"Tiap berita punya fakta, dan asumsi. Hanya yang memiliki data, maka disebut dengan berita. Bukan hoax yang bisa menghancurkan siapa saja."***"Apa? Pingsan? Ava pingsan, dan kalian baru memberi tahu saya setelah di rumah?"Pertanyaan Djati tidak ditanggapi oleh Bernardio, tapi langsung diangguki oleh Pramudya lengkap dengan cengirannya. Pemuda itu lalu menunjuk ke Bernardio, lalu memainkan alisnya dengan sengaja. Djati menoleh, dan menatap Bernardio dengan tajam. Namun seperti kebiasaan Bernardio, tatapan bosnya tak pernah mempan, pria itu tetap tak berkutik.Djati mau tidak mau langsung mengambil ponselnya. Meminta penjelasan dari Bernardio juga percuma. Ia lebih baik langsung menelepon orang yang membuatnya khawatir. Tapi, mengingat ia sedang sakit, Djati pun mengurungkan niatnya. Ditaruhnya lagi ponselnya, dan berusaha untuk tidak menelepon Ava."Kok, enggak jadi?" tanya Pramudya heran."Perempuan itu memiliki suami, Pram." Bukan Djati yang menjawab, tapi Bernardio. "Lagipula dia
Read more