"Pak Samuel?" sapa Pak Jamal dengan senyum lebar. Aku menegakkan kepala. Sial. Mereka saling kenal? SEBELUM langkah itu makin dekat, aku harus cepat mengambil ancang-ancang. Aku mendekat ke arah Pak Jamal, kamu harus akting Serena! "Pak, saya boleh ke toilet sebentar? Saya kebelet, Pak!" pekikku langsung ngibrit entah ke mana. Aku mengatur napas. Mengintip dari balik dinding. Hampir. Hampir Mas Samuel tahu keberadaanku. Aku menajamkan telinga berusaha mendengar apa yang mereka bicarakan. "Kenapa, Pak? Tadi siapa, saya ganggu Pak Jamal, ya?" tanya Mas Samuel setelah sampai di hadapan orang yang hendak interview aku. "Ah, bukan siapa-siapa. Itu pelamar yang mau interview kerja. Pak Samuel ada proyek di sini?" Mas Samuel terlihat mengangguk. "Iya, siang ini saya mau cek proyek yang lagi berjalan di sekitar sini. Resto Anda selalu ramai, ya. Saya mau numpang makan." "Ah, Pak Samuel ini bisa saja. Ayo silakan duduk, Pak." Aku melihat semuanya. Itu nyata Mas Samuel. Tapi, aku tidak
Read more