Home / Thriller / Janji Cinta Polisi Tampan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Janji Cinta Polisi Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

120 Chapters

LXXI : TULIP PUTIH UNTUK ANGGREK

"Kadang ekspektasi yang sudah di luar logika, masih kalah dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kenyataan."***"Eh, Non Ava bukan? Saya pangling nih, makin cantik saja. Sudah lama enggak ke sini, ke mana saja, Non? Sehat, kan?"Pak Darjiman kaget. Awalnya ia tak menyangka kalau yang dilihatnya adalah Ava. Namun, perempuan itu dengan ramah menyapanya, dan menanyakan kabarnya. Membuatnya makin yakin kalau ia memang salah satu orang yang selalu mengiriminya uang tiap bulan untuk mengurusi makam ibunya.Ava tersenyum, dan kemudian berjabatan tangan dengan Pak Darjiman. Tadinya ia ingin sekali langsung pulang, tapi saat kuburan ibunya terisi oleh bunga tulip putih kesayangannya, Ava jelas berubah pikiran. Dari bau, dan rupanya, bunga itu masih sangat segar. Itu artinya orang yang mengunjungi ibundanya belumlah lama pergi dari pemakaman itu."Siapa? Apa ayah kandungku, Ma? Apa yang datang ke sini adalah ayah kandungku? Kakek tidak mungkin sampai sini, kan? Apa Tante Namira? Tapi, unt
Read more

LXXII : SEBUAH KEBENARAN

"Mau selama apapun sebuah kebenaran terpendam, lambat laun akan muncul juga ke permukaan pada akhirnya." *** "Pak Biru, terima kasih karena sudah mau bertemu saya." Biru tersenyum, mengangguk, dan kemudian mempersilahkan istri Purwanto untuk duduk di ruangannya. Althaf segera mengambil alih bayi berusia sembilan belas bulan yang digendong Sulis. Sulis pun berterima kasih sekilas pada Althaf. Althaf hanya mengangguk, dan membawa bayi tersebut keluar ruangan agar tidak mengganggu pembicaraan antara sang Ibu, dan atasannya. Untungnya bayi tersebut dalam keadaan tidur, jadi Althaf dengan mudah membawanya tanpa harus membuatnya menangis. Sulis sendiri merasa lega, karena bayinya tak terganggu, meskipun harus berpindah tangan kepada orang lain. Perempuan itu lalu beralih pada Biru yang telah memandanginya dengan serius. Ia tahu ini menjadi sangat canggung, karena terakhir kali mereka bertemu, Sulis dengan berani menghardiknya dengan keras. "Ada apa, Ibu Sulis?" Sulistiawati menarik na
Read more

LXXIII : FAKTA MENGERIKAN

"Berkali-kali manusia mencoba, dan kemudian gagal, bukan karena Tuhan tak sayang. Namun Tuhan sedang menguji manusia tersebut untuk jadi lebih hebat dari yang ia bisa tahu."***"Lho, Nona Ava Kinandhita? Ada apa? Apa saya lupa ada janji dengan anda?"Bernardio jelas bingung. Djati tidak memberinya informasi kalau Ava akan datang ke kantor. Di dalam agenda yang diberikan Ningsih hari ini, juga tidak ada pertemuan dengan orang-orang dari Yayasan Ibu Pertiwi. Namun, bila ditelisik dari bagaimana ekspresi Ava, Bernardio yakin ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh perempuan itu.Ava sendiri langsung menghampiri Bernardio saat pria itu datang delapan menit kemudian. Ava tahu, Dio pasti sangat penasaran dengan kedatangannya yang tiba-tiba di kantor Biru. Pasalnya, ia memang tidak membuat janji temu dengan Djati, atau pun Bernardio. Ia datang ke kantor itu memang dengan harapan besar bahwa Djati, atau pun Bernardio bisa menjawab pertanyaan yang melekat erat dibenaknya saat ini."Saya t
Read more

LXXIV : SEBUAH KESIMPULAN

"Mau jalan sejauh apa pun, kita hanya bisa berdo'a bahwa Tuhan akan bersama-sama menemani kita. Karena tanpa Tuhan, jalan yang jauh pun bisa sangat sulit bila tanpa persetujuan dari-Nya." *** "Sepertinya ini deh, toko bunganya, Va." Ava mengecek kembali nama toko bunga di nota pembelian yang mereka dapatkan dari detektif sebelumnya. Saat melihat kesamaan di antara keduanya, Ava pun mengangguk, dan mengajak Padma untuk turun. Padma setuju, dan bersama dengan Ava memasuki toko bunga yang sangat cantik. Ada beragam bunga yang sungguh memanjakan mata pembeli saat masuk ke dalam sana. Selain difungsikan sebagai toko, terdapat beberapa tempat duduk di mana pengunjung bisa minum kopi di pelataran toko. Ada sebuah bar kecil yang disediakan untuk memesan makanan atau minuman yang tertera di papan menu. Sungguh, sekali lihat Ava langsung menyukai konsep dari toko bunga itu. Mungkin lain waktu ia akan kembali untuk membeli bunga, dan menyesap secangkir kopi. "Selamat datang di Toko Bunga Ca
Read more

LXXV : UJUNG SEBUAH CERITA

"Tiap cerita ada awal, dan akhir. Tiap cerita memiliki sebuah kesimpulan. Tiap cerita memiliki sebuah kisah yang perlu diselesaikan."***"Apa? Dihentikan? Kenapa?"Pertanyaan itu membuat Althaf bingung. Biru yang tengah menerima telepon dari seseorang tampak tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia dengan sabar mendengarkan, tanpa pernah mencoba menginterupsi siapa pun di telepon. Namun ada sebuah ekspresi penasaran luar biasa terpancar dari wajah sang atasan.Biru sangat bingung, itu jelas. Seharusnya istrinya tak melakukan apa-apa. Seharusnya istri tetap menunggu, dan akhirnya mengetahui siapa itu Anthony R. Tapi, kenapa sekarang ia memilih berhenti secara tiba-tiba?"Maaf, ya. Kalau Ava bilang tidak, itu artinya gue enggak bisa memaksa dia untuk memberi tahu gue alasannya. Kalau Ava bilang tidak, kemungkinan besar ia sudah tahu siapa itu Anthony R sebenarnya. Lo mungkin bisa bertanya sama dia, Biru.""Baiklah. Gue yang minta maaf sama lo, karena istri gue tiba-tiba mengubah pi
Read more

LXXVI : TAK TERPREDIKSI

"Ada begitu banyak hal yang Tuhan sembunyikan dari manusia. Karena apa yang sudah diatur, bisa berubah dengan kuasa Tuhan. Tergantung seberapa kuat, dan hebatnya manusia tersebut berdo'a, dan berusaha."***"Apa? Ayah kandung Ava? Kamu enggak lagi bercanda, kan?"Jelas Djati kaget. Hal tak terprediksi akhirnya muncul. Djati tak menyangka, tapi bila yang dikatakan Bernardio benar adanya, berarti inilah plot twist terhebat dalam hidupnya. Djati tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Praba bila memang benar Ava adalah putri kandungnya.Pria kejam itu bahkan dengan tega ingin membunuh Ava. Ia ingin gadis itu lenyap, dan hilang dari muka bumi ini, padahal jelas-jelas Praba sempat mencari keberadaannya. Bila Ava waktu itu mati, mungkin kebenaran ini tak akan pernah terbongkar selamanya."Tentu saja, saya sedang tidak bercanda. Saya sendiri pun kaget. Namun saat mendengar penjelasan Nona Ava secara langsung, rasanya ia tidak mungkin mengada-ada.""Wow, sungguh tak terprediksi!" seru Djati ya
Read more

LXXVII : KERJA SAMA RAHASIA

"Manusia sebagai makhluk sosial tentu butuh bantuan orang lain. Sekali seumur hidup, kita pasti butuh uluran tangan orang lain untuk sekadar meminta pertolongan."***"Setelah hasil otopsi selesai, orang ini yang akan kita panggil pertama kali."Althaf memperhatikan foto yang diberikan Biru dengan seksama. Matanya menelisik, memperhatikan dengan lebih detil foto pria tersebut. Ia merasa pernah melihat orang itu. Entah di mana, namun Althaf yakin sangat familiar dengan wajah pria itu.Althaf pun mengambil ponselnya, dan mencari sesuatu di sana. Satu persatu ia buka, ia telusuri di mana wajah sang pria pernah ia lihat. Biru sendiri hanya terdiam melihat tingkah Althaf. Biru berasumsi bahwa Althaf kemungkinan besar sedang mengingat di mana pernah bertemu Anthony R sebelumnya."Ini dia!" Althaf memberikan ponselnya pada Biru. Di sana terlihat kalau Anthony R sedang menemui Marco di Lapas. "Dia ternyata kakak tirinya Marco, Pak. Radjarta, namanya. Pantas kok, saya seperti pernah melihatnya
Read more

LXXVIII : PRABA LAGI DAN LAGI

"Kejahatan yang bertumpuk pada akhirnya akan terkuak, dan menghancurkan. Siapa pun tahu itu. Maka berbuatlah sebaliknya. Bukannya menabung kejahatan, dan menyesal belakangan."***"Pak, bagaimana kabar Pak Hendro?"Irjen Kamaru Joshua tersenyum singkat, dan menggiring Biru ke satu ruangan lain di rumahnya. Ya, seperti dugaan Biru, Hendro disembunyikan, dan tempat paling aman adalah rumah sang atasan. Bila Biru jadi atasannya, ia tentu saja akan melakukan hal serupa. Seperti dahulu saat ia menyembunyikan Ava di rumahnya.Irjen Kamaru Joshua pun mempersilahkan Biru untuk duduk di sofa. Ruangan itu seperti kantor yang digunakan pria itu untuk bekerja. Biru pun duduk, menunggu atasannya untuk mengambilkannya minum. Tak lama, Joshua pun duduk dengan dua cangkir kopi di tangannya."Saya sangat suka kopi, jadi saya sengaja menyediakan mesin kopi sendiri di ruangan saya. Karena ini saya tidak perlu menyuruh orang lain untuk membuatkan kopi. Kalau kepengin, tinggal buat sendiri. Silahkan Biru,
Read more

LXXIX : RAHASIA SEORANG PRABA

"Dalam diri tiap manusia, pasti memiliki sebuah rahasia yang tak ingin diketahui banyak orang. Baik itu rahasia jahat, atau pun baik."***"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Djati."Djati hanya dapat mengangguk. Pihak KPK benar-benar tak mendapatkan apa-apa. Praba benar-benar rapi dalam menyimpan rahasia di rumah itu. Dengan santai, Djati tersenyum, dan kemudian mempersilahkan orang-orang dari KPK itu untuk pergi.Setelah semuanya steril, Djati pun melihat ke arah CCTV. Ia tersenyum menyeringai, seakan sedang mentertawakan sikap Praba yang sangat payah. Djati tahu Praba pasti memantau CCTV di rumahnya, dan ia juga pasti sadar bahwa di sekitar rumah ini ada banyak intel tengah mengintai untuk menangkap Praba. Karena itu, ia meminta seluruh ajudan di rumah itu untuk mematikan semua CCTV di dalam rumah."Anda yakin, Bang?" tanya Bernardio yang langsung diangguki oleh Djati."Ya, tentu saja. Pihak dari KPK pasti akan tetap mengintai, mereka mungkin bisa menyadari suatu saat nanti bahwa
Read more

LXXX : TAK SESUAI HARAPAN

"Jangan pernah menggantungkan harapan pada manusia. Gantungkanlah mimpi pada Tuhan, berdo'a dengan sepenuh hati, dan bekerja keraslah sekuat tenaga." *** "Ava, aku benar-benar minta maaf padamu. Aku benar-benar tidak tahu kalau hal ini akan terjadi. Aku benar-benar tak memprediksi sebelumnya." Terdengar helaan napas yang begitu keras dari ujung telepon. Djati pun tak dapat berkata apa-apa lagi, keadaan yang membuatnya hanya bisa terdiam membisu. Ia sungguh ingin merealisasikan apa yang mereka telah rencanakan. Namun kenyataannya, Praba saat ini sedang dalam pelarian, jadi mana mungkin mereka menjalankan apa yang telah disusun sedemikian rupa. Walaupun begitu, Djati sudah merencanakan sebuah langkah cadangan untuk mengetahui hubungan antara Praba, dan Anggrek, Ibu Kandung Ava. Namun ia belum yakin, jadi ia pun tidak mengatakan apa-apa pada Ava. Ia ingin memastikan terlebih dahulu. Ia ingin mendapatkan sebuah hasil yang benar-benar membuatnya yakin, baru setelah itu ia akan memberi
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status