Ting! Denting oven terdengar tanda bahwa kue pastry yang tengah di panggang telah matang. Satu persatu Zelin memindahkannya ke dalam sebuah loyang."Coba lihat ini Dan, aku membuat banyak kue kesukaan putrimu. Dia sekarang sudah besar, sudah menjadi seorang istri. Terimakasih ya, kamu sudah mempercaiku merawatnya." ujar Zelin tersenyum kecil menatap foto mendiang sang suami. Hari ini ia memang berniat mengunjungi Ara. Entah kenapa dari semalam wajah putrinya itu terus terlintas dalam benaknya. Tok, tok, tok."Iya sebentar."Zelin berlalu ke depan ketika pintu rumahnya diketuk. Wanita itu terkesiap melihat Ghazi berdiri dengan penampilan semrawut. Kemeja acak-acakan, rambut berantakan, dan wajahnya kusut dengan mata sedikit memerah. Ada apa dengan menantunya ini? Kemana Ghazi yang selalu rapih? "Loh Zi, kamu di sini? Ayo ma--eh apa yang kamu lakukan?" pekik Zelin saat Ghazi tiba-tiba bersimpuh di depannya. "Hukum aku Ma, aku sudah membuat putri Mama sakit." lirihnya. Ghazi tak tahu
Read more