Ponsel Laureta berbunyi. Ia melihat nama Marisa tertera di sana.“Halo, Kak Marisa.”“Halo, Tata. Apa kamu sedang sibuk?” tanya Marisa.“Tidak, Kak,” jawab Laureta. Sudah lebih dari dua minggu ini, ia tidak pernah menjadi instruktur zumba lagi. Ia telah menyerahkan segalanya pada Reksi. “Ada apa?”“Helga meneleponku dan mengajakku untuk fitnes bersama,” kata Marisa.“Oke. Lalu?” ucap Laureta hati-hati.“Dia menyebut namamu,” ujar Marisa, membuat Laureta melebarkan matanya. “Katanya, dia sudah berjanji untuk fitnes bersamamu. Apa dia meneleponmu?”“Tidak. Uhm, jadi aku harus ikut?”Marisa terkekeh. “Terserah padamu. Kalau kamu sibuk, aku tidak akan memaksa.”Laureta berpikir sejenak. Ia teringat saat minggu lalu ia bertemu dengan Helga, keadaan cukup kacau. Namun, Kian pernah menyuruhnya untuk menghadapi Helga. Jadi, untuk apa ia menghindar?“Tidak masalah. Aku akan datang. Kapan kita bertemu?” tanya Laureta.“Rencananya besok pagi. Kita akan berangkat bersama,” kata Marisa.“Oke, samp
Read more