All Chapters of Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali : Chapter 111 - Chapter 120

127 Chapters

Bab 111 Di Pertemukan Kembali

"Mom, kita sudah sampai di Jakarta?" tanya Sakti mendongak ke arahku. Aku tersenyum simpul, lalu mengangguk sebagai jawaban. Jakarta, aku kembali. Kembali dengan seseorang yang telah membuatku menjalani hidup dengan baik. Sakti. Aku membawa anakku ke sini Jakarta. Tolong kerja samanya. "Kita cari hotel dulu untuk istirahat," ujar Elmar memboyong kami ke dalam Taxi. Kami memutuskan pergi ke hotel. Sepanjang perjalanan, Sakti tidak berhenti bicara tentang Jakarta, kota kelahiranku. Anak itu terus bertanya setiap kali melihat hal aneh yang tidak ia jumpai di Bali. "Mom, apakah Jakarta sepanas ini?" Itu salah satu pertanyaan Sakti. Jakarta memang terkenal dengan suhunya yang panas, tapi kali ini memang panas sekali. Mataharinya cukup terik, seolah berada tepat di atas kepala. "Mom, Sakti pusing. Kenapa kita lama sekali sampai di hotel?" tanyanya lagi. Aku menoleh ke arah Sakti. "Jalanan macet. Taxi-nya nggk bisa nyalip ke sana-sini, bahaya."Anak itu mendekat ke arahku dan naik k
Read more

Bab 112 Bertemu Keluarga

DI rumah Ibu. "Ya ampun, ini Sakti? Cucu Nenek yang paling ganteng," ujar Ibu seraya merengkuh Sakti dalam pelukannya. Sakti menoleh padaku seolah meminta jawaban. "Ini Ibu Mama, Neneknya Sakti yang pernah Mama ceritakan.""Nenek—grandma?" tanyanya langsung mendapat anggukan dari Ibu. "Iya, ini Nenek." Ibu menatapku sebentar. "Panggil Nenek atau Omah aja, ya? Jangan grandma-grandma."Sakti mengangguk lirih. Lantas tanganku mengusap puncak kepalanya. Bangga karena Sakti tidak terlalu banyak bicara. Anak itu cukup penurut. "Serena," panggil Mbak Yuni dari seberang sana. Perempuan itu datang bersama Mas Rifki. Namun, yang menarik perhatianku adalah anak mereka. Kenzo sudah besar, jika dihitung mungkin umurnya 12 tahun. Dan satu lagi, gadis cantik yang bersama mereka. Itu anak kedua Mbak Yuni dan Mas Rifki, namanya Kenzie. "Halo Sakti?" sapa Mbak Yuni. Sakti tidak menjawab, anak itu masih bingung dengan semuanya. Aku memakluminya, juga mereka. "Ternyata Sakti lebih tampan dari dug
Read more

Bab 113 Celetukan Bella Tentang Elmar

CAFE. "Astaga, Serena!" pekik Bella langsung memelukku. "Gue kangen banget sama lo. Gila."Perempuan itu melepas pelukan tersebut. "Kena angin Bali muka lo makin kinclong aja, Ser.""Bisa aja kamu, Bel." Kami langsung duduk saling berhadapan. Tidak lupa Bella langsung memanggil pelayan dan memesan minum serta camilan untuk menemani obrolan malam ini. "Kabar lo gimana? Ponakan gue kenapa nggak dibawa? Padahal gue pengen ketemu sama Sakti. Anak lo di foto aja cakep apalagi aslinya," cerocos Bella. "Kabar aku baik. Sakti perlu istirahat, Bel, kasian dia belum istirahat cukup semenjak sampai di sini.""Iya, juga, si. Kasian anak lo masih kecil. Umur lima tahun kalau nggak salah, bukan?" Aku pun mengangguk. "Lama juga lo ninggalin Jakarta, ya.""Iya, apalagi sama cafe ini. Kangen banget nongkrong sama kamu, Bel. Di sana aku nggak punya temen banyak, ketemunya sama Mas Elmar terus, bosen.""Ah, bener! Mas Elmar. Itu cowok ikut ke Jakarta juga?" tanya Bella. Aku mengangguk, rada bingung
Read more

Bab 114 Ungkapan Mas Samuel

KEESOKAN harinya. Aku sudah berdiri di depan gedung Sky Group, menarik napas berkali-kali lalu memutuskan untuk masuk ke dalam. Gedung ini lumayan lunas meski dari luar terlihat kecil. Aku duduk di bangku kosong yang sudah tersedia untuk pelamar yang hendak interview. Sesekali menebar senyum kepada calon karyawan di samping juga depanku. Kurang lebih di sini ada 5 orang yang hendak interview. "Selamat pagi. Kami akan memanggil satu per satu para calon karyawan. Lima menit lagi interview akan dimulai, untuk berkas yang diminta, dicek kembali takut ada yang tertinggal. Silakan persiapkan diri kalian," ucap seorang perempuan dengan rok pendeknya. Aku dan yang lain kompak menjawab. "Siap, Bu."Untuk peserta urutan pertama sudah masuk ruangan. Jelas aku deg-degan sendiri. Aku tidak henti-hentinya merapalkan doa. Memegang berkas di tangan dengan kuat. Saat ini, diriku betul-betul gugup. Beberapa menit berlalu "Gimana, lancar?" tanya sesama pelamar. Sepertinya mereka berteman. Sayangn
Read more

Bab 115 Perasaan yang Terluka

"Kamu sudah menikah Serena?" tanyaku menghentikan langkah perempuan itu. Aku menatapnya cukup dalam. Juga dengan pria di belakang sana. Entah siapa pria itu, juga anak yang tadi memanggil Ibu kepada Serena. Apakah itu anak mereka? Selama saling menatap, Serena tidak menjawab pertanyaanku. Rasanya sakit sekali. Aku menunggunya, tetapi ia kembali bersama yang lain. Pria itu memegang lengan Serena. "Ayo?"Aku melihatnya. Melihat dengan jelas bagaimana tatapan pria itu. Tatapan seseorang yang takut cintanya diambil orang lain. Serena memutuskan kontak mata denganku. Ia pergi bersama pria itu juga dengan seorang anak di antaranya. Aku menatap nyeri ke arah mobil yang sudah mulai jauh dari pandangan. "Pak Samuel?" panggil Karin. "Yang lain sudah menunggu, Pak. Lebih baik Bapak kembali ke dalam. Sebentar lagi jam istirahat," ucapnya. Aku menelan ludah susah payah. Membalikkan badan, lalu kembali ke dalam dengan langkah gontai. Keadaan hatiku sedang tidak baik. Aku tidak bisa melakukan
Read more

Bab 116 Perasaan Elmar

"Pertama kali ketemu sama Uncle Samuel, Sakti merasa nyaman. Uncle Samuel baik sekali, Mom. Uncle bahkan antar Sakti ke toilet saat di hotel," ujar Sakti begitu jujur. Aku sedang mengajak anakku berjalan keliling pusat perbelanjaan, niatnya aku ingin membeli beberapa pakaian untuk Sakti. Sakti menghentikan langkahnya. Ia langsung menatap ke atas tepat pada wajahku. Aku yang mendapat tatapan seperti itu, jelas kebingungan sendiri. "Mommy, Mommy dan Uncle Samuel berteman?" tanya Sakti terlihat serius. Aku membuka mulut perlahan. Bingung harus jawab apa. Apakah kami berteman?"Sakti pikir... Mommy tidak suka dengan Uncle Samuel."Aku mengerutkan kening. Kenapa Sakti bisa sampai berkata seperti itu? "Mommy selalu menghindari Uncle Samuel. Waktu di hotel, Mommy buru-buru bawa Sakti pergi, padahal waktu itu Sakti belum sempat mengucapkan terima kasih pada Uncle Samuel. Terus, waktu Sakti dan Uncle Elmar jemput Mommy, Mommy lagi-lagi menghindar. Tadi, waktu di rumah sakit Mommy juga mel
Read more

Bab 117 Tes DNA

"Ini berkas yang Bapak minta," ujar Reno menyerahkan sesuatu yang isinya informasi penting. "Ternyata Bu Serena selama ini tinggal di Bali, Pak. Dan, laki-laki yang saat itu bersamanya adalah kakak sambungnya."Aku terus melihat dan membolak-balikkan serta menelaah mengenai informasi yang telah Reno dapatkan. Ternyata, selama ini Serena beneran tinggal di Bali. Villa tersebut terasa tidak asing. Apakah aku pernah menginap di sekitar sana? "Bu Serena selama tinggal di Bali, ia menempati Villa milik kakaknya, Pak Rifki. Dari warga sekitar pun mereka membenarkan informasi tersebut."Reno menunjuk ke arah pria yang selalu bersama dengan Serena. "Ini namanya Pak Elmar. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit swasta di Bali. Saat ini, ia sedang ditugaskan ke Jakarta kurang lebih selama 3 bulan." "Kalau Sakti? Bagaimana, apakah dia benar anak kandungnya Serena?" tanyaku karena di data yang Reno kasih, tidak menjelaskan hal tersebut. Reno malah terdiam. Apakah pria itu meny
Read more

Bab 118 Kembali Mengejar

"Uncle Samuel ke mana?" tanyaku kepada Sakti. "Ke toilet, Mom."Dengan penasaran aku berjalan ke arah toilet di mana memang benar Mas Samuel ada di sana. "Kamu lagi ngapain, Mas?" tanyaku sedikit mendekat. Tangan pria itu terlihat sedang berada di alat mandi punyaku dengan Sakti, terlebih di bagian sikat gigi. "Kamu ngapain pegang sikat gigi punya Sakti, Mas?" Ia terlihat gugup. "Saya mau cuci tangan, tapi nggak sengaja liat sikat gigi punya Sakti, gambar spiderman. Menarik penglihatan."Baru saja ingin membalas ucapannya, tiba-tiba bel berbunyi. Aku membalikkan badan dan bergegas membuka pintu, siapa lagi yang bertamu di pagi hari ini. "Uncle Elmar!" teriak Sakti berlari ke arah Elmar usai aku membukakan pintu untuknya. "Halo jagoan, Uncle!"Namun, tatapan Elmar malah tertuju pada objek di belakangku. Saat aku menoleh, ternyata Mas Samuel sudah ada di sana. "Uncle, Sakti punya mobilan remote, loh!" ucap Sakti seolah mengalihkan. Elmar pun langsung tersenyum senang. "Oh, ya?
Read more

Bab 119 Terbongkarnya Rahasia

"Sakti?" panggilku langsung menghampirinya. "Kamu habis ngobrol sama siapa?" "Tadi ada uncle Samuel, Mom."Aku menatap arah pandangan Sakti. Yang terlihat hanya bagian belakangnya saja. Pria itu sudah menjauh. Ia berada di seberang jalan, lalu membuka pintu mobil dan pergi dari sana. "Mobilnya uncle Sakti bagus, ya, Mom." Aku mengangguk mengiyakan ucapan Sakti. "Lihat, uncle Samuel juga kasih mainan buat Sakti. Katanya ini mobil Tamia keluaran terbaru. Kalau besar nanti, Sakti mau jadi pembalap mobil, ya, Mom. Bolehkan?" Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Apa pun untuk Sakti aku pasti akan perjuangkan. Cita-cita juga keinginannya sebisa mungkin akan kuberikan yang terbaik untuknya. Aku tidak ingin Sakti kekurangan apa pun. Untuk itu, aku harus berjuang lebih keras lagi. Tin! Tin! Tin! Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami. Kaca mobil tersebut pun terbuka menampilkan sosok teman yang masih setia bersamaku hingga detik ini. "Aunty Bella!" pekik Sakti. Bella pun turun d
Read more

Bab 120 Keputusan Mas Samuel

"Papa senang, akhirnya kita bertemu, Sakti."Bella langsung memegang pundakku. Perempuan itu juga membawa Sakti pergi menjauh dari kami. Kini, tinggal aku dan Mas Samuel yang saling berhadapan satu sama lain. Aku tidak tahu kenapa keadaan saat ini cukup mencekam. Mas Samuel terus menatapku seolah tidak ada objek lain di sekitarnya. Aku benar-benar tidak bisa berkata apa pun. Ini membuatku mati kutu. "Saya sudah melakukan tes DNA," ucap Mas Samuel makin mengejutkanku. "Ibu bilang bahwa Sakti begitu mirip dengan saya sewaktu kecil. Awalnya saya nggak berpikir demikian. Tapi, saat saya mencoba mendekat pada Sakti, saya merasa memang benar ada kemiripan antara saya dan Sakti. Itu sebabnya saya melakukan tes DNA," jelas pria itu. Mas Samuel menatapku sangat dalam. "Serena, jika Sakti memang anak kita berdua, kenapa kamu menyembunyikan hal ini dari saya?" Aku membuang wajah ke arah lain. Menarik napas di sana. Lalu menatap Mas Samuel dengan napas sedikit tercekat. "Sakti bukan anak ka
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status