All Chapters of Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Chapter 41 - Chapter 50

127 Chapters

Bab 41 Kisah Bella

"Lo inget yang gue cerita lagi nge-date sama dia dan gue nelpon lo? Itu pulangnya gue diajak ke rumah dia. Dan, orang tua Mas Hendra... kayanya nggak suka sama gue," ujar Bella terdengar lirih. —Flashback Bella (Author POV) Waktu itu, pada malam di mana Bella mengiyakan ajakan Hendra untuk pergi ke rumahnya, di situ lah Bella merasakan bahwa kehadirannya tak pernah diinginkan oleh keluarga Pramudya. Perasaannya lantas bercampur aduk kala untuk pertama kalinya kaki ia injakan ke kediaman Pramudya, yang tak lain adalah keluarga Hendra, kekasihnya sendiri. Itu adalah pertemuan pertama Bella dan orang tua kekasihnya setelah hubungan mereka sudah terjalin dua tahun. Bella beberapa kali mengatur napasnya. Dibarengi dengan itu, Hendra terus menyakinkan bahwa keluarganya pasti akan menerima Bella dengan baik. Pria itu juga menggandeng tangan Bella sampai ke dalam rumah. "Tenang, Mama sama Papa aku nggak gigit, Sayang," ujar Hendra. Bella hanya mampu tersenyum. Ia bahkan tak bisa mengat
Read more

Bab 42 Perceraian

—Siang HariUsai percakapanku dengan Bella di cafe, kami memutuskan berpisah. Bella dengan pikiran kacaunya pergi ke rumah, sedangkan aku kini sudah berada di sekolah Anin menunggu anak itu pulang. Di taman kanak-kanak, aku hanya bisa melamun. Memikirkan bagaimana nasib hubungan Bella dan Hendra setelahnya. Jika Bella berakhir tak bersama Hendra, apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tak sanggup melihat hati sahabatku sendiri hancur lebur. Beberapa kali aku menarik napas gusar. Berharap ada keajaiban di hubungan mereka. Walau aku masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Ya, bagaimana Hendra menerima tunangannya itu saat ia sudah memiliki kekasih? Dering ponsel membuat lamunanku buyar. Aku menatap layar itu dan membaca siapa yang menelepon di siang hari seperti ini. Reno. Nama itu yang tertera di layar ponselku. Tanpa banyak pikir, aku menekan tombol hijau pertanda panggilan diterima. "Selamat siang, Bu," sapa Reno terlebih dahulu. "Siang, Ren. Kenapa?""Pak Samuel sedang
Read more

Bab 43 Pertemuan Anin dan Baskara

—Kedai Mie Ayam"Mang Asep, mie ayam bakso satu, sama mie ayam pangsit satu, ya." "Siap, Mbak Serena. Ditunggu, ya. Mangga duduk dulu di sana," ujar si penjual mie ayam legendaris yang kukenali bernama Asep. Aku pun mengajak Anin duduk di meja kosong. Menaruh tas gendong anak itu di sebelah dekat tembok, di mana meja kami mepet dengan dinding. "Ma, Papa lagi apa, ya?" tanya Anin tiba-tiba. "Lagi kerja, Sayang. Kenapa, kok, Anin tiba-tiba nanyain Papa?" "Anin pengen makan mie ayam bareng sama Papa juga."Permintaan anak kecil memang tak sepenuhnya salah. Apalagi perihal makan bersama sang ayah tercinta. Namun, entah kenapa aku merasa Anin salah satu anak yang memang tak bisa lepas dari sosok ayah. Aku menyadari satu hal bahwa setiap kami bersama, Mas Samuel selalu menjadi topik pembicaraan. Anin selalu menanyakan keberadaan sang ayah, selalu ingin berada di sisinya. Apa pun dan dalam kondisi kami sedang berdua sekalipun, yang ditanya selalu Mas Samuel, ayahnya sendiri. Dan kini
Read more

Bab 44 Izin Keluar Malam

"Atas hak apa kamu bawa Anin? Dia anak saya Serena!" teriak Baskara begitu lantang. Kakiku seolah tertancap paku di bawah sana. Sulit bergerak dan dada pun bergemuruh kencang. Tangan yang semula saling bertautan kini terlepas begitu saja. Aku menatap ke depan dengan lutut yang sangat lemas. Lalu menundukkan kepala menahan amarah. "Anin anak say—""Stop!" teriakku langsung membalikkan badan. Lalu aku menoleh ke arah Anin di mana anak itu tampak terkejut. Aku menyuruh Anin masuk ke dalam mobil lebih dulu. Sebut saja aku jahat karena ikut merahasiakan hal ini dari Anin. Sebab aku tak ingin anak itu sedih dan terpuruk mengetahui Mas Samuel bukanlah ayah kandungnya. Aku menatap Baskara setelah Anin masuk dengan aman ke dalam mobil. Tuhan, bagaimana kalau Anin tahu bahwa orang yang ada di hadapanku saat ini adalah ayah biologisnya? "Kamu apa-apaan Serena?!" katanya hendak menyusul Anin. Aku pun menahan tangannya dan menarik pria itu sedikit jauh dari mobil. "Ck! Saya mau ketemu Anin,
Read more

Bab 45 Fakta yang Sebenarnya

—Pukul 7 Malam, CoffeeshopSejujurnya, aku tidak tahu berita apa yang akan Baskara sampaikan padaku. Namun, mendengar bagaimana dia berbicara dan membuat janji seperti tadi siang, membuatku rasa keingintahuanku sangat tinggi.Seperti sekarang ini, karena rasa penasaran yang membuncah, aku memberanikan diri datang ke Coffeeshop dengan tangan kosong dan tentunya tanpa pendamping. Posisiku kini sudah berada di parkiran. Tanganku masih setia memegang setir mobil sehingga memperlihatkan jam di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 7.10 yang artinya lewat 10 menit dari waktu perjanjian. Dengan pikiran penuh, aku pun turun dari mobil berjalan ke pintu masuk Coffeeshop. Sedikit terdiam kala pintu sudah tertutup kembali. Pandanganku mengedar ke segala arah. Aku tidak melihat ada Baskara di sini. Apakah pria itu ada di lantai dua? Karena tidak menemukan Baskara di bawah, aku naik ke lantai dua dengan suasana yang cukup berbeda. Lantai dua lebih mirip rooftop dihiasi lampu remang-remang d
Read more

Bab 46 Kecelakaan

—Back to POV SerenaDengan keraguan, aku bangkit dari duduk, menatap Baskara sebentar lalu meninggalkan pria itu di belakang sana. Hatiku terasa dicabik-cabik. Perkataan Baskara membuatku tak bisa berpikir jernih. "Serena!" Baskara mencekal tanganku saat sampai di parkiran. Aku menepisnya dengan kasar. "Saya nggak mau dengar omong kosong kamu Baskara!" "Saya serius Serena. Lambat laun Samuel akan menceraikan kamu dan kembali bersama Kinan!"Plak! Tamparan keras itu kuberikan tepat di pipi kanan milik Baskara. Wajah pria itu menoleh ke samping dengan tangan mengepal di bawah sana. Napasku memburu. Aku menatap Baskara dengan sorot mata yang sudah memerah. Mulutku kembali dibungkam saat Baskara memberikan bukti yang membuatku tak bisa berkutik di tempat. "Dia mengunjungi pengadilan agama dan mendaftarkan perceraian kalian di sana," ujar Baskara. Aku menutup mulut tak percaya. Lututku tiba-tiba lemas. Ponsel berlogo apple itu menunjukkan Mas Samuel sedang berada di Pengadilan Agama
Read more

Bab 47 Menyakitkan

Pagi hari pun tiba. Sekarang aku sudah siap-siap pulang dari rumah sakit. Jam 6 pagi, dokter mengatakan bahwa keadaanku sudah membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Sebab kejadian tadi malam hanya kecelakaan ringan saja. Tidak ada luka serius, hanya kening saja yang harus diperban. Juga lemasnya sudah tidak terasa. Pagi ini, aku benar-benar terasa sudah sehat. "Aku bisa sendiri, Mas." Aku menolak kala Mas Samuel hendak memapah jalanku. "Kamu belum sepenuhnya sehat Serena," ujarnya kekeh. Aku menatapnya tak suka. Lalu membiarkan Mas Samuel memapah sampai luar, sungguh malas berdebat di pagi hari. "Kita beli sarapan dulu," kata Mas Samuel setelah kami memasuki mobil. Mobil pun melaju meninggalkan gedung serba putih itu yang baunya sama sekali tidak suka. Ya, aku memang tidak suka dengan bau rumah sakit. Bahkan, saat sakit pun lebih baik dokter memeriksaku di rumah daripada harus pergi berobat ke luar. Jalanan pagi di kota Jakarta ternyata lumayan menyejukkan. Tidak ada polusi ud
Read more

Bab 48 Membisu

Ting! Bella :[Di mana, Ser? Masih lama nggak? Anin nanya kalian mulu, nih. Udah gue jawab lagi di jalan, tetep aja anaknya ngerengek.]Pesan itu masuk kala tanganku ingin sekali menampar wajah tampan Mas Samuel. Dengan kekesalan yang mendarah daging, kugenggam ponsel seerat-eratnya dan membalikkan badan berjalan terlebih dahulu ke dalam gedung apartemen. "Serena!" panggil Mas Samuel mengejarku. Aku terus berjalan cepat menuju lift. Menekan tombol di sana dan ikut panik kala Mas Samuel lebih dekat dengan lift yang aku naiki. Namun, akhirnya aku bisa bernapas lega karena lift tersebut lebih dulu tertutup sesampainya Mas Samuel. Aku memegang pembatas besi di sebelah kiri, mengusap air mata yang sialnya terus mengalir. Sekarang, apa yang harus aku lakukan Tuhan? Bagaimana aku berjuang sedangkan Mas Samuel saja lebih memilih melepaskanku. Apakah takdir memang sekejam ini? Suara pintu lift terbuka. Aku bergegas keluar dan menuju unit apartemen Bella. Berusaha menormalkan deru napas da
Read more

Bab 49 Surat Cerai

—Kembali ke RumahSelama di perjalan menuju rumah yang dulu sempat kami tempati sebelum pindah ke apartemen, selama itu tidak ada perbincangan di dalam mobil. Aku, Mas Samuel maupun Anin seolah membisu. Sampai akhirnya kami sampai di rumah, dingin masih terasa. Mas Samuel beberapa kali menoleh ke arahku namun aku menghiraukan tatapannya. "Bi Siti?" panggil Mas Samuel. "Tolong bawa Anin ke dalam kamar, biarkan Anin main di sana."Bi Siti selaku asisten rumah tangga di rumah kami pun mengangguk lirih dan mengajak Anin keluar dari rumah. Kini, yang tersisanya hanya aku dan Mas Samuel. Pria itu menghadap ke arahku, bersiap ingin menjelaskan pertengkaran di antara kami. "Tolong beri Mas waktu untuk menjelaskan semuanya," ujar pria itu. Aku menatapnya, memberikan kesempatan setidaknya aku harus mendengarkan penjelasan dari mulutnya sendiri. Entah itu kebohongan atau kebenaran yang selama ini ia sembunyikan. Mas Samuel tampak mengambil napas dulu sebagai ancang-ancang. Ia makin memperda
Read more

Bab 50 Keputusan

—POV Samuel, Kejadian sebelum perceraian diputuskan. Di sela-sela kesibukanku, aku sempat menyempat waktu bertemu dengan Baskara di sebuah restoran bintang lima yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta. Waktu itu, aku yang lebih dulu meminta bertemu. Menanyakan apa maksud pria itu mengusik proyek yang sedang kami kerjakan di Singapore. "Maaf saya telat, saya pikir anda bercanda soal pertemuan ini." Baskara menatap ke seluruh restoran. "Bagus juga tempatnya. Ternyata selera Anda cukup baik Pak Samuel."Aku tahu setiap perkataannya itu mengandung sindiran di dalamnya. Bagaimana liciknya Baskara, bahkan aku hampir tahu semua gelagat pria di depanku ini.Aku berdecih pelan. Mengeluarkan ponsel dari dalam jas, lalu membukanya dan menunjukkan sesuatu kepada Baskara tepat di depan matanya. "Bisa Anda jelaskan ke saya apa maksud semua ini?" tanyaku sengaja menantangnya. Baskara tampak mengangkat sudut bibirnya kemudian menatapku remeh. Pria itu sedikit mencondong
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status