Semua Bab Janda Cantik Milik CEO Arogan: Bab 51 - Bab 60

92 Bab

Bab 51. Taruhan yang Berani

Suasana dalam ruangan itu mendadak keruh. Masing-masing orang berbicara dengan teman di sebelahnya. Mereka mempertanyakan maksud sang CEO, yang mengumumkan pengunduran dirinya secara mendadak.“Kenapa? Apa yang salah dengannya?”“Mendadak sekali.”“Bagimana dengan perusahaan?”“Wah, kacau.”Wuri yang berdiri di belakang atasannya pun mendekat satu langkah. “Pak? Apa tidak terlalu terburu-buru?”“Saya belum selesai bicara,” katanya yang terdengar lantang oleh mikrofon di depan bibirnya, sehingga membuat para anggota dewan pemegang saham terdiam. Mereka kembali memusatkan perhatiannya kepada Barra yang berdiri di belakang meja tinggi.“Saya tahu Anda sekalian pasti khawatir terhadap jalannya perusahaan. Maka dari itu, saya mengusulkan untuk menerima saran dari Ketua Dewan kemarin,” tambahnya.Pak Romi berdeham. Ia menegakkan punggungnya dengan kaku. Orang-orang memandangnya sejenak, kemudian mulai berbisik dengan teman sebelahnya lagi.Barra melanjutkan, “Saya akan dengan senang hati me
Baca selengkapnya

Bab 52. Hadiah Ulang Tahun

Cinta bukan hal baru Sandra. Dia pernah mengalaminya dulu. Dia juga pernah merasakannya. Dia mencintai seseorang sampai-sampai rela berkoban untuknya, membuang segalanya untuk cinta itu. Namun, apa yang dia dapat kemudian? Tak ada.Meskipun demikian, bukan berarti Sandra tidak percaya lagi akan cinta. Dia hanya takut mencintai lagi. Maka dari itu, ketika sang bos mengungkapkan isi hatinya yang ingin melindungi, Sandra tak mau berharap. Ia tak mau sakit hati lagi.Hari masih sore ketika Sandra keluar dari kantor Aksara Group. Saat melewati meja informasi, Gladis memanggilnya.“Ada apa, Dis?” tanya Sandra mendekat.Dengan senyum ramah, gadis itu mengeluarkan sebungkus kotak kecil dengan pita menghiasi atasnya dari laci. Ia mengulurkan kotak tersebut kepada Sandra. “Selamat ulang tahun, Mbak.”“Oh!” Saking sibuknya, Sandra sendiri lupa hari ini adalah ulang tahunnya. Ia menerima kotak itu dengan haru. “Makasih.”“Tapi ini bukan dari saya.” Gladis terkikik.Sandra mengernyit. Ia mengamati
Baca selengkapnya

Bab 53. Masa Lalu Menghantui

Barra tak mengerti alasan hatinya terasa sakit, seolah ada ular yang membelitnya. Buket bunga yang dipilihnya dengan hati-hati tergeletak begitu saja di jok sampingnya.Tadi setelah rapat ia dengan perasaan bingungnya mengungkapkan keinginan hati untuk melindungi Sandra. Walau wanita itu memberitahu bahwa perasaan yang dirasakan Barra hanyalah hal yang biasa dialami oleh pemimpin yang baik terhadap bawahannya, namun bagi Barra bukan seperti itu. Wuri juga bahawannya, tetapi keinginan untuk melindungi Wuri tidak sekuat keinginannya untuk melindungi wanita itu.Padahal, kalau ditelisik lebih jauh, Wuri bekerja lebih lama dari wanita itu. Ia juga sahabat ibunya. Tentunya kalau memang perasaan itu adalah hal yang biasa, Barra juga merasakannya perasaan itu sama besar terhadap Wuri. Namun nyatanya tidak.Dari pertama kali bertemu Sandra, lelaki itu sudah merasakan suatu perasaan yang tidak biasa. Bahkan waktu Sandra, mengenakan daster dan berpenampilan acak-acakan mencegat mobil yang diken
Baca selengkapnya

Bab 54. Nasihat Cinta

Chandra pernah melihat kakaknya sebegitu kecewanya seperti yang sekarang dia perlihatkan. Bahu kakaknya sampai merosot. Namun, Chandra tak tahu penyebab kakaknya seperti itu. Apakah karena ia tak menyetujui sang kakak dekat lagi dengan Alex? Rasanya bukan itu. Lantas apa? Mungkinkah ....Pemuda itu mendesah lega menyadari alasan kekecewaan sang kakak. Ia duduk di samping kakaknya, menarik bahu Sandra agar bersandar pada dadanya. “Aku lega karena yakin Mbak nggak akan balikan sama si Alex Bajing4n itu.”Sandra mengernyit. Ia mendorong dada sang adik dan bertanya, “Apa maksudmu?”“Mbak mencintai orang lain, kan?” Chandra berkata dengan yakin, “Mbak jatuh cinta pada Mas Barra.”Segera, Sandra menggeleng kuat. “Nggak,” jawabnya menyangkal. “Aku nggak jatuh cinta padanya.”“Iya! Mbak menyukai bos Mbak. Aku kenal kamu dari kecil. Kamu jatuh cinta pada bosmu, Mbak. Akui saja.”“Aku emang menyukai Pak Barra, Chan, tapi bukan jatuh cinta. Aku nggak berani mencintainya.” Sandra ragu sejenak. Ia
Baca selengkapnya

Bab 55. Perayaan

Mobil Barra merupakan mobil dengan merk Marcedes Benz S-Class empat pintu. Untuk dimuati lima orang memang bisa, tetapi pada jok penumpang belakang rada sempit. Meski Sandra, Wuri, dan Gladis tak keberatan berdesak-desakan, tetap saja Barra tak enak hati. Alhasil, ia meminta sang sopir mengalah.“Wah, jadi nggak enak, nih. Bapak yang harus nyupiri kita.” Gladis yang duduk di belakang bersama Wuri pun menyeletuk.“Nggak apa-apa. Mau gimana lagi? Besok biar kubeli mobil yang rada legaan.” Barra melirik Sandra sebentar.“Bisaaaaaa!” Gadis itu terdengar antusias. “Atau sekalian beli bus aja, Pak.”“Ya ampun ....” Wuri menimpali. “Emangnya buat apa minta bus, Dis?”“Iya, ih! Gladis nih ada-ada aja. Lagian kita kan nggak setiap hari pergi bersama-sama.” Sandra ikut menyahut.“Ya sudah, nanti aku beliin bus, tapi tukar nyawamu buat tumbal, ya?”"Tumbal apa, Pak?" Gladis mengernyit."Pesugihan," jawab Barra. "Memangnya kau pikir aku bisa sukses seperti ini dari mana kalau nggak pakai jasa jin
Baca selengkapnya

Bab 56. Mantan yang Bebal

Sandra salah ketika tak menuruti adiknya kemarin. Seharusnya ia tak membiarkan Alex datang lagi ke kehidupannya. Seharusnya ia segera mengusir lelaki itu begitu menampakkan diri di pintu. Seharusnya ia bisa lebih tegas. Sekarang ia baru merasakan betapa mengganggunya lelaki itu.“Ngapain sih kamu kemari?” tanyanya begitu mobil Barra menjauh.“Aku nungguin kamu, Sayang. Aku kangen.” Alex merayu.Sandra mendecakkan lidah. Ia mengamati Alex yang masih memakai pakaian formal. Dulu ia menganggap lelaki itu tampan, dengan tubuhnya yang jangkung. Namun kini ia sadar bahwa pergelangan tangan mantan suaminya begitu kurus. Kulitnya memang putih, tetapi terlihat tak sehat karena terlalu pucat.Kemeja yang dikenakan Alex pun berantakan, dengan lipatan-lipatan tak beraturan. Bahkan bagian bawahnya keluar dari celana. Dulu ia menganggap penampilan seperti itu liar dan menggoda. Kini tidak lagi. Ia malah iba. Alex tampak seperti anak yang tak terurus.“Jangan panggil aku Sayang. Aku sudah bukan istr
Baca selengkapnya

Bab 57. Penasaran

Sebenarnya Barra bukannya ingin kencan. Ia hanya tak mau ibunya cerewet soal teman wanita yang ia tidak punya. Ia berani bertaruh tadi andai ia tidak pergi ibunya pasti akan memaksanya keluar bersama Nadine. Ia sedang tak tak ingin keluar dengan gadis itu.Lelaki itu mengendarai mobilnya berkeliling kota tanpa tujuan spesifik. Sesungguhnya ia juga ingin menikmati liburnya seperti pemuda lain dengan hang out bersama teman, main gim bareng kawan, dan sebagainya. Namun, selama ini Barra terlalu sibuk sampai-sampai ia tak sempat berteman.Kalau kenalan, Barra memiliki banyak kenalan. Sebagai CEO tentu ia punya relasi yang luas. Akan tetapi semua itu adalah urusan bisnis. Ia tak memiliki orang untuk berbagi kehidupan pribadi. Bukannya tak ada yang mau. Hanya saja Barra merasa tak cocok dengan beberapa orang yang mendekatinya.Seperti contohnya Brian. Meski mereka seumuran, Barra tak suka kepribadian lelaki itu. Padahal ibunya selalu mendorong agar dia bisa lebih akrab dengan sering mengaja
Baca selengkapnya

Bab 58. Malam Minggu

Barra harus segera bangkit. Ia mesti lekas bersembunyi sebelum orang-orang yang mendengar keributan itu datang, mengerumuninya dan Sandra, lalu berpikir hal yang bukan-bukan tentang mereka. Ia tak mau membuat dirinya maupun wanita itu malu.Namun, berada sangat dekat dengan Sandra, dalam posisi seperti itu, membuat Barra seolah enggan beranjak. Ia dapat merasakan panas tubuh wanita itu, dapat mencium sampo yang digunakan wanita itu. Ia ingin merasakan Sandra lebih dari ini. Ia ingin menyentuh wanita itu lebih banyak.“Ke mana sih tuh anak?” Suara ibunya menyadarkan Barra. Ia segera bangkit, menarik Sandra bersamanya.“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya memeriksa.“En-nggak apa-apa.” Jantung Sandra seakan meledak.Sekali lagi, Barra menarik wanita itu bersembunyi ke dalam bayang-bayang wahana rumah hantu. Ia melewati ruangan demi ruangan yang sudah diseting dengan nuansa horor. Namun baginya sekarang ketahuan oleh ibunya sedang menggandeng tangan wanita lebih mengerikan ketimbang isi rumah
Baca selengkapnya

Bab 59. Sadar Posisi

Barra menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia menenangkan syarafnya yang tegang. Tangannya yang mengepal ia urai. Selain itu ia juga memberi isyarat pada Sandra agar melepas tangannya dengan mengangguk. “Nggak apa-apa,” katanya. “Salahku udah ganggu malam minggumu.”Sandra menggeleng. “Nggak, Pak. Bukan—“Alex memotong ucapan mantan istrinya lagi. “Nah, akhirnya kamu sadar juga.”“Mas!” Sandra begitu kesal sampai membentak.Alex segera menutup mulut.“Tolong pamitin ke adikmu. Aku pergi.” Barra lantas meninggalkan rumah Sandra. Wanita itu mengantarnya sampai keluar rumah dan ia masih berdiri di halaman hingga Barra melajukan mobilnya.Begitu mobil lelaki itu tak terlihat lagi, Sandra memutar bola matanya. Tangannya bersedekap. Ia berderap ke dalam dan mendapati Alex duduk menunggu di sofa. “Ngapain kamu ke sini lagi?”“Kan aku udah bilang bakal ke sini lagi.” Alex duduk di tempat bekas Barra duduk tadi. Kakinya menyilang. Namun, ia terlihat tak setampan lelaki ta
Baca selengkapnya

Bab 60. Rencana Alex

Seumur hidup, Alex tak pernah semalu ini. Ia merasa dipermalukan habis-habisan. Betapa tidak? Ia susah payah mencari cara menghubungi lelaki yang menjadi satu-satunya penghalang dirinya rujuk. Melalui kenalannya ia berhasil mendapatkan nomor Barra. Tentu saja ia tak bisa meminta nomor ponsel Barra kepada Sandra. Ia tak mau wanita itu tahu apa yang akan dilakukannya.Alex mengerti, sebagai CEO sebuah perusahaan ternama tentunya Barra memiliki kartu nama yang di dalamnya tertera nomor ponsel lelaki tersebut. Namun, ia juga tahu bahwa nomor tersebut pastilah bukan nomor pribadi. Alex ingin menghubungi Barra melalui sambungan pribadi. Ia ingin bicara empat mata dengan lelaki itu membahas masalah pribadi. Jadi, ia mengabaikan nomor yang tertera di kartu nama yang berhasil ia dapatkan dari kenalannya.Tak mau menyerah, ia pun bertanya pada Kristin. Dulu istrinya itu pernah memperingatkan Alex supaya tidak mengusik Barra. Dia juga mengaku pernah mendekati lelaki itu. Jadi, sudah pasti Kristi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status