All Chapters of Married For Sale: Chapter 1 - Chapter 10

81 Chapters

Awal Pertemuan

“Ini adalah rumah saya dan di sini hanya ada aturan saya, orang asing sudah semestinya tidak ikut campur. Anda kira apa? Saya akan menerima perjanjian bodoh itu? Cuih! Saya tidak seburuk itu sampai menjual diri pada pria tidak tahu diri seperti anda!” Amarah yang berapi-api tidak membuat sang lawan bicara merasa terpojok.Pria yang berpenampilan rapi maju beberapa langkah, mengunci pergerakan gadis yang ada di hadapannya.“Apa yang anda lakukan!”Tubuh mereka semakin mendekat hingga gadis itu tidak ada pilihan lain selain mundur sampai punggungnya menabrak tembok. Matanya melotot dan tangan yang memeluk tubuh adalah cara gadis itu mempertahankan kehormatannya. Perasaannya tidak enak saat melihat mata tajam milik pria berjas itu menatapnya.“Mundur!” lirihnya.Reaksi yang ditampilkan gadis mungil di depannya membuat ujung bibir pria tersebut tertarik sebelah.Tubuh yang saling berdekatan hingga deru napas masing-masing dapat terdengar membuat sang gadis kian merasa dirinya dalam bahay
Read more

Awal Petaka

Kekacauan hidup Nea dimulai saat Niko, sahabat Nea satu-satunya datang ke rumahnya. Nea sudah menyadari kehadiran Niko ke rumahnya bukan pertanda baik. Lihatlah saat ini Niko sedang berbincang dengan kedua orang tuanya, seakan mengambil hati orang tua Nea.“Cih! Gayanya sok jadi anak lemah lembut,” cibir Nea melihat Niko yang terlihat kalem dibanding biasanya.“Biasanya kayak topeng monyet aja pun berlagak jadi anak kalem.”Nea sudah muak melihat Niko yang sedang berpura-pura. Ia memilih duduk di teras menikmati angin sore yang sejuk. Menjadi kebiasaan Nea jika tidak kerjaan di sore hari, ia akan duduk sambil menikmati angin yang membelai wajahnya.“Nea,” panggil Niko saat gadis itu melewatinya.“Ya?” Oleh karena Niko memanggilnya, Nea menoleh dengan sebelah alisnya terangka.“Aku mau ngomong sama kamu,” ucap Niko memberi kode pada Nea untuk keluar terlebih dahulu.Nea memutar bola mata malas dan berjalan ke teras rumah terlebih dahulu. Ya, memang awalnya ia ingin duduk di teras.“Om
Read more

Pertemuan Tak Disengaja

Niko mulai gelisah saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebentar lagi acara akan di mulai dan papanya sudah mulai mengirim pesan padanya.“Mbak, apa masih lama lagi?” tanya Niko pada salah satu pegawai salon. Pegawai tersebut tersenyum melihat Niko yang gelisah.“Mas tenang aja, sebentar lagi selesai. Oh iya, pacarnya cantik banget. Masnya cocok sama mbaknya.” Entah harus tertawa apa bahagia, Niko rasa pegawainya terlalu berlebihan.“Teman saja mbak, bukan pacar,” koreksi Niko.“Ha? Masih teman? Entar nyesal loh mas kalau ketikung,” kekeh pegawai tersebut.“Gimana mau ketikung orangnya aja jarang dekat sama cowok.”“Saya doakan yang terbaik aja deh, saya pamit dulu ya mas.”Seperginya pegawai tersebut Niko kembali menunggu Nea sambil bermain ponsel. Lelaki itu mulai larut dengan ponselnya hingga tidak menyadari Nea yang sudah berhadapan dengannya. Saat sebuah suara memanggil namanya barulah Niko mengangkat kepala menatap orang yang memangilnya.“Niko, gimana?” tan
Read more

Kesalahpahaman Berujung Petaka

Diam adalah emas tidak selalu membawa keberuntungan. Kali ini karena diamnya Nea, ia terjebak pada pria bernama Aciel ini. Pak Broto sudah salah paham mengira mereka memiliki hubungan."Om, Nea sama dia nggak punya hubung—"Ucapan Nea menggantung karena secara tiba-tiba tangannya digenggam oleh seseorang membuat dirinya terkejut."Rasanya tidak etis saat proyek ini diberikan karena sebuah hubungan. Saya ingin bersaing secara sehat dengan yang lain," ucap Aciel dengan tegas.Nea yang posisinya tidak memahami proyek apa yang di maksud hanya diam saja. Terlebih lagi Aciel seakan memberi kode pada dirinya untuk diam dengan terus menggenggam tangannya."Saya sudah tahu kemampuan Pak El dalam memanajemen pembangunan bagaimana. Oleh karena itu saya yakin memberikan proyek ini pada anda, dengan syarat yang telah ditentukan. Saya harap anda tidak mengecewakan saya."Aciel benar-benar terkepung dalam keadaan ini. Bergerak maju salah mundur juga salah."Nea, nanti sekretaris om akan menghubungi
Read more

Diculik?

Nea memandangi ponsel yang terus bergetar di hadapannya. Ini adalah panggilan keempat yang diabaikan olehnya. Helaan napas berat keluar dari mulutnya."Kenapa ngga diangkat sih," gerutu seorang gadis yang serangan dengan Nea."Nggak penting," ucap Nea sambil membalikkan layar ponselnya."Siapa sih?" Gadis itu penasaran sehingga merebut ponsel milik Nea.Terpampang jelas nama orang yang terus menelepon Nea. Pada layar terdapat nama 'Rentenir Sialan'."Rea, balikin ponsel kakak!" Nea merebut ponselnya dan membuat gadis itu menatap sendu padanya."Rea nggak usah kuliah aja ya, kak? Hutang kita akan tambah banyak dan kakak kesulitan ngelunasinnya."Inilah yang tidak disukainya. Rea adalah gadis yang memiliki sifat tidak enakan. Jika melihat kakaknya susah, maka dia akan menganggap semuanya adalah salahnya."Kagak, Kamu tetap kuliah. Anak-anak ayah dan ibu harus sarjana semua, bukan hanya Kakak, Kamu juga harus sarjana." Nea memegang pundak Rea sambil tersenyum.Nea kembali melihat ke pons
Read more

Kelemahan Nea

Aciel melempar tas miliknya ke sembarang arah yang berakibat vas bunga yang ada di atas nakas jatuh ke lantai. Suara pecahan vas yang menggema membuat beberapa orang yang ada di rumah langsung mencari sumber suara."Shit!" teriak Aciel.Tidak ada yang berani menenangkan Aciel yang sedang marah, termasuk Dayana yang diam melihat anaknya terbakar emosi."Cari cara supaya dia nerima tawaran ini, saya tidak mau usaha saya selama ini sia-sia," titah Aciel pada Galen yang berdiri di belakangnya."Baik, pak. Saya mempunyai informasi yang bisa membuatnya menerima tawaran dari Pak El."Kemarahan Aciel mulai mereda, ia menoleh ke belakang. Mata penuh amarah itu kian mereda berganti dengan rasa penasaran. Galen, orang yang berbicara tadi, maju dengan langkah hati-hati karena pecahan kaca yang bertebaran."Bahas di ruangan saya," ujar Aciel saat menyadari ibunya sedang mengawasi mereka sejak tadi."Baik pak."Galen mengikuti langkah Aciel
Read more

Kontrak Pernikahan

“Apa yang terjadi, Nea?”Ini ketiga kalinya Indri bertanya pada Nea dan lagi dan lagi gadis itu bungkam.“Jangan hanya diam! Jawab Nea!” Kesabaran Indri mulai habis. Ia mengguncang tubuh Nea.Apa yang harus Nea jawab? Ia saja terkejut dengan apa yang terjadi.“Nea jawab Ibu! Siapa Aciel, kenapa dia datang dan bilang akan melunaskan semua hutang kita?”Helaan napas panjang keluar dari mulut Nea. Apa pun yang terjadi Nea harus tegar. Kepalanya terangkat lalu menatap ayah dan ibunya sambil tersenyum.“Kalian jangan khawatir, dia bukan orang jahat.” Hanya itu yang bisa Nea katakan.“Kamu kenal dia?” tanya Omar.Nea mengangguk ragu. Mau sekuat apa pun berbohong, mata Nea tidak bisa menutupinya. Omar memahami ada yang disembunyikan oleh Nea.“Semuanya pasti terkejut dengan apa yang terjadi, biarkan Nea istirahat dulu.” Omar menyuruh Indri untuk masuk ke da
Read more

Kak Aciel

Kepulangan seorang pria disambut dengan beberapa pelayan. Masing-masing pelayan mempunyai tugas yang berbeda. Hari ini tidak biasanya Aciel pulang lebih awal.Dayana yang beberapa hari ini menginap di rumah Aciel pun ikut menyambut putranya."El, kamu sudah pulang? Kenapa tidak mengabari lebih awal biar mama masak untuk kamu," ucap Dayana mengikuti ke mana Aciel pergi.Hening, tidak ada respons dari Aciel. Ini bukan pertama kalinya Dayana diabaikan oleh sang putra."Gimana kalau mama pesankan makanan untuk kamu?""El mau istirahat," ucap Aciel tanpa menoleh sedikit pun pada Dayana.Hati ibu mana yang tidak hancur saat melihat anaknya berpaling darinya. Ia tahu Aciel bersikap seperti ini ada alasannya. Namun, sampai kapan Aciel akan seperti ini?"Ya ampun, Zeline masih di kamar." Dayana menepuk jidatnya dan berlari mengejar Aciel. Namun iya sudah terlambat, Aciel sudah masuk ke dalam kamar."Papa El." Teriakan anak kecil bergaun
Read more

Sikap Aneh Aciel

Sejak pagi Indri sudah sibuk dengan bahan makanan. Wanita itu ingin memasak makanan yang enak untuk Nea hari ini, sup tulang sapi, perkedel, dan ayam goreng kesukaan Nea menjadi menu utama. Tadi pagi Rea sempat meminta dibuatkan bakwan juga, tapi sayang bahan makanan Indri tidak memadai membuat bakwan.“Ma, tepung terigu di warung depan udah habis.” Omar yang harus saja pulang dari warung tetangga memberikan sekantong belanjaan pada Indri.“Rea minta dibuatin bakwan, yaudah mama ke pasar sebentar. Cabe sama bawang juga tinggal sedikit.”Omar mengangguk. “Yaudah, hati-hati. Biar papa bantu buat bumbunya,” ucap Omar yang hendak memasuki dapur.“Nggak usah, papa istiraha—““Udah ke pasar aja sana!” sela Omar.Indri tersenyum dan terburu-buru ke pasar. Jarak pasar dan rumah tidak begitu jauh, Indri memilih untuk berjalan kaki.“Ke mana Bu Indri?” tanya salah sat
Read more

Hadiah

"Kenapa kamu nggak cerita dekat sama Nak El?" tanya Indri mulai mengintrogasi Nea."Emangnya ada apa, ma? Kenapa pria berjas itu nganterin kalian sampai rumah? Motor Nea ke mana?""Ceritanya panjang, pa. Pokoknya tadi Nak El yang nolongin mama, terus katanya dia mau jemput Nea karena ban motor Nea bocor."Uhuk! Uhuk!Nea yang sedang makan langsung tersedak. Ban bocor? Seingatnya Aciel yang mengabarinya secara tiba-tiba bahwa dia berada di depan perusahaan tempat Nea wawancara. Aciel juga yang mengatakan untuk meninggalkan motornya di sana karena akan ada yang mengantarkan sampai rumah."Ternyata pria itu ahli dalam berbohong," gumam Nea sambil tersenyum miring."Kamu bilang apa, Ne?""Nggak ada," jawab Nea dengan senyum paksa."Katanya kalian ketemu di seminar? Kok kamu nggak cerita, pas kami tanya siapa dia kemaren kenapa kamu diam aja, Nea?" tanya Indri menggebu-gebu.Ya ampun apalagi ini? Nea tidak tahu berap
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status