Semua Bab Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Bab 71 - Bab 80

127 Bab

Bab 71 Sepeda Baru

—Rumah Ibu, POV SerenaYa, sama seperti dulu. Kali ini hanya ada aku, Mbak Yuni dan Ibu saja di ruang tamu. Kami bertiga duduk saling berhadapan dengan ekspresi masing-masing. Aku beberapa kali menghela napas karena keadaan di ruang tamu mendadak hening. Ibu terus menatapku dengan ketajaman matanya. Entah apa reaksi Ibu ketika beliau mengetahui bahwa kini aku sedang mengandung cucunya. "Ada yang mau Serena kasih tau sama Ibu," ujarku begitu hati-hati. Mbak Yuni menatapku penuh arti, juga dengan Ibu. Namun, tatapan Mbak Yuni nampak resah. Berbeda dengan Ibu yang terlihat penasaran dan menampilkan raut wajah curiga. "Serena harap Ibu nggak kecewa." Aku menatap Ibu dengan sorot mata teduh. "Serena hamil, Bu." Tiga kata itu akhirnya keluar dari mulutku. Ibu langsung mematung di tempat. Wanita itu terlihat syok sampai memegang dadanya tak percaya. "Maksud kamu hamil bagaimana Serena?" tanya Ibu dengan napas yang tercekat. Aku mengusap perutku sendiri. "Di dalam sini, ada buah hati S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-11
Baca selengkapnya

Bab 72 Cemburu 1

Ting! Bayu :/send a photoFoto yang dikirim oleh Bayu adalah foto di mana Mas Samuel dan Kinan sedang berpelukan. Pria itu hanya mengirimkan foto tanpa pesan ketikan. Namun, aku seolah mengerti maksud pria itu mengirim foto tersebut. Karena merasa tidak ada yang perlu dibalas, aku mematikan ponsel dan kembali melamun di atas balkon kamar. Di dalam foto tadi, jelas mereka saling berpelukan, sebab bukan hanya tangan Kinan saja yang memeluk pinggang Mas Samuel, melainkan pria itu pun melakukan hal yang sama. Aku tak ingin mengingat-ngingat foto tersebut, tapi kenapa pikiranku terus tertuju ke arah sana? Tiba-tiba aku merasa jengkel sendiri. Ah, tidak mungkin aku cemburu. "Serena?" panggil Mbak Yuni. Aku menoleh ke belakang. "Kenapa Mbak?""Kalau itu terlalu berat, kamu bisa cerita sama Mbak, Ser."Aku tersenyum padanya. Mbak Yuni sangat baik. Perempuan itu sudah seperti Kakak kandungku sendiri. Aku menyayangi perempuan yang amat dicintai oleh Kakakku. Perempuan sederhana yang selal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

Bab 73 Tamparan

Toko Bunga Sehati milik Mbak Yuni. "Mbak Yuni, untung pulang cepat. Ini ada request buket bunga, katanya pengen yang punya toko yang bikin. Bunganya ada di dalam udah aku siapin, orangnya nanti ambil sekitar satu jam lagi."Aku kenal, perempuan itu bernama Jodie. Karyawan Mbak Yuni. Dia menyapaku dengan senyuman. Kubalasnya dengan hal yang sama. "Oke, Jo. Nanti aku bikin. Kamu mau rujak nggak?" tawar Mbak Yuni. "Nanti aja, Mbak. Di luar lagi rame, aku nggak enak sama yang lain. Mari Mbak," katanya dengan sopan. Setelah kepergian Jodie. "Sering ada pelanggan yang kaya gitu, Mbak? Minta dibuatin buket tapi langsung sama pemiliknya?" tanyaku kebingungan sendiri. "Nggak sering si, tapi kadang ada aja yang minta request." Aku mengangguk-angguk pelan. "Seru juga ternyata diam di sini, berbagai aroma bunga jadi satu. Harumnya benar-benar enak. Anak aku juga kayanya suka," kataku seraya tersenyum pelan. "Makanya sering-sering main ke sini. Nanti kalau udah pindah, bakal susah kita ket
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

Bab 74 Mall

—POV Samuel"Papa! Lempar lagi bolanya, Pa!" teriak Anin memberikan semangat padaku.Sekarang posisi kami sedang berada di salah satu Mall di Jakarta. Main Timezone merupakan permintaan Anin yang baru bisa aku kabulkan sekarang. Kesibukan memang selalu mengalahkan segalanya bukan? "Papa lempar lagi!" teriak Anin begitu antusias. Saat ini kami sedang bermain mandi bola. Permainan yang membuat Anin bahagia di setiap part-nya, padahal hanya bermain dengan bola saja. "Bunda, ayo lempar juga!" kata Anin terus meneriaki aku dan Kinan. Satu lemparan bola sengaja ku arahkan kepada Kinan karena ia terus berdiam bak penonton, untung perempuan itu cepat menghindar sehingga bola tersebut tidak terkena wajahnya. "Haha! Bunda kena!" tawa Anin begitu lepas. "Papa ayo lempar lagi! Kita serang Bunda!" kata Anin terus mengompori. Setelah merasa puas main mandi bola. Kini kami berpindah ke permainan lain, yaitu bola basket. "Papa tanding lawan Bunda, ya!" ujar Anin seolah menjadi wasit. Aku men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

Bab 75 Cemburu 2

—POV Serena Aku bingung kala Bella menghentikan langkahnya. Kupikir perempuan itu kenapa, ternyata kini di depanku ada Mas Samuel juga Kinan. Aku sampai terpaku di tempat. "Mas Samuel?" lirihku. Mereka berdua sama terkejutnya dengan kami. Aku memandang diam. Tidak ada pembicaraan. Hening pun terjadi. Tadi, saat di toko bunga milik Mbak Yuni setelah kepergian Baskara tiba-tiba Bella menghubungiku. Perempuan itu meminta di antar ke Mall karena ingin membeli komik di Gramedia. Katanya si buat pengalihan isu supaya bisa sedikit melupakan Hendra, mantan kekasih yang masih dicintainya. Tersadar, aku langsung menarik tangan Bella. "Kita ke rak yang lain aja, Bel." Bella menurut dan kami pun pergi ke rak buku di belakang sana. Sedangkan Mas Samuel dan Kinan hanya diam menatap kepergian kami. "Nggak ekspek ketemu mantan lo di sini," ujar Bella seraya mengintip. "Eh, mereka ngapain di sini, ya? Masa iya Kinan baca komik sama kaya gue? Atau mantan lo?""Mas Samuel nggak suka baca komik, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

Bab 76 Hujan dan Kamu

"Serena, l-lo mau ke mana?" cegah Bella saat aku mulai menjauh dari meja yang tadi aku tempati bersama Mas Samuel, Kinan dan Anin. Aku menatap Bella sebentar. Lalu kembali melanjutkan niat. Ya, aku memilih pergi dibanding terus bersama mereka. Aku marah. Entah kenapa. "Serena!" teriak Bella. Mungkin Bella melihat kebersamaan Mas Samuel di belakang sana bersama Kinan dan anaknya. Sehingga aku mendengar derap langkah mulai mendekati. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bella orangnya. Karena tidak mungkin Mas Samuel mengejarku, pertanyaannya untuk apa? "Serena, astaga!" ujar Bella setelah berhasil berdiri dan mensejajarkan langkahnya denganku. "Kok lo malah pergi gitu aja si?" kesal Bella. Aku tidak menjawab. Terus melanjutkan perjalanan. "Serena!" Sentakan dari tangan Bella membuat langkahku ikut berhenti. Aku mencoba agar amarah itu tidak meledak di depan Bella. Bahkan matanya saat ini rasanya panas sekali, seperti ingin menangis. Oh, tidak. Ini buruk. Mengapa hal sepele se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-15
Baca selengkapnya

Bab 77 Demam dan Ngidam?

Mas Samuel mengantarkan aku sampai rumah. Di sepanjang perjalanan, pria itu tidak mengajakku berbicara. Aku pun memilih membisu. Kini, setelah sampai rumah aku dan Mas Samuel langsung disambut oleh Bi Siti. "Ya ampun Bu Serena kenapa pucat begini, Pak?" tanya Bi Siti langsung menghampiri kami. "Tolong siapkan air hangat."Diberi perintah seperti itu, Bi Siti langsung mengangguk dan melesat pergi ke dalam kamar mandi. "Saya ambil handuk dulu. Kamu tunggu di sini jangan ke mana-mana," ujar Mas Samuel. Aku tidak mengangguk hanya melihat kepergian pria itu. Awalnya ingin menolak, tapi rasanya tidak bertenaga untuk sekedar berbicara. Pikiranku terus tertuju di mana pria itu mengabaikan pelukanku. Entah kenapa hatiku terluka karenanya. Mas Samuel kembali dengan handuk di tangannya. Aku menerima handuk tersebut dan Bi Siti pun muncul dengan langkah tergesa-gesa. "Air hangatnya sudah Bibi siapkan, Pak," ujar Bi Siti. Mas Samuel lalu menatap ke arahku. "Ayo saya antar ke kamar mandi."A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya

Bab 78 Tuduhan Hamil

Pagi pun tiba. Aku mengeluh dalam tidurku. Membuka mata karena merasakan ada tangan yang melilit tubuhku. Awalnya aku kaget karena posisi wajah Mas Samuel sangat dekat denganku. Dengan nakalnya tanganku memegang setiap inci di wajahnya. Mulai dari alis, mata, hidung hingga yang terakhir adalah bibir. Aku tersenyum hangat. Ketampanan Mas Samuel tidak dapat diragukan lagi. Pantas aku sulit sekali melupakan pria ini. Tiba-tiba pria itu bergerak dalam tidurnya. Aku panik sendiri langsung memejamkan mata takut ketahuan. Namun, yang kurasa adalah tangan itu makin memperdalam pelukan di pinggangku. Hingga aku merasakan ksatria pria itu menyentuh bagianku di bawah sana. Lantas aku tersenyum simpul. Membalas pelukan itu dan kembali melanjutkan tidur entah sampai jam berapa. Melupakan status di antara kami yang sudah tidak lagi bersama. Saat mataku terpejam. Aku merasakan sebuah kecupan hangat di kening, juga usapan lembut di bagian sudut bibir. Dengan perlahan, mataku kembali terbuka. Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya

Bab 79 Cumbuan di Mobil

"Kamu nggak mungkin hamil kan Serena?" tanyanya Mas Samuel tiba-tiba. Deg!Kenapa pertanyaan mustahil itu bisa terlontar dari mulut Mas Samuel? Melihat tatapannya yang penuh curiga membuatku was-was sendiri. Betulkah yang aku dengar barusan? Pria itu mendekatiku. Mengikis jarak di antara kami. Aku yang tadinya sempat berdiri langsung terduduk kembali di bangku meja makan karena dorongan Mas Samuel yang makin maju ke arahku. Pria yang amat kucintai itu menatapku tajam seolah diriku adalah buronan. Bagaimana jika pria itu mengetahui keadaanku dan tetap tidak memilihku? Aku yakin, aku tidak akan baik-baik saja setelah ini. "Tempo lalu, kamu dan Bella datang ke rumah sakit. Di sana kalian konsultasi dengan Dokter kandungan," telak Mas Samuel. Napasku makin tercekat. Dari mana pria itu tahu? Ah, jangan bilang mata-matanya masih mengikuti diriku? "Siapa di antara kalian yang hamil. Jawab saya Serena!" sentak Mas Samuel. Aku menutup mata dan mengigit bibir bagian dalam saking takutnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya

Bab 80 Rumah Sakit

Dan kini, meski aku sudah memutuskan urat malu di depan Mas Samuel dengan cara menciumnya lebih dulu, tetap saja hal itu tidak berpengaruh apa pun. Mas Samuel tetap kekeh membawaku ke dalam rumah sakit. Ya, ini lah akhirnya. Aku sudah berada di depan dokter kandungan yang tempo lalu sempat memeriksa keadaanku. Entah apa yang terjadi. Aku berharap ini bukan akhir dari awal yang aku semoga kan. "Silakan Ibu berbaring terlebih dahulu," perintah Dokter. Dengan ragu, aku pun merebahkan tubuhku di atas ranjang rumah sakit dengan monitor di sampingnya. Dokter mulai membuka setengah baju yang aku pakai, tentu saja itu atas dasar persetujuanku. Dilanjut dengan ia mengoleskan gel di area perutku. Napasku tercekat. Aku benar-benar takut. Mas Samuel ada di sini sebagai saksi. Aku memejamkan mata kala alat itu hendak menyentuh area perutku. Suara dering ponsel. Sontak aku membuka mata dengan lebar. Dokter pun menghentikan pergerakannya karena terkejut dengan reaksiku. Aku mengambil ponsel di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status