Home / Romansa / Godaan Sang Majikan Tampan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Godaan Sang Majikan Tampan: Chapter 51 - Chapter 60

66 Chapters

Bab 51-Pembantu Kecilmu Tidur di Sini?

Alfian: Na kenapa kamu nggak angkat telepon dan balas chat saya?Kamu tidur di mana?Bunga menghela napas membaca tulisan yang ditempelkan Alfian pada pintu kulkas. Dia duduk di kursi makan sambil merenungkan apa yang sudah terjadi, Sudah seminggu ini dia mengabaikan Alfian. Hari Selasa dia sebenarnya sudah balik ke rumah majikannya. Namun, karena kesibukannya, Alfian tidak tahu jika Bunga sudah kembali. Entah bagaimana dia bisa tahu kemudian meletakkan pesan itu. Seperti mengulang memori awal mereka berkomunikasi. Lewat post it yang tidak ramah lingkungan. Dalam satu pekan ini, Bunga tetap mengerjakan pekerjaannya seperti biasa. Bunga memang sengaja menghindar, untungnya Alfian juga begitu sibuk hingga laki-laki itu mungkin tidur di apartemennya di Cilegon. Sejak mendengar ucapan Gina seminggu yang lalu, Bunga merasa perlu menjaga hatinya. Menurutnya memang tidak sepantasnya ia menjatuhkan hati pada Alfian. Selain tua, laki-laki itu adalah majikannya. Memang Alfian baik, dia juga
Read more

Bab 52-Tertangkap Basah

Bunga menelan ludah, tiba-tiba dia merasa luar biasa gugup. Selama ini Alfian selalu lembut. Alfian bersikap sengak, ketika mereka terlibat tabrakan yang tidak disengaja waktu itu. Selebihnya, sebagai majikan, laki-laki ini terlampau humble. "Apa?" tanya Bunga lirih."Makan dulu.""Ehmm …."Akhirnya Bunga menuruti kemauan Alfian itu. Keduanya makan dalam diam. Setelah selesai makan, Alfian membawa piring kotor ke tempat cuci piring. Bunga cepat mengambil alih tugasnya."Nanti aja cuci piringnya, aku mau bicara," cegah Alfian.Mereka berdua duduk di sofa menghadap televisi yang masih menyala. Meskipun demikian, pikiran keduanya tidak sedang mencerna film yang sedang diputar itu. "Apa aku perlu minta maaf atas sikap Gina ke kamu, Na?" tanya Alfian."Eh? Hmm, kan, itu bukan salah Mas Al."Alfian memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Bunga. "Tapi karena itu, kan, kamu marah. Kamu jadi lain dan menghindari aku. Kamu tahu aku nggak salah, tapi kamu sengaja menghindar. Aku harus gimana
Read more

Bab 53-First Love

"Kamu yakin dengan rencana itu?" tanya seseorang di seberang talian. Nyonya Amy sedang melakukan vidio call. "Tentu saja, Hon. Aku yakin banget. Alfian pasti nurut kali ini.""Jangan gegabah. Dia itu punya kekuatan membaca keadaan. Nanti. dia tambah kesumat sama kita.""Aku bukan kamu, Hon. Kamu, sih, ngasih challenge gampang gitu. Harusnya jabatan prestisius tertinggi yang harus dia raih sebelum usianya 30 tahun. Zaman kalian, kan, beda. Tahun 90 an mana ada CEO umur 25, sekarang lulus SMP saja ada yang sudah jadi CEO.""Mana ada anak SMP jadi CEO. Itu dongeng di novel yang kamu baca. Lucunya!""Bukan itu bacaanku. Bacaan istrimu ini buku motivasi lah.""Iya, iya. Cerewet!" "Jadi, kali ini kamu nurut sama aku, Hon.""Terserah." Nyonya Amy tertawa ngikik. Meskipun hanya panggilan vidio, perempuan tua itu tahu wajah suaminya sedang menyala seperti korek api yang terbakar. Apalagi saat tahu perempuan yang disimpan Alfian masih di ingusan. Dia takut, Alfian masih selalu mengenang so
Read more

Bab 54-Dipaksa Kawin Juga

Setelah terpekur beberapa saat, Bunga akhirnya berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya. Sebenarnya sejak kemarin dia hanya mengurung diri di kamar setelah tugasnya sebagai babu selesai. Setelah semuanya dia katakan kepada Alfian, Bunga tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Saat mendengar pengakuannya tadi, Alfian terlihat syok. Bunga tahu, Alfian pernah menaruh hati pada salah satu stafnya, tetapi dia mengurungkan niatnya saat tahu Inayah seorang janda satu anak. "Nggak akan aku berhubungan dengan janda. Rumit. Nambahin beban aja," ujar Alfian kala itu. Entah kenapa ada sesuatu yang kosong di dada Bunga. Dia sendiri kebingungan dengan apa yang sudah terjadi sore tadi. Nyonya Amy yang mengancam agar mereka kawin, lantas Alfian yang di awal-awal mengiyakan saja. Namun, setelah tahu status Bunga, seperti laki-laki itu akan mundur teratur. Masa bodoh! Itu lebih baik, asalkan kamu tetap bekerja di sini, Na. Tetap sebagai babu dengan rupiah jring jring jiring!Karena kantuk ya
Read more

Bab 55-Harus Nikah!

Bunga meraba-raba kepalanya. Masih utuh, hanya saja ada yang hilang. Kenapa seperti sinetron saja, dia kehilangan memori. Sedikit ingatan yang tak pasti bagian mana. "Nggak usah sampai segitunya. Sudah ada yang mikir negara ini," ujar Alfian mengelus dahi Bunga yang mengernyit. "Lagi ngumpulin ingatan, ini. Nggak enak banget," ringis Bunga menurunkan tangan Alfian yang asyik bertengger di dahinya. Lagaknya seperti pendekar wuxia sedang menyalurkan tenaga dalam saja. "Udahan ih pegangnya. "Aku ingin mengajakmu ke satu tempat.""Kemana?" Bunga cemberut dengan mata yang tinggal segaris. Dia tidak tahu tadi diberi obat apa. Setelah sebelumnya berhasil menyeret Bunga agar sudi memeriksakan diri ke IGD sebuah rumah sakit, ada satu tempat yang ingin dia tunjukkan kepada Bunga. Sepertinya keadaan Bunga lumayan stabil, kepalanya tidak apa-apa, tidak ada trauma meskipun ada denyut yang luar biasa mengikuti setiap langkah Bunga. Menurut gadis itu, rasa nyeri itu hanya sesekali datang lantas
Read more

Bab 56-Terciduk

Bunga memarkirkan sepeda motornya—skuter milik Alfian lebih tepatnya, di pekarangan rumah Bu Irma. Saat Bunga memasuki rumah milik induk dia kaget melihat ibunya yang duduk di kursi tamu dengan wajah tanpa senyuman."Kenapa, Ibuk ada di sini? Kok Ibu sudah di Jakarta maksudnya?" tanya Bunga."Duduk!" kata Ibuk.Bunga semakin bertanya-tanya, ada apa dengan ibunya ini. Perasaannya mengatakan kalau ada yang tidak beres. Saat berada di depan panti asuhan yang menurut cerita Alfian adalah tempatnya berjumpa Mas Ruri dengan seorang gadis. Gadis yang merubah seluruh hidupnya. Namun, ketika hendak bercerita lebih lanjut, tiba-tiba ponsel Bunga berbunyi. Panggilan dari Bu Irma. Perempuan itu mendapatkan telepon dari ibunya Bunga, yang menanyakan apakah Bunga baik-baik saja. Tentu saja, Bu Irma menyuruh sang ibu untuk menelpon langsung putrinya. Bu Irma tidak mengatakan perihal Bunga yang sudah tidak indekos di sana. “Jadi, kamu tidak pamit sama ibumu, Bunga?” tanya Bu Irma penuh selidik. “
Read more

Bab 57-Rapat Pleno

Bunga memandang rumah di hadapannya dengan tatapan nanar. Gadis itu bahkan mengelus lehernya beberapa kali. Terasa horor, meskipun baru tadi malam dia meninggalkan rumah milik Alfian. Seperti biasa, Bunga masuk lewat pintu samping yang langsung menghubungkan dengan ruang tengah. Dia melihat Alfian duduk sambil menggoyangkan kakinya. Khas orang yang tengah dilanda gelisah. “Duduk!” Perintah Alfian sok bossy. Meskipun tanpa disuruh pun, Bunga pasti langsung duduk ketika sampai di rumah Alfian. Ngepel, masak, dan mencuci kancut bisa dilakukan nanti saja.“Kusut banget baru juga ditinggal semalam,” bisik Bunga sambil nyengir. Maksud hati ingin menggoda, tetapi respons Alfian justru membalasnya dengan desisan pendek-pendek. Persis ular yang melihat ancaman saja. Ular cobra. Pria itu memandangi Bunga dari ujung rambut hingga ke kaki. Dia terlihat kusut dengan rambut mencuat ke sana-sini. Alfian menggeser bokongnya, ikut duduk di samping Bunga, tetapi cara duduknya pun tidak tenang. Ber
Read more

Bab 58-Kitab Nikah

"Kitab Nikah. Nikah secara bahasa memiliki makna; berkumpul atau bersetubuh. Dan secara syara' berarti akad. Akad yang menyimpan makna diperbolehkannya bersetubuh dengan menggunakan lafadz nikah atau sejenisnya".Bunga tertegun membaca rentetan kalimat yang ia temukan di beranda sosial media miliknya. Tulisan di seorang motivator dan syiar Islam. Sedangkan pernikahan antara dirinya dan Alfian, adalah pernikahan kontrak. Agar Alfian tidak diganggu Gina. Pria itu mengatakan belum siap untuk berkomitmen. Namun, menurut Nyonya Amy memang Alfian tidak sayang membelanjakan uangnya untuk perempuan yang menjadi kekasihnya. Jadi, Bunga tidak perlu merasa bersalah dengan sejumlah uang yang diminta orang tuanya. 300 juta. Itu artinya dia adalah istri Alfian sesungguhnya. Bagaimana kalau nanti Alfian meminta haknya. Hak berhubungan badan. Bunga menggembungkan pipinya. Pipinya pun tiba-tiba memanas hanya dengan membayangkan itu. Di mana mereka akan tidur. Kamar ini? Yang benar saja. Kamar sem
Read more

Bab 59-Lelaki Tua Bangka

Seminggu kemudian di kampung halaman Bunga ….Bunga kembali menjadi buah bibir. Kabar bahwa Bunga akan menikah lagi setelah peristiwa yang menghebohkan delapan bulan yang lalu kembali menjadi perbincangan hangat. Ada yang berpendapat, Bunga asal menggaet pria manapun untuk mematahkan kutukan Hamzah. Memang sangat mengerikan sekali kutukan Mas Hamzah. Pria itu melontarkan bala bahwa Bunga tidak akan laku kawin sampai seumur hidupnya. Jadi, begitu ada yang mau, tak peduli siapapun asalkan berjenis kelamin laki-laki akan disambar Bunga. Konon calon suami Bunga itu sama tuanya dengan Hamzah, bahkan lebih tua lagi. Itulah yang beredar di kampung. Dari mulut ke mulut. “Kasihan, anaknya si Khosim. Demi menghilangkan kutukan dari mantan suaminya dia rela menikah dengan lelaki tua bangka.” Perempuan dengan cumplung putih berenda, atasan kaos partai bergambar matahari, dengan bawahan sarung batik memulai obrolan. “Ya, belum tua. Wong katanya baru 32 tahun. Seumuran, lah, sama Mas Hamzah.” P
Read more

Bab 60-Test Sholat dan Doa Oleh Calon Mertua

Pak Kosim tercengang ketika melihat calon suami Bunga. Pria dihadapannya terlihat santun meskipun konon katanya berasal dari ibukota Jakarta. Dia Lantas membayangkan mantan suami Bunga, Hamzah. Meskipun usia Hamzah jauh di bawahnya akan tetapi selama ini sikapnya seakan-akan seorang penggede kerajaan selalu minta disanjung. Bahkan, Khosim sering kali harus tergopoh-gopoh untuk sekedar berbicara. Dengan dengan gestur tubuh sedikit membungkuk dan tidak lupa diawali salam dengan cara mencium tangan terlebih dahulu. Seakan-akan bersalaman dengan Hamzah akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang berinteraksi dengannya. Sebenarnya bukan hanya Kosim yang melakukan hal itu, kebanyakan orang-orang memang melakukannya baik kepada Kyai Hasyim maupun Hamzah. “Bapak, mari kita ngobrol di restoran.” Alfian memulai bicara saat melihat Pak Khosim masih terlihat takjub saat mengamati dirinya.“Restoran? Bukan di kamar?” Pak Khosim tidak ingin berlama-lama. Dia harus langsung pada inti permasalaha
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status