Share

Bab 70 Kecurigaan

Penulis: Nona Enci
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Posisiku saat ini sedang berada di toko bunga milik Mbak Yuni. Selain menjadi ibu rumah tangga, Mbak Yuni juga mengelola toko bunga yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Perempuan yang berhasil menikah dengan Mas Rifki itu membuat diriku iri dibuatnya. Pernikahan mereka hampir mendekati kata sempurna.

"Tumben main ke sini, sumpek ya di rumah terus?" tanya Mbak Yuni.

Aku menoleh padanya. Mengangguk singkat. Lalu kembali memilih kira-kira bunga apa yang cocok untuk ditanam di halaman rumah.

"Mbak liat-liat badan kamu lumayan berisi, ya, Ser?"

Pergerakanku berhenti. Tanganku langsung menjauh dari bunga mawar. Apakah kehamilanku sudah terlihat? Atau memang semua perempuan gampang menyadari kehamilan seseorang? Maksudku, perubahan-perubahan tertentu perempuan pasti selalu mengetahuinya. Contohnya seperti sekarang. Tadi Ibunya Kinan, sekarang Mbak Yuni. Apakah memang sungguh ketara?

"Eh, itu maksud Mbak... bagus kamu gemukkan gini. Berarti selama ini kamu bahagia."

Aku terkekeh pelan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 71 Sepeda Baru

    —Rumah Ibu, POV SerenaYa, sama seperti dulu. Kali ini hanya ada aku, Mbak Yuni dan Ibu saja di ruang tamu. Kami bertiga duduk saling berhadapan dengan ekspresi masing-masing. Aku beberapa kali menghela napas karena keadaan di ruang tamu mendadak hening. Ibu terus menatapku dengan ketajaman matanya. Entah apa reaksi Ibu ketika beliau mengetahui bahwa kini aku sedang mengandung cucunya. "Ada yang mau Serena kasih tau sama Ibu," ujarku begitu hati-hati. Mbak Yuni menatapku penuh arti, juga dengan Ibu. Namun, tatapan Mbak Yuni nampak resah. Berbeda dengan Ibu yang terlihat penasaran dan menampilkan raut wajah curiga. "Serena harap Ibu nggak kecewa." Aku menatap Ibu dengan sorot mata teduh. "Serena hamil, Bu." Tiga kata itu akhirnya keluar dari mulutku. Ibu langsung mematung di tempat. Wanita itu terlihat syok sampai memegang dadanya tak percaya. "Maksud kamu hamil bagaimana Serena?" tanya Ibu dengan napas yang tercekat. Aku mengusap perutku sendiri. "Di dalam sini, ada buah hati S

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 72 Cemburu 1

    Ting! Bayu :/send a photoFoto yang dikirim oleh Bayu adalah foto di mana Mas Samuel dan Kinan sedang berpelukan. Pria itu hanya mengirimkan foto tanpa pesan ketikan. Namun, aku seolah mengerti maksud pria itu mengirim foto tersebut. Karena merasa tidak ada yang perlu dibalas, aku mematikan ponsel dan kembali melamun di atas balkon kamar. Di dalam foto tadi, jelas mereka saling berpelukan, sebab bukan hanya tangan Kinan saja yang memeluk pinggang Mas Samuel, melainkan pria itu pun melakukan hal yang sama. Aku tak ingin mengingat-ngingat foto tersebut, tapi kenapa pikiranku terus tertuju ke arah sana? Tiba-tiba aku merasa jengkel sendiri. Ah, tidak mungkin aku cemburu. "Serena?" panggil Mbak Yuni. Aku menoleh ke belakang. "Kenapa Mbak?""Kalau itu terlalu berat, kamu bisa cerita sama Mbak, Ser."Aku tersenyum padanya. Mbak Yuni sangat baik. Perempuan itu sudah seperti Kakak kandungku sendiri. Aku menyayangi perempuan yang amat dicintai oleh Kakakku. Perempuan sederhana yang selal

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 73 Tamparan

    Toko Bunga Sehati milik Mbak Yuni. "Mbak Yuni, untung pulang cepat. Ini ada request buket bunga, katanya pengen yang punya toko yang bikin. Bunganya ada di dalam udah aku siapin, orangnya nanti ambil sekitar satu jam lagi."Aku kenal, perempuan itu bernama Jodie. Karyawan Mbak Yuni. Dia menyapaku dengan senyuman. Kubalasnya dengan hal yang sama. "Oke, Jo. Nanti aku bikin. Kamu mau rujak nggak?" tawar Mbak Yuni. "Nanti aja, Mbak. Di luar lagi rame, aku nggak enak sama yang lain. Mari Mbak," katanya dengan sopan. Setelah kepergian Jodie. "Sering ada pelanggan yang kaya gitu, Mbak? Minta dibuatin buket tapi langsung sama pemiliknya?" tanyaku kebingungan sendiri. "Nggak sering si, tapi kadang ada aja yang minta request." Aku mengangguk-angguk pelan. "Seru juga ternyata diam di sini, berbagai aroma bunga jadi satu. Harumnya benar-benar enak. Anak aku juga kayanya suka," kataku seraya tersenyum pelan. "Makanya sering-sering main ke sini. Nanti kalau udah pindah, bakal susah kita ket

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 74 Mall

    —POV Samuel"Papa! Lempar lagi bolanya, Pa!" teriak Anin memberikan semangat padaku.Sekarang posisi kami sedang berada di salah satu Mall di Jakarta. Main Timezone merupakan permintaan Anin yang baru bisa aku kabulkan sekarang. Kesibukan memang selalu mengalahkan segalanya bukan? "Papa lempar lagi!" teriak Anin begitu antusias. Saat ini kami sedang bermain mandi bola. Permainan yang membuat Anin bahagia di setiap part-nya, padahal hanya bermain dengan bola saja. "Bunda, ayo lempar juga!" kata Anin terus meneriaki aku dan Kinan. Satu lemparan bola sengaja ku arahkan kepada Kinan karena ia terus berdiam bak penonton, untung perempuan itu cepat menghindar sehingga bola tersebut tidak terkena wajahnya. "Haha! Bunda kena!" tawa Anin begitu lepas. "Papa ayo lempar lagi! Kita serang Bunda!" kata Anin terus mengompori. Setelah merasa puas main mandi bola. Kini kami berpindah ke permainan lain, yaitu bola basket. "Papa tanding lawan Bunda, ya!" ujar Anin seolah menjadi wasit. Aku men

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 75 Cemburu 2

    —POV Serena Aku bingung kala Bella menghentikan langkahnya. Kupikir perempuan itu kenapa, ternyata kini di depanku ada Mas Samuel juga Kinan. Aku sampai terpaku di tempat. "Mas Samuel?" lirihku. Mereka berdua sama terkejutnya dengan kami. Aku memandang diam. Tidak ada pembicaraan. Hening pun terjadi. Tadi, saat di toko bunga milik Mbak Yuni setelah kepergian Baskara tiba-tiba Bella menghubungiku. Perempuan itu meminta di antar ke Mall karena ingin membeli komik di Gramedia. Katanya si buat pengalihan isu supaya bisa sedikit melupakan Hendra, mantan kekasih yang masih dicintainya. Tersadar, aku langsung menarik tangan Bella. "Kita ke rak yang lain aja, Bel." Bella menurut dan kami pun pergi ke rak buku di belakang sana. Sedangkan Mas Samuel dan Kinan hanya diam menatap kepergian kami. "Nggak ekspek ketemu mantan lo di sini," ujar Bella seraya mengintip. "Eh, mereka ngapain di sini, ya? Masa iya Kinan baca komik sama kaya gue? Atau mantan lo?""Mas Samuel nggak suka baca komik, k

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 76 Hujan dan Kamu

    "Serena, l-lo mau ke mana?" cegah Bella saat aku mulai menjauh dari meja yang tadi aku tempati bersama Mas Samuel, Kinan dan Anin. Aku menatap Bella sebentar. Lalu kembali melanjutkan niat. Ya, aku memilih pergi dibanding terus bersama mereka. Aku marah. Entah kenapa. "Serena!" teriak Bella. Mungkin Bella melihat kebersamaan Mas Samuel di belakang sana bersama Kinan dan anaknya. Sehingga aku mendengar derap langkah mulai mendekati. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bella orangnya. Karena tidak mungkin Mas Samuel mengejarku, pertanyaannya untuk apa? "Serena, astaga!" ujar Bella setelah berhasil berdiri dan mensejajarkan langkahnya denganku. "Kok lo malah pergi gitu aja si?" kesal Bella. Aku tidak menjawab. Terus melanjutkan perjalanan. "Serena!" Sentakan dari tangan Bella membuat langkahku ikut berhenti. Aku mencoba agar amarah itu tidak meledak di depan Bella. Bahkan matanya saat ini rasanya panas sekali, seperti ingin menangis. Oh, tidak. Ini buruk. Mengapa hal sepele se

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 77 Demam dan Ngidam?

    Mas Samuel mengantarkan aku sampai rumah. Di sepanjang perjalanan, pria itu tidak mengajakku berbicara. Aku pun memilih membisu. Kini, setelah sampai rumah aku dan Mas Samuel langsung disambut oleh Bi Siti. "Ya ampun Bu Serena kenapa pucat begini, Pak?" tanya Bi Siti langsung menghampiri kami. "Tolong siapkan air hangat."Diberi perintah seperti itu, Bi Siti langsung mengangguk dan melesat pergi ke dalam kamar mandi. "Saya ambil handuk dulu. Kamu tunggu di sini jangan ke mana-mana," ujar Mas Samuel. Aku tidak mengangguk hanya melihat kepergian pria itu. Awalnya ingin menolak, tapi rasanya tidak bertenaga untuk sekedar berbicara. Pikiranku terus tertuju di mana pria itu mengabaikan pelukanku. Entah kenapa hatiku terluka karenanya. Mas Samuel kembali dengan handuk di tangannya. Aku menerima handuk tersebut dan Bi Siti pun muncul dengan langkah tergesa-gesa. "Air hangatnya sudah Bibi siapkan, Pak," ujar Bi Siti. Mas Samuel lalu menatap ke arahku. "Ayo saya antar ke kamar mandi."A

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 78 Tuduhan Hamil

    Pagi pun tiba. Aku mengeluh dalam tidurku. Membuka mata karena merasakan ada tangan yang melilit tubuhku. Awalnya aku kaget karena posisi wajah Mas Samuel sangat dekat denganku. Dengan nakalnya tanganku memegang setiap inci di wajahnya. Mulai dari alis, mata, hidung hingga yang terakhir adalah bibir. Aku tersenyum hangat. Ketampanan Mas Samuel tidak dapat diragukan lagi. Pantas aku sulit sekali melupakan pria ini. Tiba-tiba pria itu bergerak dalam tidurnya. Aku panik sendiri langsung memejamkan mata takut ketahuan. Namun, yang kurasa adalah tangan itu makin memperdalam pelukan di pinggangku. Hingga aku merasakan ksatria pria itu menyentuh bagianku di bawah sana. Lantas aku tersenyum simpul. Membalas pelukan itu dan kembali melanjutkan tidur entah sampai jam berapa. Melupakan status di antara kami yang sudah tidak lagi bersama. Saat mataku terpejam. Aku merasakan sebuah kecupan hangat di kening, juga usapan lembut di bagian sudut bibir. Dengan perlahan, mataku kembali terbuka. Ma

Bab terbaru

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 127 Hidup Bersamamu (Tamat)

    Sudah beberapa hari ini, Mas Samuel rutin bertamu ke rumah Ibu. Entah apa tujuannya, tapi pria itu selalu saja menyempatkan waktu datang ke sini sekalipun baru pulang kerja. Ia juga membelikan banyak main untuk Sakti. Ah, perihal itu, aku sudah memberitahu Sakti. Semuanya, tanpa ada yang terlewat. Anak itu kesenangan sendiri, ia memang sempat tidak mau bicara padaku, tapi akhirnya dibujuk Mas Samuel hingga kini kami seperti keluarga. "Tumben Samuel belum datang? Biasanya dia jam 6 sudah ada di sini," ujar Ibu mengompori. Ya, biasanya Mas Samuel datang setiap jam 6 pagi ke sini. Ikut sarapan bersama kami dan setelahnya mengantar Sakti berangkat sekolah. Namun, sudah setengah 7 tapi batang hidung pria itu belum juga kelihatan. Aku sedikit, khawatir takut ia kenapa-kenapa. "Udah, dihabiskan dulu sarapannya. Kalau Samuel beneran nggak jemput Sakti, kamu bisa antar Sakti dulu. Ke butik bisa belakangan," ujar Ibu. Aku memang memutuskan kerja di butik Ibu. Aku dibimbing Ibu menjadi desai

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 126 Perjalanan Hidup

    1 Minggu kemudian. Di 1 Minggu ini, aku tidak banyak berjumpa dengan orang-orang sekitar. Semenjak pindah ke rumah ibu, waktuku dihabiskan bersama ibu dan Sakti. Aku juga telah mengurus beberapa surat kepindahan dan akhirnya saat ini aku bisa mendaftarkan Sakti ke TK. Soal panggilan dari Sky Group, aku memilih menolaknya. Waktu itu sempat tahap interview, tapi tidak jadi karena diriku memilih pergi. Aku—mungkin tidak akan bisa bekerja di bawah naungan Mas Samuel. "Kamu udah apply lamaran ke perusahaan, Mas?" tanya Mas Rifki yang pagi-pagi sudah ada di rumah Ibu. Pertanyaan itu langsung dapat anggukan dariku. Kami saat ini sedang sarapan bersama, Mas Rifki datang bersama istri dan anaknya hanya karena aku mendaftarkan Sakti ke TK di mana tempatnya sama dengan Sekolah Dasar Kenzo. Mbak Yuni menyahut, "Kamu jadi kerja di tempat Mas Rifki, Ser? Ngelamar posisi apa?" "Iya, bagian admin Mbak. Jalur referensi Mas Rifki. Katanya lagi ngebutuhin admin di sana," balasku apa adanya. Tiba

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 125 Meminta Restu

    Suara dering ponsel mampu membangunkan tidur nyenyak 'ku. Panggilan itu berasal dari Reno. "Kenapa, Reno?" tanyaku bersandar di kepala ranjang. Kepalaku terasa berat. Mungkin efek mabuk semalam. "Di kantor ada Pak Rifki, Pak. Beliau menunggu di ruangan Bapak," jelas Reno. Aku mengerutkan kening. Untuk apa Rifki datang ke kantorku? "Saya segera ke sana," ucapku langsung memutus sambungan. Aku beranjak dari ranjang dengan kepala yang masih terasa pening. Namun, pandanganku tertuju kepada meja yang di atasnya terdapat lampu tidur. Di sana terdapat satu gelas air dengan sepucuk surat di bawahnya. > [Ini jamu yang bisa buat badan kamu lebih enakan. Jangan lupa diminum kalau sudah bangun. /from Serena]Aku tersenyum hangat membaca pesan tersebut. Kupikir perempuan itu marah karena semalam tanpa sadar aku telah membuatnya tidak berdaya di ranjang. Tanganku menggapai gelas tersebut dan meminumnya hingga tandas. Bentuk perhatiannya yang seperti membuatku makin yakin bahwa Serena hanya cu

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 124 Kelewat Mabuk

    Cekalan itu langsung terlepas ketika kami sampai di luar, tepatnya di depan mobil pria itu. Aku jadi tidak enak dengan Elmar yang masih di dalam. Pria itu pasti kecewa karena diriku pergi begitu saja tanpa mengucap sepatah kata. Saat kulihat, tatapan elang penuh amarah seketika tertuju padaku. Aku masih syok dengan kedatangannya yang di luar kendali. Apalagi melihat sorot matanya yang begitu menakutkan. Sehingga siapa pun yang melihatnya tidak berani menyapa, bahkan melirik saja mungkin tidak sampai. Setiap pergerakannya tidak lepas dari bola mataku. Meski aku takut sendiri, tapi pandanganku tidak bisa lepas darinya. Ia membuka jas yang menempel ditubuhnya, menyisakan kemeja putih sebagai pakaian yang kenakan. Tanpa diduga, jas hitam yang sempat ia copot tersebut beralih posisi sehingga kini aku yang memakai jas kebesaran itu. Tatapan kami bertemu. Tentu saja aku terkejut. Perhatiannya barusan membuat jantungku berdebar kencang. "Masuk," tegasnya berjalan lebih dulu ke arah mobil.

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 123 Di Antara Dua Pilihan

    Saat ini, aku sedang mengobati luka Mas Samuel. Meski lukanya tidak cukup serius, tapi jika dibiarkan bisa jadi infeksi. Apalagi pukulan yang diberikan cukup keras sehingga sudut bibir pria itu sobek sedikit. Ah, soal Mas Rifki, ia sudah ditenangkan oleh Mbak Yuni. Aku menuangkan alkohol ke atas kapas, memegang dagu Mas Samuel tidak asa-asa. Pria itu meringis kala lukanya tidak sengaja ku tekan. Ini kedua kalinya aku melihat Mas Samuel terluka oleh kakakku, tapi soal rumah sakit. Apakah aku harus menanyakannya pada pria ini? "Tanya aja. Nggak usah ngeliatin saya kaya gitu," ucap Mas Samuel. Aku salah tingkah sendiri. Menurunkan tangan dari dagunya, lalu menatapnya lamat-lamat. "Yang dibilang Mas Rifki itu... benar?" tanyaku hati-hati. "Soal saya yang masuk rumah sakit karena kakak kamu?" Langsung kuberi anggukkan. "Soal itu, memang benar. Kejadiannya udah lama. Lagipula, saya masih hidup sampai sekarang. Jadi, pukulan Mas kamu nggak seberapa buat saya."Nggak seberapa bagaimana?

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 122 Kalut

    —Di dapurAku masih memikirkan ucapan Mbak Yuni. Entah kenapa hal itu malah menganggu konsentrasi. Mas Samuel dan Kinan tidak kembali. Dalam artian mereka tidak rujak atau menikah kembali. Apakah menutup telinga selama ini kesalahan terbesarku? "Serena?" Pikiranku saat ini penuh. Berbagai macam pertanyaan muncul di kepala. Tidak mungkin aku menyesal atas apa yang telah kupilih lima tahun yang lalu. Ya, tidak mungkin. Perasaan ini mungkin hanya sesaat saja. Perasaan memilukan karena tidak tahu bahwa nasib Mas Samuel justru lebih sulit dari dugaanku. "Astaga, Serena!" Aku tersentak. Buru-buru mematikan kompor. Menatap nanar ikan gosong di penggorengan. Miris. Bahkan ikan tersebut tidak ada yang bisa dimakan. Semuanya menghitam. "Kamu lagi mikirin apa coba? Masak kok malah ngelamun. Ikannya jadi gosong, kan," omel Ibu. Tatapku masih tertuju pada penggorengan di sana. Kecerobohanku lagi-lagi merugikan. Ibu terlihat marah juga khawatir. Aku tidak mengucapkan apa-apa, sebab masih syok

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 121 Fakta Mengejutkan

    —HOTELAku sudah kembali ke hotel dengan perasaan campur aduk. Suaminya tidak sesuai yang aku harapkan. Harusnya aku lebih berhati-hati karena ketika hal buruk menimpa hidupku dengan Sakti, aku punya cara untuk menghindarinya. Kalau sudah seperti ini, apa yang harus aku lakukan, Tuhan? "Terima kasih, Mas. Aku sama Sakti ke dalam dulu," ujarku tersenyum tipis kepada Elmar. Elmar memegang tanganku kala pintu hotel hendak ditutup. Pria itu memberi kode kepada Sakti agar anak itu pergi lebih dulu ke dalam. Ia menarik tanganku sehingga kini aku berada di luar pintu. "Ada yang mau saya tanyakan sama kamu," ujar Elmar melepas cekalan tadi. Aku menekuk kedua alis. Apakah pria itu akan bertanya soal Mas Samuel? "Sejak kapan kamu dekat lagi dengan Samuel?" tanyanya. Dugaanku benar. Elmar menanyakan soal Mas Samuel. Namun, kenapa tiba-tiba begini? Ini bahkan terasa seperti interogasi, bukan tanya bertanya."Aku rasa kita nggak perlu bahas itu, Mas. Lagipula, dekat lagi atau nggak, itu hak

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 120 Keputusan Mas Samuel

    "Papa senang, akhirnya kita bertemu, Sakti."Bella langsung memegang pundakku. Perempuan itu juga membawa Sakti pergi menjauh dari kami. Kini, tinggal aku dan Mas Samuel yang saling berhadapan satu sama lain. Aku tidak tahu kenapa keadaan saat ini cukup mencekam. Mas Samuel terus menatapku seolah tidak ada objek lain di sekitarnya. Aku benar-benar tidak bisa berkata apa pun. Ini membuatku mati kutu. "Saya sudah melakukan tes DNA," ucap Mas Samuel makin mengejutkanku. "Ibu bilang bahwa Sakti begitu mirip dengan saya sewaktu kecil. Awalnya saya nggak berpikir demikian. Tapi, saat saya mencoba mendekat pada Sakti, saya merasa memang benar ada kemiripan antara saya dan Sakti. Itu sebabnya saya melakukan tes DNA," jelas pria itu. Mas Samuel menatapku sangat dalam. "Serena, jika Sakti memang anak kita berdua, kenapa kamu menyembunyikan hal ini dari saya?" Aku membuang wajah ke arah lain. Menarik napas di sana. Lalu menatap Mas Samuel dengan napas sedikit tercekat. "Sakti bukan anak ka

  • Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali    Bab 119 Terbongkarnya Rahasia

    "Sakti?" panggilku langsung menghampirinya. "Kamu habis ngobrol sama siapa?" "Tadi ada uncle Samuel, Mom."Aku menatap arah pandangan Sakti. Yang terlihat hanya bagian belakangnya saja. Pria itu sudah menjauh. Ia berada di seberang jalan, lalu membuka pintu mobil dan pergi dari sana. "Mobilnya uncle Sakti bagus, ya, Mom." Aku mengangguk mengiyakan ucapan Sakti. "Lihat, uncle Samuel juga kasih mainan buat Sakti. Katanya ini mobil Tamia keluaran terbaru. Kalau besar nanti, Sakti mau jadi pembalap mobil, ya, Mom. Bolehkan?" Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Apa pun untuk Sakti aku pasti akan perjuangkan. Cita-cita juga keinginannya sebisa mungkin akan kuberikan yang terbaik untuknya. Aku tidak ingin Sakti kekurangan apa pun. Untuk itu, aku harus berjuang lebih keras lagi. Tin! Tin! Tin! Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami. Kaca mobil tersebut pun terbuka menampilkan sosok teman yang masih setia bersamaku hingga detik ini. "Aunty Bella!" pekik Sakti. Bella pun turun d

DMCA.com Protection Status