Bunga menelan ludah, tiba-tiba dia merasa luar biasa gugup. Selama ini Alfian selalu lembut. Alfian bersikap sengak, ketika mereka terlibat tabrakan yang tidak disengaja waktu itu. Selebihnya, sebagai majikan, laki-laki ini terlampau humble. "Apa?" tanya Bunga lirih."Makan dulu.""Ehmm …."Akhirnya Bunga menuruti kemauan Alfian itu. Keduanya makan dalam diam. Setelah selesai makan, Alfian membawa piring kotor ke tempat cuci piring. Bunga cepat mengambil alih tugasnya."Nanti aja cuci piringnya, aku mau bicara," cegah Alfian.Mereka berdua duduk di sofa menghadap televisi yang masih menyala. Meskipun demikian, pikiran keduanya tidak sedang mencerna film yang sedang diputar itu. "Apa aku perlu minta maaf atas sikap Gina ke kamu, Na?" tanya Alfian."Eh? Hmm, kan, itu bukan salah Mas Al."Alfian memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Bunga. "Tapi karena itu, kan, kamu marah. Kamu jadi lain dan menghindari aku. Kamu tahu aku nggak salah, tapi kamu sengaja menghindar. Aku harus gimana
Read more