"Apa Nenek mau ikut?" tanya Biru menelengkan kepala. Anak kecil itu sudah rapi dengan balutan seragam olahraga. Ia duduk berdua bersama Giana menyantap sepotong roti dan segelas susu. Giana tersenyum lembut. Tangan wanita itu bergerak mengolesi roti lain dengan selai coklat sebelum meletakkannya ke atas piring milik Biru. "Kalau nenek ikut, nanti nenek tidurnya di mana? Kan tendanya cuma satu." Giana, sudah mengenal Biru. Mendengar kisah hidup anak itu, Giana ikut prihatin. Ia yang biasanya sangat selektif dalam memberi izin seseorang untuk masuk ke dalam keluarga Addaith pun memberi kelonggaran untuk Biru. Bahkan, wanita itu bersikap layaknya seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya."Nggak Nek, kata Bu guru, tendanya itu ada banyak." ucap Biru mengangkat sepuluh jarinya. Mulut yang masih penuh dengan roti, membuat pipi anak itu mengembang dua kali lipat, mengundang tawa Giana."Tapi itu kan buat teman-teman kamu, kalau dipakai sama nenek, terus mereka gimana?" Biru terdiam n
Read more