.Niken berjalan menjauh dengan tubuh gemetar hebat. Dia peluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua lengan ke dada. Niken menundukkan kepala untuk menghindari tatapan sinis dan mencemooh orang-orang yang ada di stasiun.“Aku masih beruntung karena mereka tidak membawaku ke kantor polisi. Jika sampai itu terjadi mungkin aku akan dijebloskan ke penjara atau dikirim ke dinas sosial. Maka, mereka akan tahu jika aku seorang remaja yang hamil dan tak memiliki rumah.”Niken berdiri di belakang tiang besar penyangga peron bawah tanah. Dia bersandar pada tiang itu dan tubuhnya melorot ke lantai. Niken berjongkok sambil memeluk kedua lututnya. Dia benar-benar menangis sesenggukan seperti orang gila.“Apa yang har

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   13| Pergilah, Gelandangan!

    Niken benar-benar berhenti. Tubuhnya membeku dan tak bergerak sama sekali. Sedang satu kakinya sudah menapak ke pijakan bus. “Nona, tunggu!” tegur sang petugas. Niken tak berani berbalik atau menoleh. Petugas itu berjalan mendekat ke arahnya dan membungkuk untuk memungut sesuatu di belakang Niken. Dia serahkan benda itu pada Niken. “Ini tanda pengenalmu terjatuh. Kau harus lebih berhati-hati. Tanpa tanda pengenal ini, kau tak akan bisa mengikuti seminar Dokter Axel Marais hari ini.” “Beruntung!” pikir Niken. Niken menundukkan wajah sambil menerima tanda pengenal itu dari sang petugas. Dia mengucapkan terima kasih sebelum benar-benar menaiki bus dan membaur di antara para mahasiswa yang lain. Niken meremas tanda pengenal itu dan cepat-cepat menyelipkannya di kantong celana. “Maafkan aku,” pikir Niken. “Siapa pun di antara kalian yang kehilangan tanda pengenal ini, aku terpaksa meminjamnya. Aku benar-benar membutuhkannya agar bisa masuk dan bertemu dengan Axel hari ini.” Niken m

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   14| Dia Menculikku

    “Apa yang terjadi di sini?” Dua pria yang berjaga di depan pintu masuk ballroom dan juga Niken menoleh bersama ke arah datangnya suara. Axel Marais berdiri di sana dengan didampingi dua pengawal tampannya. “Tuan Marais?” ujar salah satu petugas penerima tamu. “Aku sudah meminta gadis ini untuk pergi, tapi dia menolak dan tetap berkeras menunggu Anda di sini.” “Anda tidak perlu khawatir Tuan Marais. Kami akan membereskannya,” ujar petugas yang lainnya. “Kami mohon maaf atas gangguan ini.” “Apa yang kalian pikir lakukan?” desis Axel pada kedua petugas itu. “Gadis ini adalah tamuku. Aku memang sedang menunggu kedatangannya. Kalian sudah bersikap kurang ajar pada tamuku.” Kedua petugas itu tergagap dan saling menatap tak percaya. Mereka segera menunduk untuk meminta maaf berkali-kali pada Axel dan juga Niken. Axel beralih pada Niken dan mendekati gadis itu. “Ada apa?” Nada suara Axel berubah lembut seketika saat berhadapan dengan Niken. “Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa mereka men

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   15| Kamar Suit

    “Kau mau menculikku?” teriak Niken. “Menculikmu?” Axel mengulangi kata-kata Niken dengan rasa tak percaya. “Kau sendiri yang datang kepadaku. Kau yang masuk ke dalam mobilku dengan sukarela dan kesadaran penuh. Sekarang kau mengatakan bahwa aku menculikmu?” Niken kehabisan kata-kata. Dia masih terlalu muda untuk menghadapi situasi seperti ini. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Axel--pria dewasa yang hampir dia percaya, rupanya pandai sekali memanipulasi dan memutarbalikkan kata-kata. “Atau itu hanya perasaanku saja yang merasa dipermainkan oleh Axel?” pikir Niken sekali lagi. “Astaga, aku benar-benar masih muda dan sama sekali tak memiliki pengalaman hidup di dunia ini. Aku sungguh merindukan ibuku pada saat seperti ini. Dia pasti mampu memberikan nasehat dan membuka pandanganku tentang hal-hal yang terjadi.” Setelahnya mereka tak saling berbicara. Axel fokus mengemudi dan Niken pun terdiam memikirkan rencana-rencananya. Mobil berhenti di sebuah hotel yang terlihat mewah di pusa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   16| Kontrak yang Menjebak

    “Ranty, kau baik-baik saja?” teriak Axel sekali lagi. Niken menjadi panik di dalam kamar mandi. Dia mondar-mandir mencari apa pun yang bisa digunakan sebagai senjata. Niken pikir Axel bisa saja menerobos masuk dan melakukan sesuatu padanya. “Tunggu!” Niken berpikir sejenak. Dia berbalik menatap diri di depan cermin yang sangat besar di atas wastafel. “Kenapa aku harus panik?” Niken mendekat ke pintu dan menjawab pertanyaan Axel. “Ya, Tuan Marais. Aku baik-baik saja. Aku sedikit membuat kekacauan di sini dengan tak sengaja aku menjatuhkan beberapa peralatan mandi.” “Oh, baiklah. Aku akan meninggalkan handuk bersih di depan pintu kamar mandi. Aku pikir tadi lupa memberikannya padamu.” Niken menekan telinganya ke pintu dan mendengar langkah kaki Axel yang menjauh. Dia menghembuskan napas lega. “Jika aku kabur saat ini, maka aku tidak akan memiliki kesempatan untuk pergi ke Washington DC seperti rencana awalku. Aku hanya perlu keluar menghadapi pria itu dan meyakinkannya untuk membe

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   17| Bekerjalah Padaku

    "Ya, ini kontrak perjanjian agar kau tinggal denganku sampai utang-utangmu terlunasi!” “Tapi, kau berkata... ini adalah kontrak kerja dan kau akan memotong penghasilanku selama bekerja denganmu? Kau ingin menjebakku?” “Bacalah dengan cermat pada poin berikutnya. Ya, secara tidak langsung kau memang akan bekerja untukku. Dan pekerjaanmu adalah hidup di sampingku. Aku akan menggajimu untuk semua itu.” Niken serasa kehilangan tenaga. “Ini lebih menakutkan dari hal-hal buruk yang pernah aku bayangkan selama ini tentang Axel Marais.” Niken semakin yakin bahwa Axel adalah seorang psikopat dengan kelainan tertentu. “Bubuhkan tanda tanganmu sekarang juga atau....” Axel menunduk dan mendekatkan wajahnya pada Niken. Gadis itu sampai harus menarik mundur kepalanya untuk menjaga jarak dari Axel. “Atau apa?” tanya Niken dengan gugup. Axel menyeringai dan sangat menakutkan. “Atau aku akan menyerahkanmu pada para pembunuh yang saat ini sedang memburumu!” “Kau mengancamku?” Niken berdiri teg

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   18| Aku Tahu Rahasiamu

    Niken mematung di ambang pintu. Di depannya seorang pria berdiri menjulang dengan tubuh jangkungnya. Wajah pria itu sangat dingin dan dipenuhi dengan brewok. Dia mengenakan setelan serba hitam. Pelantang terpasang di telinga kanannya. “Kau?” Niken hanya menatap ketakutan pada pria itu. Dia juga melirik ke arah kiri. Di sana ada seorang pria lagi. “Sialan!” pikir Niken. “Aku tak akan bisa kabur dari sini. Kedua pengawal Axel berjaga di depan pintu. Kenapa aku tak memikirkan hal ini sebelumnya?” “Selamat pagi, Nona Ranty. Saya Carlos. Saya mendapat tugas dari Tuan Marais untuk membawakan pakaian dan keperluan Anda.” “Pakaianku?” Niken tak mengerti. Dia merasa kikuk ketika Carlos menatap pakaian yang dikenakan Niken. “Apa Carlos mengenali pakaian bosnya yang aku kenakan sekarang?” Niken sangat malu dengan penampilannya. Carlos menjentikkan jari dan empat perempuan datang dengan membawa banyak barang ke kamar hotel. “Apa semua ini? Aku tak mengerti.” Niken kebingungan. Di depannya

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   19| Makan Malam Istimewa

    Para juru rias berhasil mengubah Niken menjadi seorang putri yang cantik malam itu. Mereka merasa puas dan bangga dengan hasil karya mereka sendiri. Keempat perempuan itu mengelilingi Niken dan menatapnya dengan perasaan kagum. “Kau harus segera turun dan menemui Tuan Marais. Dia pasti akan terpukau dengan kecantikanmu, Nona.” “Yah, kau sudah memiliki kecantikan yang alami. Bahkan sebenarnya tanpa perlu banyak riasan wajah pun, hanya dengan pakaian dan model rambut yang tepat, kau sudah terlihat begitu menawan.” Niken memberanikan diri menatap wajah dan tubuhnya di depan cermin. Dia memang terlihat sangat cantik bahkan seumur hidupnya dia tak pernah merasa secantik itu. Akan tetapi, Niken sama sekali tak bahagia. Ada perasaan jijik dan muak pada dirinya sendiri. “Bukan ini yang aku inginkan!” pikir Niken. “Meskipun orang lain memandangku sebagai gadis yang sangat beruntung karena memiliki kecantikan alami, bahkan sekarang hidup di samping pria yang sangat tampan dan kaya, tapi bu

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   EPILOG

    Di antara desahan napas mereka yang saling memburu, Axel membisikkan sesuatu ke telinga Niken. “Menikahlah denganku, Niken. Jadilah istriku. Jadilah ibu dari putri dan calon anak-anak kita nanti. Menikahlah denganku, cintaku…” *** Beberapa bulan setelah malam tersebut. Seorang perempuan paruh baya tengah membersihkan meja restoran usai pelanggan terakhir pergi. Wajahnya tampak lelah. Tapi dia masih begitu semangat bekerja. Pintu terbuka. “Maaf kami sudah tutup!” ujar pekerja restoran tersebut tanpa menoleh dan tetap mengelap meja. Seorang gadis kecil berusia tiga tahun yang sangat cantik dan menggemaskan berjalan mendekatinya. Perempuan itu menghentikan aktivitasnya mengelap meja. Dia kaget sekaligus terpukau dengan kecantikan gadis itu. “Hai, Nak! Kau datang dengan orang tuamu?” Perempuan itu menoleh ke pintu dan tidak melihat siapa pun. Dia pun berlutut di depan balita itu untuk menyejajarkan posisinya. “Kau datang sendirian? Siapa namamu? Restoran kami sudah tutup. Apa k

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   90| Berikan Hidupmu Padaku _ TAMAT

    Niken berhasil meloloskan diri dari pelukan Axel tanpa menjatuhkan harga dirinya. Dia mengembuskan napas lega usai mengusir pria itu. Tidak lagi terdengar suara Axel yang berteriak maupun mengetuk pintu. Niken kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan dan aktivitas merawat Angelie. Beberapa jam kemudian, Niken pun menuju ke pintu depan dan membukanya. Dia mengintip ke halaman dan tidak melihat Axel di mana pun. Ada rasa penyesalan sekaligus kehilangan di dalam hati kecilnya. Tapi Niken berusaha menepis semua kekhawatiran itu dan kembali fokus pada kehidupannya saat ini. Saat Niken akan menutup kembali pintu, sudut matanya menangkap sekelebat gerakan yang mengganggunya. Nikah pun keluar dan berjalan menuju ke halaman samping. Dia terkejut ketika melihat Axel tengah berbaring meringkuk di ayunan. “Astaga, apa yang sedang dia lakukan di sana? Benar-benar keras kepala. Kenapa dia tidak juga pergi dari sini?” Niken pun kembali kesal dan membanting pintu hingga menutup rapat. Niken p

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   89| Mantan Istriku Mengusirku

    Axel kembali ke rumah pantai dan berlari dengan tergopoh-gopoh. Dia membuka pintu rumah yang tidak terkunci dan berteriak memanggil nama Niken. “Niken! Niken Di mana kau?” Axel tidak menemukan Niken di manapun. “Angelie? Ini papa!” Axel pun berlari menuju ke lantai dua. “Angelie? Kalian di mana? Niken?” Rumah itu benar-benar kosong. Axel tidak menemukan Niken dan putrinya di mana pun. Axel nekat pergi ke kamar Niken. Tempat itu juga kosong. Dia mencari ke ruangan yang lain dan melihat sebuah kamar bayi. Langkah Axel melambat begitu melihat banyak sekali perlengkapan bayi di sana. Axel berlutut di depan ranjang bayi. Dia mengambil salah satu sepatu rajut kecil milik putrinya dan menciumnya dengan air mata berderai. “Di mana kalian berada? Apa sesuatu yang buruk menimpa Angelie? Ke mana aku harus mencari kalian?” Axel tidak tahu lagi harus ke mana. Dia pun kembali keluar dan berdiri di halaman rumah dengan gelisah. Dia letakkan tas ranselnya ke tanah dan berdiri di sana sepert

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   88| Khawatir tapi Malu untuk Mengaku

    Niken berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama dengan putri kecilnya. Dia meletakkan Angelie di dalam stroller. Niken terus bercerita sambil menunjukkan banyak hal kepada Angelie. “Maafkan mama, Angelie. Saat seperti ini, aku benar-benar menyesal pada diriku sendiri karena tidak bisa memberikanmu seorang ayah yang bisa kau banggakan di hadapan teman-temanmu kelak.” Niken berlutut di depan stroller sambil menatap sepasang mata bening bayi itu. Angelie tersenyum ceria sambil sesekali memasukkan tangannya ke mulut. Niken mengulurkan telunjuknya untuk membelai pipi Angelie. Bayi kecil itu pun meraih jari Niken dan menggenggamnya erat. “Aku benar-benar merindukan Mama di saat seperti ini. Apa yang dia lakukan sekarang? Apa dia sehat di sana? Betapa berat rasanya harus membesarkan seorang anak sendirian tanpa didukung oleh suami dan keluarga. Kini, aku tahu betapa marahnya Mama malam itu, ketika tahu aku sedang hamil. Aku bisa mengerti jika dia mengusirku dari rumah. Aku benar-benar la

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   87| Axel di Dalam Persembunyiannya

    Niken pulang ke rumahnya yang sepi dan gelap. Tempat pertama yang dia tujuh adalah bekas kamar Axel. Dia buka pintu kamar itu dengan pelan. Di dalam hati kecilnya, Niken berharap ada keajaiban. “Apa yang sedang aku lakukan di sini? Mustahil dia tiba-tiba muncul di sini, kan? Aku bahkan tidak tahu di mana dia saat ini. Setelah kutolak lamarannya, dia pergi begitu saja meninggalkan segalanya.” Niken akan menutup kembali pintu kamar Axel yang kosong. Lalu tatapannya terhenti pada potret Axel berukuran besar dan masih terpasang di dinding. Axel bertelanjang dada dan berpose dengan begitu memikat dalam foto itu. “Hanya foto itu satu-satunya yang masih tertinggal.” Niken mengingat betapa Axel sangat membanggakan foto itu. Saat itulah Niken benar-benar mulai merasakan kesepian. Dia menepis kenangan manis tentang Axel dan lekas menutup kembali pintu kamarnya. Niken pun bergegas menuju ke kamar Angelie. Gadis kecil itu satu-satunya pelipur kesepian Niken saat ini. *** Louis pergi ke pa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   86| Niken, Aku Melamarmu!

    Enam bulan kemudian… “Kau tidak perlu membawakanku bunga dan mainan untuk Angelie setiap kali berkunjung ke sini, Louis.” Niken mempersilakan Louis masuk ke rumah pantai yang kini menjadi miliknya. Louis duduk di ruang tamu. Dia menatap ke arah stroller bayi tempat di mana Niken meletakkan Angelie yang sedang tidur lelap di sana. “Kau sepertinya suka bunga. Dan aku juga sama sekali tidak keberatan jika harus membelikan lebih banyak mainan untuk Angelie. Lihatlah dia tidur dengan sangat lelap. Gadis kecil ini tumbuh begitu cepat.” Niken membawakan minuman untuk Louis. “Maaf jika rumah ini berantakan. Karena aku benar-benar harus mengerjakan semuanya sendiri termasuk mengurus Angelie.” “Kau selalu menolak tawaranku untuk memberikan Angelie pengasuh.” “Tidak apa Louis. Aku tidak ingin kehilangan momen berharga menemani masa-masa pertumbuhan emas putriku.” “Oh, aku datang ke sini untuk mengabarkan padamu bahwa kami sudah memilih sutradara untuk film yang akan kita produksi.” “Ben

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   85| Gadis yang Ditakdirkan Untukku

    Sang pengacara membacakan isi surat wasiat yang kedua. “Tuan Marais mengatakan bahwa Tuan Axel bisa memilih antara surat wasiat pertama atau kedua. Tuan Axel juga bisa menolak perjodohan dengan Nona Clarissa Jordan. Tapi, dia harus bisa menemukan jodoh lain yang telah ditentukan untuknya pada surat wasiat yang kedua.” “Apa?” Celine dan Louis benar-benar terkejut. “Apa maksudmu dengan jodoh lain yang sudah ditentukan? Berapa jodoh yang ditakdirkan untuk Axel?” “Tuan Axel ditakdirkan menjadi pasangan dari dua orang gadis. Gadis pertama memang Nona Clarissa Jordan. Gadis yang kedua adalah putri dari perempuan yang pernah dicintai oleh Tuan Marais.” “Omong kosong!” teriak Celine. Sang pengacara pun menceritakan semuanya pada Celine dan juga Louis dengan disaksikan oleh Carlos. “Tuan Marais memiliki cinta pertama dari kalangan manusia. Tepat sebelum dia menikah dengan ibunya Axel. Karena perempuan ini dari ras manusia, maka Tuan Marais tidak bisa melanjutkan hubungannya. Dia pun memi

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   84| Kelahiran Sang Bayi Alpha

    Celine dan Louis sudah menunggu di kantor notaris yang ditunjuk oleh Tuan Marais. Mereka berkumpul di sana untuk mendengarkan pembacaan surat wasiat oleh pengacara. “Kenapa tidak kita mulai saja?” ujar Celine. “Kami sudah menunggu cukup lama di sini.” Sang notaris berdeham. Beberapa kali dia melirik ke arah pintu dan juga jam tangan. “Tuan Axel belum datang. Saya tidak bisa membacakan surat wasiat ini jika seluruh anggota yang berkepentingan belum hadir.” “Dia tidak akan datang,” seru Louis. “Dia sudah menyerah dan sadar posisinya tidak akan mampu mendapatkan kepemimpinan di perusahaan. Axel sudah gagal memenuhi surat wasiatnya.” Seseorang membuka pintu. Semua yang ada di dalam ruangan sang notaris terkejut. Mereka pikir yang datang adalah Axel. Begitu melihat Carlos yang masuk ke ruangan tersebut, mereka pun mengembuskan napas lega kecuali sang notaris. “Di mana Tuan Axel?” tanya sang notaris. “Tuan Axel sedang dalam perjalanan ke sini. Bukankah batas waktu pemenuhan surat wa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   83| Terbongkarnya Pernikahan Kontrak

    Sebulan pun berlalu usai terbongkarnya status pernikahan kontrak Niken dan Axel. Selama itu pula pemberitaan di media semakin kuat menerpa. Beragam gosip dan fitnah terus bermunculan. Kondisi perusahaan di bawah kepemimpinan Axel semakin menghadapi guncangan. Kerugian terus-menerus terjadi. Proyek-proyek lain yang dipegang oleh Axel pun semakin berguguran dan ditinggalkan oleh para investornya. Perusahaan manajemen artisnya pun mulai ditinggalkan. Pagi itu, Niken terbangun dengan perasaan yang begitu kesepian dan tidak nyaman. Semalaman, dia sibuk mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk persalinan. “Seharusnya aku akan melahirkan tepat di hari ulang tahunku yang ke-18. Tapi, belum ada tanda-tanda kontraksai sampai saat ini.” Dan di hari itu pula, masa depan Axel akan ditentukan. Surat wasiat sang ayah jatuh tempo pada hari itu. Axel akan mewarisi seluruh perusahaan Marais atau sebaliknya, dia akan dikeluarkan dari perusahaan dan posisinya digantikan oleh Louis. Niken keluar dari

DMCA.com Protection Status