All Chapters of Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Chapter 61 - Chapter 70

127 Chapters

Bab 61 Permintaan Baskara

"Bayu," panggilku agar pria itu menggantikan posisiku yang sedang memapah Kinan. Aku maju ke depan kala Bayu mundur menggantikan posisiku. Baskara tak kenal ampun. Ia selalu tak sabaran. Aku tak pernah lagi melarang pria itu bertemu Anin, tapi untuk Kinan tidak sekarang. Ini belum waktunya. "Reno, tolong bawa mereka ke mobil." Pria itu mengangguk patuh. "Mari ikuti saya Bu," ujar Reno memimpin. Aku langsung menatap Baskara tajam. "Baskara, Anda ikut saya." "Mas," lirih Kinan membuatku kontan menoleh padanya. Dilihat dari raut wajahnya, Kinan masih tampak terkejut. Aku juga melihat perempuan itu lebih lemas dari pertama kali aku masuk ke dalam ruangannya. Meski Kinan tak sampai separah dulu yang teriak tak jelas saat bertemu Baskara, tapi tetap saja pertemuan ini cukup berbahaya apalagi Kinan baru sembuh dan ia belum pulih total."Kamu ikut sama Reno, nanti saya nyusul ke sana." Aku menatap Kinan seolah menyakinkan. Kinan mengangguk lirih. Terlihat matanya menatap Baskara sekila
Read more

Bab 62 Kepergok Beli Susu Hamil

"Bel, berhenti dulu, ya, di minimarket depan, aku mau beli susu hamil dulu sama cemilan, tiba-tiba pengen nyemil nih, kayanya bawaan bayi, deh." Bella mengangguk setuju. Kami memang sudah berada di dalam mobil menuju apartemen. "Mau gue temenin nggak ke dalamnya?" tawar Bella ketika sudah berada di depan minimarket. "Nggak usah, kamu tunggu aja di mobil. Mau nitip nggak? Biar sekalian," ujarku seraya membuka sabuk pengaman. "Nitip pembalut yang ada sayapnya. Udah itu aja gue." Kubalas anggukan kepala. Aku pun turun dari mobil dengan tas selempang yang masih menyantol di bahu. Membuka pintu minimarket dan langsung menuju rak pesanan Bella. Merasa sudah cukup, aku berjalan ke arah rak susu ibu hamil. Di sini lah kebingunganku dimulai. Aku berdiri bak patung memandangi banyaknya berbagai susu ibu hamil yang berjejer di rak depan. Mata dan tanganku mulai bekerja, aku mencari susu yang direkomendasikan oleh dokter kandungan. Setelah masa pencarian, akhirnya susu yang dicari pun ketem
Read more

Bab 63 Pulang ke Rumah

—POV SerenaAku dan Bella kini sudah sampai di rumah. Betul, aku mengubah perjalanan menjadi pulang ke rumah. Rumah yang selama 3 bulan ini kutinggali seorang diri. Namun, karena aku lumayan penakut alhasil Bi Siti dan Mang Ujang ikut tinggal bersamaku. Sebab aku tak sanggup tinggal sendirian di rumah sebesar ini. Rumah dengan 2 lantai dan halaman yang cukup luas membuatku takut sendiri. Takut yang bermacam-macam. Meski ada CCTV, tetap saja keselamatan seseorang tidak dapat terjamin dari rekaman tersebut. Setidaknya jika ditemani kedua pekerja di rumah, itu lebih baik. Aku juga tak begitu merasa kesepian. "Lo beneran mau tinggal di rumah aja? Padahal di apartemen gue juga nggak apa-apa kali, Ser," ucap Bella mengikuti langkahku sampai ke dalam rumah. Aku duduk di ruang tamu dan diikuti Bella. Keresek belanjaan kutaruh di atas meja. "Apartemen kamu dekat sama apartemen Mas Samuel, Bel. Itu sama aja aku bunuh diri. Lagipula, untuk saat ini aku nggak mau ketemu sama Mas Samuel."Bi S
Read more

Bab 64 Bella dan Hendra

—POV Author's Perempuan dengan kaca mata yang berteger di pangkal hidungnya tak berhenti bercermin. Padahal penampilannya sudah cantik dan bermodis, tetapi masih saja tak kunjung keluar dari mobil. "Ini lipstik gue rada luntur lagi," ujar Bella memperhatikan bibirnya. Ya, perempuan itu Bella. Si perempuan berkaca itu sahabat Serena yang sangat memperhatikan penampilan. Bahkan, untuk sekedar ke minimarket saja ia harus make up terlebih dulu, kecuali buang sampah. Mas Hendra is calling... "Astaga, nelepon mulu, deh!" Bella pun menggenggam ponselnya, lalu membuka pintu mobil. Sebelum jalan ke dalam cafe, perempuan itu sempat-sempatnya bercermin di kaca mobil. Untung mobil tersebut mobilnya sendiri. Coba kalau mobil orang lain dan di dalamnya ada si pemilik kendaraan tersebut, malu sudah Bella. Ah, apakah Bella memiliki rasa malu? Sepertinya tidak. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru cafe, bola matanya langsung tertuju kepada pria yang kini sedang menatapnya yang tidak jau
Read more

Bab 65 Kedatangan Mas Samuel

—POV SerenaKini hari sudah memasuki sore. Entah kenapa aku baru merasakan gejala orang hamil sekarang-sekarang ini. Kata dokter usianya sudah 8 Minggu. Dan di 8 Minggu belakang aku hanya merasakan mual saja. Ya, aku kira hanya mual biasa karena masuk angin sebab aku pun tidak merasakan ada yang berbeda dari dalam tubuhku. Namun, 2 Minggu belakangan ini aku merasa stamina tubuhku mulai menurun. Entah tubuhku yang gampang lelah, tidur pun lebih cepat dari biasanya dan mulai pemilih dalam soal makanan. Seperti sekarang ini, aku sedang menunggu Bi Siti masak sambal cumi dan juga tumis kangkung. Padahal masakan sebelumnya sudah tersedia. "Saya mau mandi dulu, Bi. Gerah. Bi Siti habis masak nanti langsung mandi aja, temani saya makan." Bi Siti pun mengangguk sambil mengoseng tumis kangkung. "Baik, Bu. Selesai masak Bibi langsung mandi." Aku berdiri dari duduk dan langsung melenggang pergi menuju kamar hendak membersihkan badan. Hari ini rasanya lelah sekali. Padahal aku tak melakukan a
Read more

Bab 66 Tiba-tiba Ngidam

"Serena, kamu nggak apa-apa?" tanya Mas Samuel khawatir. Aku menoleh ke belakang di mana Mas Samuel nampak membantu mengurut leherku agar cairan bening itu mudah keluarnya. Benar saja, setelahnya aku kembali memuntahkan cairan tersebut. Dirasa sudah enakan, aku langsung kumur-kumur di sana dan membasuh mulut serta wajah. Kedua tanganku masih bertumpu di wastafel dengan napas sedikit terengah-engah. Mas Samuel menuntunku kembali ke meja makan. Ia menuangkan air untukku dan dengan cepat aku nerima gelas yang berisikan air putih tersebut lalu meminumnya hingga tandas. "Kamu sakit?" Mas Samuel menyentuh keningku. "Aku baik-baik aja, Mas." Padahal kepalaku pusing sekali. Badan juga rasanya lemas. Tapi aku tidak ingin menunjukkan hal itu di depan Mas Samuel. Takut sewaktu-waktu pria itu menelepon dokter pribadinya dan itu akan berbahaya untukku, juga anakku yang masih dalam kandungan."Ya udah kita lanjut makan aja. Mau saya suapin?" tawarnya. Aku menggeleng lirih. Menatap tak selera
Read more

Bab 67 Bertemu Kinan dan Anin

Di perjalanan pulang setelah makan mie ayam. Aku dan Mas Samuel sedang berjalan menuju rumah. Selama jalan kaki, tidak banyak obrolan yang kami bincangkan. Aku lebih memilih diam. Membiarkan Mas Samuel bernostalgia. Karena jika diingat-ingat itu hanya akan membuatku sakit sendiri. Mengingat apa yang selama ini diperjuangkan nyatanya harus berakhir di pengadilan. Ah, menyesakan. "Anin nanyain kamu terus," ujar Mas Samuel. Aku tidak menjawab. Hanya menoleh sebentar dan terus melanjutkan perjalanan. "Katanya rindu sama kamu," ujarnya lagi. "Aku juga. Titip salam buat Anin," balasku tanpa menoleh sedikit pun. Mas Samuel tidak lagi berbicara. Pria itu sesekali menoleh ke arahku, memalingkan lagi wajahnya lalu kembali berjalan. Sampai berulang kali. Hingga akhirnya aku menghentikan langkah di pertengahan jalan. "Kenapa?" tanya Mas Samuel lebih dulu. Aku menatapnya lama. Menghela napas sebentar. Aku ingin sekali memeluk pria di hadapanku ini. Sayangnya aku tak punya keberanian lebih.
Read more

Bab 68 Kebablasan Sampai Ranjang

"Malam itu, kita tidur bersama?" tanya Mas Samuel membuat lututku lemas sendiri. Aku menatapnya dengan sorot mata Mas Samuel yang tampak meminta penjelasan lebih. Aku memegang seatbelt dengan tangan sedikit gemetar. Bingung harus menjawab apa. "A-aku turun di sini aja," putusku. Tanganku dengan tergesa-gesa langsung membuka sabuk pengaman dan memegang pintu mobil hendak keluar. Sialnya pintu tersebut masih terkunci. Alhasil mau tak mau pandangan kami kembali bertemu. "Saya hanya butuh jawaban kamu, iya atau enggak, Serena." Mas Samuel memandangku penuh. Aku mati kutu di tempat. Mulutku sengaja kututup rapat-rapat, takut ucapanku yang keluar nanti malah membuatku diambang kehancuran. "Jawab Serena," kata Mas Samuel terus menuntut. "Enggak." Aku memandangnya penuh keyakinan. "Aku nggak pernah ke main ke bar, apalagi tidur bersama. Mas kayanya salah liat. Itu bukan aku." Mas Samuel menatapku tak percaya. Pria itu membuka ponselnya, seolah mencari sesuatu di dalam sana. Aku berusa
Read more

Bab 69 Ungkapan Cinta

Ke esok kan paginya. Aku terbangun dari posisi tidurku karena merasakan mual yang tak dapat ditahan. Meski dengan keadaan sedikit terkejut, aku langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi yang bergejolak di dalam perut. Kalian tidak salah. Aku masih berada di apartemen Mas Samuel. Tadi, sewaktu aku membuka mata aku merasakan tangan kekar melingkar di area perutku. Kini, posisiku masih di kamar mandi. Menatap diri di dalam cermin dengan pikiran penuh. Tiba-tiba aku merasakan tendangan di bawah sana. Refleks tanganku memegang perut, mengusap perlahan dengan tatapan teduh. Mungkin dedek bayi merasakan apa yang saat ini Ibunya rasakan. Bahagia sekaligus sedih. "Kamu kenapa?" tanya Mas Samuel muncul dari belakang. Spontan aku berbalik dan menjauhkan tanganku dari area perut. Namun, Mas Samuel rupanya lebih dulu melihat posisi tanganku yang cukup ambigu tersebut. "Perut kamu kenapa?" Mas Samuel menghampiriku. "Mual lagi?" tanyanya. Aku membuka mulut tapi tak kunjung menjawab.
Read more

Bab 70 Kecurigaan

Posisiku saat ini sedang berada di toko bunga milik Mbak Yuni. Selain menjadi ibu rumah tangga, Mbak Yuni juga mengelola toko bunga yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Perempuan yang berhasil menikah dengan Mas Rifki itu membuat diriku iri dibuatnya. Pernikahan mereka hampir mendekati kata sempurna. "Tumben main ke sini, sumpek ya di rumah terus?" tanya Mbak Yuni. Aku menoleh padanya. Mengangguk singkat. Lalu kembali memilih kira-kira bunga apa yang cocok untuk ditanam di halaman rumah. "Mbak liat-liat badan kamu lumayan berisi, ya, Ser?" Pergerakanku berhenti. Tanganku langsung menjauh dari bunga mawar. Apakah kehamilanku sudah terlihat? Atau memang semua perempuan gampang menyadari kehamilan seseorang? Maksudku, perubahan-perubahan tertentu perempuan pasti selalu mengetahuinya. Contohnya seperti sekarang. Tadi Ibunya Kinan, sekarang Mbak Yuni. Apakah memang sungguh ketara? "Eh, itu maksud Mbak... bagus kamu gemukkan gini. Berarti selama ini kamu bahagia."Aku terkekeh pelan
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status