—Kedai Mie Ayam"Mang Asep, mie ayam bakso satu, sama mie ayam pangsit satu, ya." "Siap, Mbak Serena. Ditunggu, ya. Mangga duduk dulu di sana," ujar si penjual mie ayam legendaris yang kukenali bernama Asep. Aku pun mengajak Anin duduk di meja kosong. Menaruh tas gendong anak itu di sebelah dekat tembok, di mana meja kami mepet dengan dinding. "Ma, Papa lagi apa, ya?" tanya Anin tiba-tiba. "Lagi kerja, Sayang. Kenapa, kok, Anin tiba-tiba nanyain Papa?" "Anin pengen makan mie ayam bareng sama Papa juga."Permintaan anak kecil memang tak sepenuhnya salah. Apalagi perihal makan bersama sang ayah tercinta. Namun, entah kenapa aku merasa Anin salah satu anak yang memang tak bisa lepas dari sosok ayah. Aku menyadari satu hal bahwa setiap kami bersama, Mas Samuel selalu menjadi topik pembicaraan. Anin selalu menanyakan keberadaan sang ayah, selalu ingin berada di sisinya. Apa pun dan dalam kondisi kami sedang berdua sekalipun, yang ditanya selalu Mas Samuel, ayahnya sendiri. Dan kini
Read more