Home / Romansa / Istri Tebusan Paman Mantanku / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Istri Tebusan Paman Mantanku: Chapter 131 - Chapter 140

260 Chapters

131. Menari Bersama

Perasaan Kian jauh lebih lega begitu mereka berciuman. Terlebih, Laureta telah menyatakan cintanya. Ia langsung merasa hatinya berbunga-bunga.Malam itu, mereka makan malam seafood seperti yang Kian janjikan. Tidak perlu menunggu lama, masakan itu langsung datang dengan cepat.“Omong-omong, tempat apa ini sebenarnya?” tanya Laureta sambil mengunyah makanan.“Aku membangun tempat ini khusus untuk ruang pribadi. Misalkan ada keluarga yang ingin merayakan pesta, bisa di sini. Aku melengkapi ruangan ini dengan televisi dan ada juga sound system untuk karaoke. Kamu mau menyanyi, Laura?”Laureta terkekeh. “Tidak. Aku tidak bisa menyanyi.”“Oh ya? Aku pikir suaramu pasti bagus kalau menyanyi.”“Ah jangan! Lebih baik simpan saja itu mic-nya. Jika aku bernyanyi, aku hanya akan merusak suasana.” Laureta terkekeh. “Aku lebih suka menari daripada menyanyi.”Kian tersenyum penuh arti. “Selama ini, aku hanya tahu kamu sebagai seorang instruktur senam, tapi tidak pernah sekalipun melihatmu memimpin
Read more

132. Pergi Ke Suatu Tempat

Ponsel Laureta berbunyi. Ia melihat nama Marisa tertera di sana.“Halo, Kak Marisa.”“Halo, Tata. Apa kamu sedang sibuk?” tanya Marisa.“Tidak, Kak,” jawab Laureta. Sudah lebih dari dua minggu ini, ia tidak pernah menjadi instruktur zumba lagi. Ia telah menyerahkan segalanya pada Reksi. “Ada apa?”“Helga meneleponku dan mengajakku untuk fitnes bersama,” kata Marisa.“Oke. Lalu?” ucap Laureta hati-hati.“Dia menyebut namamu,” ujar Marisa, membuat Laureta melebarkan matanya. “Katanya, dia sudah berjanji untuk fitnes bersamamu. Apa dia meneleponmu?”“Tidak. Uhm, jadi aku harus ikut?”Marisa terkekeh. “Terserah padamu. Kalau kamu sibuk, aku tidak akan memaksa.”Laureta berpikir sejenak. Ia teringat saat minggu lalu ia bertemu dengan Helga, keadaan cukup kacau. Namun, Kian pernah menyuruhnya untuk menghadapi Helga. Jadi, untuk apa ia menghindar?“Tidak masalah. Aku akan datang. Kapan kita bertemu?” tanya Laureta.“Rencananya besok pagi. Kita akan berangkat bersama,” kata Marisa.“Oke, samp
Read more

133. Alasan Yang Sesungguhnya

Kian hanya tersenyum. “Tunggu sebentar. Aku mau menandatangi beberapa dokumen, setelah itu kita berangkat.”“Oke.”Kian langsung bergegas kembali ke kursinya dan menekuni beberapa dokumen sambil melihat layar laptop sesekali. Laureta duduk di sofa sambil menghirup aroma kopi yang kuat. Ia menoleh ke arah mesin kopi yang ada di sana.“Kamu suka membuat kopi sendiri?” tanya Laureta.“Ya. Clara yang membuatkan kopi untukku.”Laureta menghampiri mesin kopi itu dan melihat sebuah toples kaca yang berisi bungkus kopi warna hitam dengan logo dan merk kopi yang tertera di sana. Ia melihat tulisannya. “Kopi Aceh Gayo. Waw!”Ia membuka toples itu dan menghirup aromanya yang wangi sekali. Ditaruhnya kembali toples itu di meja.“Aku tidak tahu kalau kamu suka minum kopi Aceh,” ujar Laureta.“Ah ya,” jawab Kian sambil lalu.“Jadi, Clara yang selalu membuatkan kopi untukmu? Ah, aku iri sekali. Seharusnya aku yang membuatkan kopi untukmu.”Kian sudah mematikan laptopnya dan menutupnya. Lalu ia mengh
Read more

134. Mobil Baru

Mata Laureta otomatis membelalak begitu mendengar pernyataan Kian. Ia tertawa histeris, lalu kembali menatap Kian tak percaya.“Kamu bercanda!” seru Laureta.“Untuk apa aku bercanda? Sungguh, Laura, aku membelikan motor itu untukmu, bukannya aku sengaja membeli motor itu untuk Clara. Dia memang sekretarisku yang terbaik, tapi aku tidak pernah berniat untuk memberinya motor karena tidak ada alasan khusus.”Laureta menggelengkan kepalanya. “Aku harap, kamu tidak berbohong padaku.”Kian mendecak kesal. “Kamu mempercayai kata-kata Clara begitu saja, tapi kamu tidak mempercayaiku. Kamu sudah krisis kepercayaan padaku ya?”“Tidak, tidak. Bukan begitu, Kian.” Laureta menggerakkan tangannya dengan cepat. “Hanya saja, aku terlalu mual mendengar cerita Clara. Aku percaya padamu, Kian. Sungguh, aku hanya memastikan saja. Dan yah, itu artinya Clara telah berbohong padaku. Dia sengaja memanas-manasiku supaya aku kesal padamu.”Kian menggelengkan kepalanya. “Untuk apa dia membohongimu?”“Itu karena
Read more

135. Kejujuran

Hari itu juga, mobilnya sudah bisa dibawa pulang karena unitnya sudah siap. Sepertinya Kian sudah memprediksi jika Laureta akan memilih SUV itu dengan warna merah yang sesuai dengan karakter Laureta. Jadi, pihak delaer mobil pun telah mempersiapkan segalanya.Meski Laureta sudah tahu akan diberikan mobil, pihak dealer tetap menyiapkan pita yang sangat besar di mobil itu sebagai simbol kado. Laureta menutup mulutnya sambil menatap mobil itu dengan mata berbinar-binar.“Kamu suka?” tanya Kian.“Suka sekali!” pekik Laureta yang menahan diri untuk tidak menjerit.Laureta masuk ke dalam mobil, mencoba duduk di balik kemudi. Ia menggerak-gerakkan setirnya dan mencoba mendengar suara derum mobilnya yang terdengar sangat keren.Ia benar-benar terkesima. Senyumnya mengembang sembari tangan dan kakinya gemetar. Hari itu juga, Kian membawa mobil baru Laureta. Sementara mobilnya dijemput oleh supir untuk diantar pulang ke rumah.“Nanti plastiknya harus dilepas,” ujar Kian yang tampak risih meliha
Read more

136. Semua Serba Baru

Laureta mendengarkan dengan saksama. Ia mengunyah makanannya lebih santai. Berbeda dengan Kian yang memang sejak awal selalu bersikap santai dan anggun. Ia tak pernah terusik dengan keadaan di sekitarnya.“Apanya yang berubah?” tanya Laureta sambil mengunyah makanannya.“Kamu membuatku merasa dicintai,” ungkap Kian dengan suaranya yang dalam dan ngebass.Laureta terdiam sejenak sementara dalam hatinya ia semakin mengagumi pria tampan di hadapannya ini. Di usianya yang matang, Kian tampak sangat luar biasa dan percaya atau tidak, pria itu adalah suaminya.“Aku pikir,” lanjut Kian. “aku akan melewati hari-hariku dengan penuh tekanan. Aku berencana akan tidur terpisah denganmu, memperbanyak jam kerja. Aku akan membuat jadwal dengan dokter kandungan dan hanya akan melakukan hubungan denganmu saat kamu masa subur saja. Setelah kamu melahirkan, aku akan menunggu sampai anaknya berusia satu tahun, lalu kita akan berpisah.”Laureta tercengang mendengar pengakuan Kian. Terasa sekarang betapa d
Read more

137. Fitnes

Sudah cukup lama Laureta tidak pernah datang ke tempat fitnes lagi. Selama ini, ia hanya olahraga tipis-tipis saja. Ia masih rutin push up dan peregangan. Namun, mengangkat beban sepertinya badannya bisa kaget lagi.Marisa terlalu rajin hingga menunggu Laureta tepat di depan pintu kamar sebelum sarapan. Kian menatap adiknya sambil menautkan alisnya.“Ada apa kamu ke sini pagi-pagi?” tanya Kian.“Oh, apa Tata belum memberitahumu jika aku akan mengajaknya fitnes pagi ini?” Marisa memasang wajah polos.“Sudah, aku sudah memberitahunya,” ujar Laureta yang kemudian maju. Ia sudah menenteng tas olahraganya. Beberapa pakaian olahraganya masih baru dan belum tersentuh sama sekali, begitu pula sepatunya.“Aku pikir, kamu tidak akan menjemput Laura sampai ke depan kamar,” gumam Kian.Marisa terkekeh, lalu ia menggandeng tangan Laureta. “Ayo, Kakak Ipar. Kita langsung berangkat. Kita sarapan setelah olahraga ya.”“Apa tidak masalah? Nanti papa ….”“Tidak apa-apa. Kita kan tidak setiap hari seper
Read more

138. Curhat Panas Di Kolam Air Panas

“Yang bisa sit up sampai seratus kali, dia pemenangnya,” ucap Laureta.“Apa?!” seru Marisa. “Seratus? Nanti perutku bisa pegal. Jangan seratus ya. Lima puluh saja.”Laureta terkekeh. “Baiklah kalau begitu. Sampai lima puluh ya.”“Oke!” seru Marisa semangat.Hanya Helga yang diam saja, tapi ia seperti yang mengikuti aba-aba Laureta dan mereka sama-sama sit up bersama. Tanpa disangka, Helga cukup jago sit up. Gerakan Helga sangat bagus dan seimbang, berbeda dengan Marisa yang sepertinya agak kepayahan.Kecepatan gerakan Laureta dan Helga nyaris sama. Mulut mereka sama-sama menghitung. Bagi Laureta, sit up lima puluh kali bukan masalah. Marisa sudah tumbang lebih dulu sampai di angka dua puluh lima.Sementara, Laureta dan Helga masih terus menghitung. Helga tidak mau menyerah, ia terus sit up tanpa lelah. Laureta juga tidak mau kalah. Ia terus bergerak.Begitu angka mencapai lima puluh, terlalu sulit untuk menentukan siapa yang lebih dulu mencapai lima puluh karena mereka bergerak bersam
Read more

139. Menyusul

“Kamu ada di mana?”Kian mengirimi Laureta pesan singkat. Ia baru saja selesai mandi dan membuka ponselnya. Segera saja ia membalas pesan itu.“Aku masih di tempat fitnes. Ada apa, Kian? Kamu mau menyusul ke sini?”Ternyata Kian sedang daring. Ia pun segera membalas pesan Laureta.“Baiklah. Aku akan menyusulmu sekarang,” jawab Kian.Laureta melebarkan matanya. Ia tidak menyangka jika Kian akan datang ke tempat ini. Ia pun bergegas untuk mengeringkan rambutnya. Marisa baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sedang menyisir rambutnya di sebelah Laureta.“Kak, sepertinya aku akan pergi lebih dulu,” kata Laureta.“Oh ya?”“Iya. Kian akan menyusul ke sini.”“Ah, dia posesif sekali. Dia pasti takut jika aku melakukan sesuatu padamu.” Marisa terkekeh.Laureta pun ikut tertawa pelan. Kemudian tawanya langsung terhenti begitu Helga menghampiri mereka.Helga mengenakan gaun biru muda tanpa lengan dengan rok yang lebar. Lalu ia memadankannya dengan rompi berwarna krem, berbahan tweed. Ia tampak sa
Read more

140. Bingung

Helga jatuh terkulai lemas ke lantai. Marisa terkejut sambil berseru memanggil nama Helga. Kian bergerak cepat. Ia menahan tubuh Helga supaya kepalanya tidak sampai terbentur ke lantai. Kian begitu khawatir dan ketakutan melihat Helga yang pucat dan lemas seperti itu. Ia sampai lupa jika di sebelahnya ada Laureta, istrinya. Segera saja Kian menggendong Helga. Tak peduli meski tubuhnya berat, ia harus segera membawanya ke rumah sakit. Kian berjalan cepat menuju ke parkiran yang kebetulan berada di pintu luar yang tidak jauh dari tempat fitnes di lantai atas. Marisa berjalan cepat di sebelahnya dan membantunya membukakan pintu mobil. “Aku akan mengikuti mobilmu!” seru Marisa. “Bawa Helga langsung ke rumah sakit!” “Oke!” Begitu Kian masuk ke dalam mobil, ia menyalakan mesin dan langsung menginjak gas. Hatinya benar-benar kalut. Dulu sekali Helga pernah pingsan dan hidungnya mimisan. Dokter bilang, Helga memiliki penyakit yang serius, tapi Helga tidak pernah mau memberitahunya. Kian
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
26
DMCA.com Protection Status