Semua Bab Istri Kecil sang CEO Tampan : Bab 1 - Bab 10

29 Bab

1. Accident

"Shh.." Nami meringis sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut pusing, seolah-olah terhantam batu besar. "Aku di mana?"Nami membuka matanya perlahan. Cahaya lampu pijar menyilaukan matanya. Memperhatikan ruangan yang asing lamat-lamat. Selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya. Ini bukan kamar Nami, lalu di mana sekarang dia berada?Nami tidak ingat apa yang sudah terjadi semalam padanya , tapi yang jelas pagi ini Nami merasa kesakitan di area bawahnya."S-sakit," rintihnya pelan. Dia duduk di atas ranjang. Sepertinya dia harus menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket.Dia menyibakkan selimut. Mata Nami membola saat ia tersadar telah tidak memakai sehelai benang pun. Dia kembali menutupi tubuhnya yang polos.Nami menoleh ke samping. Seorang pria tak dikenal tidur berada di sampingnya. Jantungnya berdegup kencang. Dunia seakan-akan berhenti seketika. Nami berusaha mencerna apa yang sudah terjadi. Banyak tanda tanya di dalam otaknya.Siapa orang itu?Dan apa yang sudah ia lakuk
Baca selengkapnya

2. Kehilangan Segalanya

Nami duduk dan menangis di sisi brankar ayahnya yang memejamkan mata tanpa berniat untuk membukanya selama setengah tahun terakhir ini. Penyakit jantung yang diderita oleh sang Ayah membuat ayahnya harus di rawat di rumah sakit.Itu terjadi sekitar satu tahun lalu.Namun, dalam waktu setengah tahun ini, ayahnya tidak membuka mata dan terus tidur selama setengah tahun. Karena hal itu, Nami harus segera mendapatkan biaya tambahan untuk ayah.Nami bekerja serabutan. Dia belum mendapatkan pekerjaan tetap.Perjuangan Nami sia-sia. Uang yang selama ini ia kumpulkan, ternyata telah dipakai ibu tirinya untuk foya-foya.Hatinya sangat hancur. Ditambah lagi rumahnya, tempat tinggal satu-satunya yang ia miliki bersama kenangan sang ayah juga dirampas oleh ibu tiri. Padahal itu adalah harapan satu-satunya jika nanti Nami membutuhkan uang, Nami akan menjualnya.Tapi sayang, ibu tirinya sudah merebut dari Nami dan mengusir Nami dari sana.Saat ini kondisi sang ayah belum ada tanda-tanda kehidup
Baca selengkapnya

3. Rumah Bordil

Mobil Jeep berwarna hitam memasuki area parkiran bawah tanah. Dia pria berbadan kekar hampir kewalahan menghadapi wanita muda berumur 19 tahun yang terus menerus meronta hingga menganggu konsentrasi supir. Akhirnya salah satu dari mereka memberikan obat bius.Tiba di parkiran, Nami tersadar dari pingsannya. Kelopak matanya mulai terbuka secara perlahan. Kepalanya terasa pening dan berat. Nami kesulitan bergerak. Matanya langsung terbuka lebar saat ia menyadari adanya dua orang di samping kanan dan kirinya.Nami baru ingat! Dia diculik dan dibawa paksa oleh mereka."Lepaskan aku!!" Nami meronta lagi.Namun itu semua percuma, karna sekarang dia sudah berada di parkiran. Meskipun di lepas juga tidak akan bisa lari. Penjagaan rumah bordil sangat ketat. Mustahil bagi seorang Nami kabur dari sini."Sudahlah, pasrah saja dengan nasibmu sebagai pekerja di sini," kata pria itu enteng.Nami menggeleng. Dia mengulum bibirnya ke dalam menahan tangis. Ah sial sekali! Nami merasa menjadi orang ceng
Baca selengkapnya

4. Bertemu Dengannya

"Nami, bagaimana kabarmu?" sapa Iko, teman dekat Nami. Iko memeluknya. Dia sangat rindu pada Nami.Hari ini Nami berkunjung ke rumah Iko. Tapi mereka berdua bertemu di jalan. Kebetulan Iko baru saja membeli surat daftar riwayat hidup di toko.Nami dan Iko janjian untuk mencari kerja bersama."Oh Nami aku sangat rindu. Selama ini kamu pasti sangat menderita. Maafkan aku yang tidak ada di masa sulitmu," Iko memeluk erat."Aku sudah mendengar kabar kematian Ayahmu. Kenapa kamu tidak mengabariku?" Iko mengelus punggung Nami menenangkan.Nami merapatkan bibirnya. Andaikan Iko tau apa yang sudah Nami alami, apakah Iko masih mau berteman dengannya? Nami berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak boleh menangis. Dia tidak boleh terlihat lemah."Nami, jangan merasa sendirian. Aku di sini ada untukmu," Nami terenyuh mendengar kalimat manis dari mulut Iko.Nami membalas pelukannya. Runtuh sudah pertahanan Nami. Nami menangis. Dia luruh ke bawah, namun di tahan oleh Iko sehin
Baca selengkapnya

5. Permintaan Kakek

Sebuah senyuman seperti bulan sabit terpatri di sudut bibir Steven. Jari tangan mengelus pipi yang memerah tanpa henti. Zang—sekretaris Steven menaikkan salah satu alisnya.“Tuan muda, apa tamparan wanita itu begitu menyakitkan sampai anda tidak berhenti mengelusnya? Perlukah saya meminta office girl untuk mengambilkan kompres?” tanya Zang meminta persetujuan.Zang takut jika tamparan itu membuat emosi Steven tak stabil dan akan berimbas pada rapat nanti.“Zang, apa kau pernah melihat aku ditampar oleh wanita?”Zang menggeleng. “Tidak, Tuan. Sebaliknya, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan anda,” sahut Zang terus terang.Steven tersenyum miring. Menambah kesan arogan di wajahnya. Steven mengaggukkan kepalanya beberapa kali. Dia bangga dengan dirinya yang disukai banyak wanita.Tapi Steven tidak suka pada mereka. Mereka hanyalah hama pengganggu. Haus akan ketampanan dan uang yang dimiliki Steven saja.“Apa aku ini tampan, Zang?”Zang sedikit terkejut dengan pertanyaan Steven yang je
Baca selengkapnya

6. Pingsan

“S-siapa anda?” Nami membeku. Sekujur tubuh Nami gemetaran. Dia tak bisa mendengar ucapan pria itu dengan jelas. Penglihatannya memburam. Bola matanya membesar. Pria itu jelas ada di depannya persis. Pria itu menaiki ranjang perlahan-lahan mendekati Nami. Secara mendadak, napas Nami sedikit sesak. Dadanya terasa sangat sakit. Semakin pria itu maju, semakin pula Nami mundur hingga di ujung kasur. “Jangan dekati saya!” teriak Nami terus mengelak saat pria itu mencoba menyentuh tangannya. Kepala Nami bergoyang-goyang seperti merasakan gempa. Semua pandangan tiba-tiba saja menggelap. Kelopak mata Nami berkerjap lambat sampai akhirnya terpejam dan wanita itu limbung jatuh terjerembab di bawah lantai. Pria itu duduk di atas ranjang. Kepalanya tertoleh memperhatikan Nami yang sudah pingsan di bawah sana. Ia geleng-geleng kepala. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. “Pingsan?” kekehan pelan terdengar sumbang di ruangan itu. Menghirup udara sedalam mungkin lalu mengh
Baca selengkapnya

7. Melamar Pekerjaan

Deruman suara motor saling bersahutan di jalan. Berlalu lalang dengan kecepatan tak menentu. Ada yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi ada pula yang pelan sembari menikmati pemandangan bunga yang mekar di pinggir jalan.Tak hanya motor, namun juga banyak sekali macam-macam kendaraan. Ada motor matic, motor sport , mobil, motor listrik, sepeda listrik dan lain sebagainya. Tidak ada truk bermuatan.Jalanan ramai tapi tidak sampai macet. Setau Nami, jika dijalanan kota, pasti tidak jauh-jauh dari kata macet. Tapi untuk hari ini, tidak ada kemacetan.Nami melirik jam tangannya. Jarum pendek menunjuk pada angka 10. Jarum panjang menunjuk pada angka 2. Jika dibaca, jam menunjukkan pukul sepuluh lebih sepuluh menit.Nami duduk di sebuah bangku kota yang berada di dekat pinggir jalan. Bangku yang sudah disediakan untuk orang-orang yang ingin duduk sembari menikmati indahnya bunga-bunga yang berderet rapi.Kaki Nami bergoyang-goyang kecil ke depan ke belakang. Tangannya memeluk sebuah
Baca selengkapnya

8. Satu Miliar untuk Malam Ini

Rambut hitam lebat berkilau tergerai begitu indah. Lurus dan halus. Anak rambut terbang mengikuti arah angin. Kakinya berlarian kecil. Sempat lupa jalan menuju kantin perusahaan.Semua pegawai kantin harus datang lebih awal daripada karyawan kantor yang lain. Menyiapkan makanan dan menata meja. Nami berangkat sendirian. Karna Iko berangkat lebih dulu dengan naik ojek. Motor Iko rusak lagi.Nami berhenti sejenak. Mencari sebuah tulisan kantin. Nami melihat tulisan tersebut. Nami segera meluncur ke kantin. Sebelum bekerja, semua pekerja baru diberi arahan dan petunjuk.Setelah mendapatkan arah, mereka melakukan pekerjaan masing-masing. Nami, Iko dan tujuh orang lainnya yang menjadi waiters berbagi tugas. Mengelap meja dan mengepel lantai.Nami dan Iko kebagian tugas mengelap lantai. Nami bekerja dengan begitu semangat. Senyuman manis tak pernah luntur dari bibirnya.Kantin perusahaan sangat besar. Dulu, semua karyawan harus antri untuk mengambil makanan, namun karna itu membutuhkan wakt
Baca selengkapnya

9. Tidak Mungkin Hamil!!

Nami menatap datar pria di depannya ini. Sedangkan Steven menampilkan senyum dingin yang menambah kesan arogan di wajahnya. Bohong jika Nami tidak takut, hanya saja, Nami mencoba baik-baik saja.Nami menarik salah satu sudut bibirnya seraya bersilang dada. "Maaf, meskipun di dunia ini tidak ada yang gratis. Selama saya masih di sini dan belum keluar dari rumah bordil, saya tidak akan memenuhi permintaan anda!"Nami berbalik. Melangkah pergi setelah ia berhasil merogoh saku celana Steven dan mendapatkan kunci kamar tanpa sepengetahuan Steven. Dia menolak tidur dengannya malam ini. Walaupun Steven menawarkan uang satu miliar yang bahkan bisa langsung melunasi semua hutang rumah sakit.Tetapi, Nami tidak mau dibodohi. Dia sudah menyetujui penawaran namun, karna Steven masih belum membuktikan ucapannya, Nami menolak permintaan Steven.Transaksi? Jika sudah transaksi, pasti Madam Sherly akan datang dan menjemput Nami. Mempersilahkan Nami pergi dari rumah bordil.Nami menyunggingkan senyum
Baca selengkapnya

10. Pengumuman Pernikahan

"Apa kamu sakit, Iko?"Nami memegang pundak Iko. Wajah wanita itu nampak pucat pasi. Sedari tadi ia terus memilin jari jemarinya. Perlahan-lahan Iko menolehkan wajahnya ke arah Nami. Senyumnya mengembang lebar, dia menggeleng pelan."Ti-tidak Nami," jawabnya gugup."Tapi kenapa raut wajahmu seperti ketakutan?" Nami mendekatkan wajahnya ke telinga Iko. "Apa tempat yang akan kita datangi itu berhantu?" bisik Nami. Nami jadi merinding membayangkan sosok hantu di siang hari.Iko membulatkan matanya. Dia memukul pelan lengan Nami. "Jaga bicaramu, Nami. Kalau Pak Warno tau bisa dimarahi!"Pak Warno adalah kepala kantin yang mengatur semua pekerjaan di kantin. Sekarang, orang itu ada di depan Iko dan Nami mengabsen para staff."Yang sudah saya absen, segera naik mobil. Kita harus segera berangkat ke rumah Tuan Arroyan!" titah Pak Warno mengeraskan suaranya agar semua orang mendengarnya, karna saat para karyawan sudah berkumpul suasana berubah berisik. Membicarakan gosip baru terhangat."Iko,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status