Keesokan harinya, sekitar pukul sepuluh pagi mereka check out dari hotel. Alfian merasakan Bunga tidak bisa menikmati keindahan panorama pantai yang seharusnya menjadi kenangan indah menyongsong tahun baru. Wajahnya kusut, pucat, dan tidak bersemangat seperti biasanya. Sepertinya bukan Bunga saja, tapi putri malu. "Jalan sebentar, yuk, ke karang itu.""Buat apaan?""Kamu belum foto sama sekali, Na. Sayang, sudah sampai Anyer. Anyer is a small town with a great beach, nggak tahu, kan?""Nggak tau! Lagian aku Malas. Muka juga udah kayak topeng monyet," helah Bunga berusaha menolak. Alfian sadar, nggak, sih, kalau dia itu dilanda jengah mendekati kikuk. "Bunga adalah Bunga. Mau pagi, sore, malam, hujan, tetap shining. Bersinarnya dari hati soalnya.""Gombal banget, sih. Dasar manusia teknik!"Bunga menjadi lebih pendiam, itu pasti. Bagaimana tidak, tadi malam itu jangan tanya bagaimana malunya dia. Namun, gadis itu dibuat heran karena tidak melihat gurat malu mampir di wajah Alfian. K
Read more