All Chapters of Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Chapter 81 - Chapter 90

127 Chapters

Bab 81 Putus Asa

Setelah kepergian Mas Samuel. Aku berdiri di luar ruang rawat Ibu. Beberapa kali memikirkan bagaimana caranya agar Mas Samuel berhenti mencurigai diriku. Aku bingung sekaligus takut. Bukan bermaksud jahat, hanya saja aku tidak ingin terlibat lagi masalah dengan keluarga Wijaya (keluarga Mas Samuel). Aku terus mondar-mandir tidak jelas. Memegang ponsel seraya berpikir jalan keluarnya. Tiba-tiba aku teringat Reno. Iya, Reno sekretarisnya Mas Samuel. Untung aku masih menyimpan nomornya, dengan ragu ku tekan nama Reno dan memanggilnya. Panggilan berhasil tersambung. Aku bernapas lega. Meski di waktu kerja, ternyata Reno tidak menolak panggilan telepon dariku. "Selamat siang, Bu Serena. Apakah ada yang bisa saya bantu?" ujar Reno dari seberang sana. "Reno kamu lagi sama Pak Samuel?" tanyaku buru-buru. "Kami habis selesai meeting. Pak Samuel ada di ruangannya, Bu."Lagi, lagi aku bernapas lega. "Siang ini kamu sibuk? Ada yang mau saya bicarakan sama kamu.""Tidak, Bu. Siang ini kami f
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 82 Kebenaran?

—POV Samuel"Bianca, Reno ke mana? Kenapa nggak ada di ruang kerjanya?" tanyaku kepada sekretaris keduaku. Bianca pun terlihat langsung berdiri kala menyadari aku datang menghampirinya. Ia berhenti makan. Dan menatapku seolah gugup. "I-itu Pak... Mas Reno tadi keluar. Beliau izin ke saya katanya mau makan siang di luar," jelas Bianca. Aku menatap nyalang ke arah Bianca. Melihat gelagat perempuan itu, aku sedikit tidak yakin padanya. Yang aku tahu, jika Reno makan siang di luar, Bianca selalu ikut. Namun, kenapa Bianca malah makan siang di kantor? Di depan komputer pula. "Makan siang? Kamu nggak ikut?" tanyaku sedikit curiga. "Tidak, Pak. Tadi ada kerjaan yang belum selesai, jadi saya makan siang di kantor." Aneh. Ngapain Reno pergi makan siang sendiri dan meninggalkan Bianca sang pujaan hatinya? Haduh. Kenapa jadi mikirin mereka berdua si. "Ya sudah, kalau Reno sudah kembali suruh ke ruangan saya." "Baik, Pak."Lantas aku pergi menuju ruanganku. Aku tidak langsung duduk di kur
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 83 Gelisah

—POV Samuel"Pak Samuel?" Bella tampak berdiri. "Silakan duduk, Pak."Aku mengangguk lalu duduk di bangku seberang. "Ini kopi saya?" tanyaku karena terdapat satu gelas kopi di depanku. "Ah, iya. Itu kopi Bapak, tadi saya yang pesankan."Aku menatap kopi tersebut dan menyesapnya sedikit, menghargai Bella. Dilihat dari raut wajahnya, perempuan itu tampak gelisah? Ah, apa hanya perasaanku saja. "Kamu nggak ada urusan kan? Takutnya saya ganggu waktu kamu," kataku takut-takut Bella terpaksa. "Nggak. Saya nggak ada urusan apa pun. Free, Pak," katanya seraya memegang area wajah, terkesan gugup. Aku pun mengangguk. Dia bilang free, itu artinya tidak masalah dengan pertemuan ini. Tapi melihat reaksinya, membuatku berpikir panjang untuk bertanya lebih lanjut. "Serena tau?" Bella langsung mengerjap. "Eh? Ah, Serena, ya? Em... nggak tau. Serena nggak tau soal pertemuan kita. Eh, maksud saya pertemuan ini, Pak.""Santai aja Bella. Saya nggak akan nanya yang macam-macam, cuma satu pertanyaan
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 84 Di Luar Dugaan

"Halo, Papa di mana? Katanya mau ke sini," ujar Anin lewat telepon. "Papa masih di jalan, sebentar lagi sampai Princess." "Papa hati-hati di jalan, ya."Aku membalasnya lalu melepaskan earphone dari telinga. Panggilan sudah terputus. Kembali fokus menyetir. Beberapa menit kemudian akhirnya sampai di alamat tujuan. Aku memasukan mobil ke dalam pekarangan rumah Kinan, tapi ada yang aneh. Mobil mewah dengan edisi terbatas terlihat parkiran di sana. Tidak mungkin kan itu mobil Bayu? "Papa!" kata Anin di sofa ruang tamu. Namun, pandanganku berubah dalam hitungan detik. Baskara. Di sana ada Baskara. Yang mengejutkannya adalah di samping depan pria itu ada Kinan dan Anin. "Mas Samuel," lirih Kinan. "Aku ambil minum dulu."Aku tidak menjawab. Terus berdiri bak patung pancoran. Baskara menatapku dengan senyum smirk. Kenapa pria itu ada di sini? Dan, kenapa reaksi Kinan biasa saja? "Papa sini, liat lutut Anin."Aku pun menghampiri Anin dan duduk di sebelahnya. "Masih sakit?" "Kalau kena
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 85 Terlukanya Bella

—POV Author Bella menunggu di sebuah taman. Perempuan itu berdiri dengan kaki yang tidak bisa diam, seolah sedang menunggu kedatangan seseorang. Beberapa kali melirik pergelangan tangan. Jam menunjukkan pukul 07.10 yang artinya Hendra sudah telat 10 menit dari waktu yang dijanjikan. Ia kalian tidak salah, Bella menyetujui pertemuan dengan Hendra. Dan kini perempuan itu seperti orang bodoh sendirian di tengah gelap dan sunyi nya malam. 5 menit pun berlalu. Terhitung sudah 15 menit Bella menunggu, tetapi tidak ada kemunculan Hendra akan datang. Pesan terakhir yang ia kirim kepada pria itu tak kunjung dibalas. Mas Hendra :[Mas masih di mana?]Lagi, Bella melirik ponselnya. Nihil. Masih tidak ada balasan. Tak peduli dengan gengsinya, ia mengetik sesuatu di dalam sana dan mengirimkannya kembali ke Hendra meski pesan yang tadi pun berujung tidak ada balasan. [Kita jadi ketemu nggak, Mas?] /sendSayangnya, pesan barusan yang ia kirim berubah menjadi centang satu. Yang artinya Hendra t
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 86 Ngidam Semangka Goreng

"Masmu belum datang juga?" tanya Ibu. Aku menggeleng. "Paling nanti jam 9 atau 10, Bu.""Kamu cari makan sana. Atau cari udara segar di luar. Mumpung belum malam banget. Kamu juga lagi hamil, harus banyak aktivitas. Anak kamu nggak rewel kan di dalam sana?" tanya Ibu. Aku menunduk melihat ke arah perutku. "Rewel nggak rewel, Bu. Tapi Serena belum lapar. Ibu mau makan sesuatu? Biar Serena beliin.""Nggak usah. Ibu masih kenyang, kan tadi baru makan. Kamu belum makan Serena. Sana cari makan di luar, kasian anak kamu. Jangan keseringan nunda makan, nggak baik buat kesehatan kamu sama kesehatan cucu Ibu.""Serena mager keluar, Bu. Nanti kalau Serena lapar baru makan," balasku. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Aku dan Ibu kompak menoleh. "Itu pasti Masmu," ujar Ibu. Nyatanya saat sosok itu muncul dari bilik pintu. Bukan Mas Rifki, melainkan Mas Samuel. Aku mengerutkan kening. Untuk apa pria itu datang ke sini? "Loh, Nak Samuel?" lirih Ibu. Sedangkan aku membisu. Aku masih terd
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Bab 87 I Still Love You

Di perjalan setelah makan semangka goreng. Sebenarnya, waktu kami keluar cari makan Mas Samuel menyarankan menggunakan kendaraannya. Namun, karena aku tidak mau. Akhirnya kami sepakat jalan kaki. Lumayan jauh, tapi rasanya cukup menyenangkan karena Mas Samuel berada di sisiku. Selama kehamilan anak kedua, aku selalu mengeluh sendirian. Capek pun harus diobati sendiri. Apa-apa harus sendiri. Aku trauma dengan kata 'keguguran'. Aku ingin memiliki anak bersama Mas Samuel dan hidup bahagia dengannya. Sayangnya, saat aku dinyatakan positif hamil justru Mas Samuel tidak bersamaku. Kami berpisah dengan luka yang terus mengembang. Oleh karena itu, aku akan menjaga anak ini sampai ia lahir ke dunia. Membuktikan kepada dunia bahwa aku bisa tanpa Mas Samuel. Walau di dalam hati kecilku, aku ingin sekali kembali bersamanya. "Di depan sana ada pecel lele, mau coba nggak?" tanya Mas Samuel melirik sebentar ke arahku. Aku mengangguk setuju. Mas Samuel terlalu hangat. Meski kadang ucapannya bikin
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 88 Permintaan Menikah

"Papa mau anterin Anin sekolah?" tanya anak itu. Aku tersenyum hangat padanya. "Iya. Ayo berangkat nanti kesiangan.""Sebentar tunggu Bunda dulu," ujar Anin. Lantas aku mengangguk dan menunggu Kinan keluar dari rumah. Pagi ini tiba-tiba aku rindu mengantar Anin ke sekolah. Juga rindu dengan anak itu. Padahal seharusnya jam segini aku sudah ada di kantor karena jam 8 ada meeting. Tapi rasa ingin bertemu dengan Anin seolah tidak bisa ditahan, entah kenapa. "Mas Samuel?" Kinan tampak terkejut. "Mas kenapa ada di sini?""Saya mau antar Anin ke sekolah."Kinan mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya udah, ayo? Takut di jalan macet."Kami pun naik mobil dan langsung menuju ke sekolah Anin. Tidak butuh waktu lama, akhirnya kami pun tiba di sekolah. "Bunda, Anin nggak usah diantar sampai dalam, Anin kan udah besar, bisa sendiri." Tatapanku bertemu dengan Kinan. Sepertinya ini kali pertama Anin meminta seperti itu, sebab Kinan terlihat terkejut sama denganku. "Benar nggak mau diantar? Bunda a
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 89 Butik Van's

Aku menatap kenop pintu yang bergerak. Pintu itu mulai terdorong ke dalam. Perlahan sosok yang membuka pintu memperlihatkan wujudnya. Wanita dengan satu tangan membawa bingkisan di tangannya itu tampak tersenyum ke arahku dan Ibu. Wanita itu menghampiri kami, lalu menyapa. "Maaf karena saya ke sini nggak kasih kabar dulu. Beberapa bulan ini nomor Serena sulit sekali dihubungi. Oh, ya. Ini saya bawa brownies homemade. Semoga Jeng Besan suka, ya."Itu Ibunya Mas Samuel. Apakah Mas Samuel memberitahu Ibunya mengenai kondisi Ibuku? Dan, ya, wanita itu masih memakai panggilan seperti bisa 'Jeng Besan'. "Ah, nggak masalah. Jadi merepotkan begini. Serena tolong pisan brownies-nya di meja," ujar Ibu. Dengan kesadaran di bawah rata-rata, aku mengambil alih brownies tersebut dan menaruhnya di atas meja kecil. Ibu menatapku senyum. Aku tidak memberi ekspresi apa-apa. Ini kali pertama pertemuan kami setelah aku dan Mas Samuel resmi bercerai. Dan rasanya begitu gugup. "Kamu apa kabar Serena?"
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 90 Kekonyolan Samuel

"Reno?" Aku terpaku saat membuka pintu keluar. "Kamu nungguin siapa di sini?" tanyaku."Saya disuruh Pak Samuel jemput Bu Serena ke kantor," balas Reno. "Kantor?" Reno mengangguk. "Ibu sudah ditunggu Bapak di kantor.""Ngapain saya ke kantor?" "Saya kurang tahu, Bu. Saya hanya disuruh jemput Bu Serena di butik."Aku langsung menatap heran. "Dari mana Pak Samuel tau saya ada di butik? Jangan bilang kalian bohong soal udah nggak kirim orang buat ikutin saya lagi?""Mari Bu, Pak Samuel sudah menunggu."Reno bisa-bisanya tidak menjawab pertanyaanku. Kalau begitu, aku juga malas ikut dengannya. "Bilangin sama bos kamu, saya nggak akan ikut ke kantor." Aku pun bergegas pergi menuju mobil. "Bu Serena," panggil Reno. "Gaji saya bisa dipotong bulan depan kalau Ibu nggak ikut saya nemuin Bapak ke kantor."Tanganku yang semula memegang pintu mobil hendak membuka pintu pun diurungkan kembali mendengar ucapan Reno. Satu pesan masuk ke dalam ponselku. Nomor tidak dikenal:[Turuti saja permint
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status